WI 4

11.4K 1K 19
                                    

Sudah tiga hari aku bekerja merawat Bu Widya. Tiap hari bersama dari pagi hingga sore hari membuatku semakin dekat dan betah bekerja di rumah Bu Widya. Bu Widya sudah mulai bisa berdiri tegak tapi untuk berjalan masih belum sanggup. Aku cukup senang dengan adanya kemajuan itu. Beliau orang yang baik jadi aku berharap Bu Widya bisa segera sembuh.

Aku pernah googling di internet mengenai obat herbal untuk mengobati penyakit stroke. Salah satu artikelnya menyebutkan daun sirsak yang katanya dapat menyembuhkan stroke. Karena stroke merupakan penyakit yang disebabkan penyumbatan pembuluh darah di otak nah menurut artikel ini, kandungan daun sirsak dapat membantu menghilangkan penyumbat pembuluh darah tersebut. Berbekal artikel itu, aku pun mencari daun sirsak untuk Bu Widya.

Setelah bertanya-tanya, ternyata ada tetanggaku yang mempunyai pohon sirsak. Sore sepulang kerja, aku ke rumah Pak Darso. Tetanggaku yang katanya mempunyai pohon sirsak. Pak Darso salah seorang yang cukup terpandang di desa kami. Dia memiliki banyak sawah dan usaha penggilingan padi. Saat aku memasuki pekarangan rumahnya yang luas, ternyata benar ada sebatang pohon sirsak yang tinggi dan rimbun daunnya.

Memberanikan diri, aku pun mengetuk pintu rumah.

"Assalamualaikum."

Belum ada sahutan dari dalam jadi kuketuk lagi beberapa kali. Tak lama pintu pun dibuka oleh Bu Darso.

"Wa'alaikumsalam. Eh Vita, ada apa, nduk?

Bu Darso mengenalku karena sudah beberapa kali memesan emping.

"Mm, Bu nyuwun sewu Vita ganggu."

"Ndak ganggu sama sekali kok. Kenapa tho, nduk?"

"Itu saya mau minta daun sirsaknya boleh nggak, Bu? Buat obat."

"Oalah kirain kenapa... Ya silahkan aja, kamu ambil sendiri sebanyak yang kamu perlukan, Vit. Emang siapa yang sakit? Mbah Sunarti?"

"Nggak kok, Bu. Mbah sehat walafiat. Ini buat ibunya teman saya."

"Oo,Ibu kirain Mbah kamu yang sakit, ternyata nggak, syukur kalau gitu. Soalnya kemarin kan Mbah kamu masih kerja di sawahnya Bapak."

"Nggeh, Bu. Saya ambil daunnya ya, Bu."

"Kamu udah kerja, Vit?"

"Sudah Bu, baru seminggu ini."

"Wah ya beruntung itu, lulus terus cepat dapat kerjaan. Kerja dimana?"

"Ngerawat orang sakit di rumah."

"Ya, ndak papa yang penting udah dapat kerjaan, nduk. Ya udah kamu ngambil daunnya dulu, Vit. Bentar, Ibu ambilkan kantong keresek buat wadahnya."

"Iya, Bu."

Karena pohonnya lumayan tinggi, mau tak mau aku mesti memanjatnya. Saat ini aku bersyukur memiliki kemampuan memanjat pohon, sisa-sisa kebandelan masa kecil. Kulepaskan sendal jepitku di samping pohon supaya tak licin saat memanjat. Setelah mendapatkan dua puluh helai daun sirsak, aku turun dari atas pohon.

Saat berpamitan, Bu Darso menahanku sebentar lagi untuk mengobrol. Tapi karena sudah mau magrib, aku pamit pulang. Belum lagi beranjak dari teras, Bu Darso kembali memanggilku.

"Bentar dulu, Vit."

"Kenapa, Bu?"

"Itu kemarin Ibu dapat wajik sama jadah tapi ndak ada yang makan. Daripada mubadzir, kamu bawa pulang ya."

"Waduh, maturnuwun Bu dapat bonus."

"Iya, salam ya buat Mbah."

"Iya, nanti Vita sampaikan. Assalamualaikum."

Wrong ImpressionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang