Hari senin pagi aku sudah siap berangkat ke rumah sakit Kasih Bunda. Selepas sarapan, aku segera berpamitan pada Mbah Ati. Risa yang sedang bermain dengan bonekanya menoleh dan menatapku heran karena aku sudah rapi pagi ini.
"Mbak Vita mau kemana sih?"
"Mau nyari kerja, Nduk."
"Dimana?"
"Di rumah sakit," jelasku singkat.
Mbah mengikutiku hingga teras sembari berkata, "Dieling-eling meneh, ojo ngasi enek sing ketinggalan, Nduk," pesan Mbah saat aku menyalimi tangannya.
"Sampun, Mbah. Vita berangkat dulu ya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam, hati-hati di jalan, Nduk."
***
Sampai di rumah sakit aku langsung menghubungi Lina. Ternyata Lina hari ini mendapat shift siang jadi dia baru akan ke rumah sakit siang nanti. Aku diarahkannya ke ruangan HRD rumah sakit yang terletak di lantai satu untuk menemui ibu Mila. Saat aku memasuki ruangan HRD nampak beberapa orang yang tengah sibuk bekerja. Ada yang sedang membereskan kertas-kertas yang sepertinya berkas rumah sakit, ada pula yang tengah mengetik di depan komputer. Setelah bertanya pada seorang pegawai HRD, aku ditunjukkan meja Bu Mila yang terletak di ujung ruangan. Beliau berkacamata, sangat ramah dan kuperkirakan berusia awal empatpuluhan, namun masih terlihat cantik
"Selamat pagi, Bu," ragu-ragu aku menyapa, membuat Bu Mila mendongak dari hal yang sedang dikerjakannyam
"Iya, Mbak ada yang bisa saya bantu?"
"Saya mendapatkan informasi kalau rumah sakit ini masih membutuhkan tenaga perawat, saya bermaksud ingin melamar pekerjaan tersebut, Bu."
"Oh, ya benar memang kami masih membuka lowongan untuk perawat dan analis laboratorium. Maaf dengan Mbak siapa?"
"Vita, Bu."
"Mbak Vita perawat atau analis?"
"Saya lulusan D3 keperawatan, Bu. Ini berkas lamaran saya."
"Oh, iya sebentar saya lihat dulu ya."
Bu Mila menerima berkas lamaran dariku lalu diceknya satu persatu, jantungku mulai deg-degan lagi
"Mbak Vita ini fresh graduate atau sudah pernah mempunyai pengalaman bekerja sebelumnya?"
"Saya sebelum ini bekerja merawat orang sakit tapi di rumah selama tiga bulan, Bu."
"Hmm, begitu. Mengenai masalah gaji, untuk yang baru masuk akan mendapat senilai UMK tapi nanti tentunya akan terus mengalami kenaikan. Gimana, Mbak Vita?"
Aku melihat berkas yang menumpuk di meja Bu Mila, membuatku berasumsi Bu Mila tentunya akan menyeleksi terlebih dahulu surat-surat lamaran yang masuk.
"Saya nggak keberatan dengan gaji segitu, Bu. Kapan kira-kira saya bisa dapat kabar saya diterima kerja atau nggak."Bu Mila tersenyum seperti memahami apa yang aku pikirkan.
"Kalau Mbak Vita siap bekerja hari ini juga boleh kok langsung masuk. Tapi mungkin untuk shift malam."
Spontan aku bertanya lagi, takutnya tadi salah dengar.
"Saya beneran keterima disini, Bu?""Iya, Mbak Vita. Kapan Mbak Vita siap bekerja? Tenang aja seragamnya akan menyusul kemudian.
Kalau aku langsung masuk kerja hari ini, sepertinya masih belum siap, jadi aku menciba menawar pada Bu Mila.
"Alhamdulillah, makasih Bu. Kalau saya masuk besok apa nggak pa-pa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Impression
ChickLitSemangat seorang Vita Prameswari begitu menggebu untuk mengukir masa depan yang lebih baik bagi diri dan keluarganya. Tapi hidup ini memang penuh dengan kejutan yang terkadang tak pernah terpikirkan. Jalan kehidupan yang berliku membawanya bertemu...