"Kamu apa kabar?", tanya Kahfi setelah kami melalui setengah perjalanan. Sedari tadi dia sesekali melirikku tapi tidak mengajak ngobrol, paling menimpali ocehan Risa yang banyak bertanya. Risa memilih duduk di belakang karena lebih luas katanya.
"Hah? Baik alhamdulillah. Baru juga ketemu beberapa hari yang lalu," sindirku.
Kahfi malah tergelak,"Namanya juga orang lagi kasmaran ya walaupun baru sehari nggak ketemu rasanya kayak setahun."
Tiba di lampu merah sambil menunggu lampu berubah warna menjadi hijau, dia bertanya lagi," Kok hapemu nggak aktif sih? Ditelfonin nggak bisa-bisa."
Keningku mengerut, "Masa sih, hapeku aktif terus kok."
"Hape yang mana coba?"
" Ya hapeku lah."
" Maksudku hape yang kemarin kukasih."
"Ooh. Kan kamu belum berangkat ke Jogja," elakku.
Kahfi menghela nafas dan mengingatkanku, "Kamu udah janji lho mau pakai tuh hape."
"Injih, Ndoro, besok kalau panjenengan sudah di Jogja baru kulo aktifkan hapenya," jawabku sarkas dengan nada yang dilembut-lembutkan.
Dengan raut wajah gemas dia mengulurkan tangan seolah hendak mencubit pipiku tapi urung melihat tatapanku yang menghunus, "Ugh, untung sayang. Nanti mau jalan-jalan kemana sama Bapak?"
Aku pun menoleh ke arah belakang,"Risa maunya jalan-jalan kemana, Dek?"
Risa yang sedang asyik memainkan bantal leher menjawab dengan penuh harap, "Ke kebun binatang boleh, Mbak?"
"Oh berarti di Jurug ya, oke nanti kita kesana sama Bapak ya."
Mendengar akan pergi ke kebun binatang membuat Risa sangat bahagia, "Asyiiik, ke kebun binatang!!"
Kahfi pun ikut nimbrung," Mas Afi nggak diajak nih, Dek?"
"Kan kesananya naik mobil Mas Afi," jawab Risa.
Buru-buru kusela, "Eh, nggaaak. Kita cuma bertiga jalan-jalannya."
Aku tak enak merepotkan Kahfi disaat dia mungkin punya banyak urusan yang ingin diselesaikannya sebelum dia ke Jogja.
Risa nampak kecewa, "Yaaah, kasihan Mas Afi, Mbak. Mas Afi pasti juga mau lihat hewan-hewan di kebun binatang."
Tapi Risa tak menyerah dan terus saja membujukku," Mas Afi juga boleh ikut yaaa....yaaa, Mbaaak."
"Nanti nanya Bapak aja," putusku.
"Tenang aja, Mas. Pasti Bapak bolehin kok," kata Risa yang disambut kekehan Kahfi.
"Iya, makasih ya Risa yang paling cantik. Mbak Vita aja kalah cantiknya sama Risa."
"Huh bisanya gombal sama anak kecil," sindirku.
Kahfi menoleh ke arahku dengan sorot jahil di matanya, "Iya deeh. Vita juga cantik, paling cantik kalau lagi apa? Tau nggak, Dek?"
Risa pun berusaha menebak.
"Pas senyum."
" Salah."
" Pas udah dandan."
"Salah."
Merasa buntu dengan jawabannya membuat Risa menyerah.
"Nggak tau ah, emang pas apa, Mas?"" Pas lagiii...... Galak."
Dan tawa Kahfi pun meledak , dia nampak puas melihatku melotot ke arahnya. Karena kesal, spontan aku pun mencubit lengannya.
Kahfi mengaduh dan mengusap-usap lengannya, "Aduh, KDRT kamu, Vit. Belum apa-apa aku udah dianiaya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Impression
ChickLitSemangat seorang Vita Prameswari begitu menggebu untuk mengukir masa depan yang lebih baik bagi diri dan keluarganya. Tapi hidup ini memang penuh dengan kejutan yang terkadang tak pernah terpikirkan. Jalan kehidupan yang berliku membawanya bertemu...