WI 24

10K 825 9
                                    

"Mbaak, ayo berangkat sekarang."

Sejak sejam tadi sudah terdengar beberapa kali ajakan dari Risa. Sepulang sekolah dia dengan semangat mengganti bajunya sendiri. Tapi melihatku yang masih berkutat dengan melinjo tak urung membuatnya menjadi kesal. Padahal maksudku tadinya hanya ingin mengisi waktu karena sendirian di rumah sambil menunggu Risa pulang dari sekolah. Sedangkan Mbah sudah sejak pagi tadi berangkat ke sawah. Tapi aku sudah mengatakan kepada Mbah kalau hari ini, aku dan Risa akan menemui Bapak. Mbah tidak banyak berkata tapi beliau mengizinkan.

"Bentar, Nduk, Mbak masih ganti baju nih."

Tak ingin membuatnya makin kesal aku secepat mungkin menyelesaikan pekerjaanku lalu mandi dan berganti baju. Mendengar jawabanku barusan, adik kecilku ini malah mengerucutkan bibirnya," Padahal Risa udah siap dari tadi, eeh Mbak Vita malah tuthuk emping dulu," protes Risa yang menungguiku seolah tak percaya padaku.

Yang bisa kulakukan hanya mencoba sedikit menenangkannya, "Iya, maaf, Mbak ngehabisin melinjo dulu tadi, kan cuma dikit, Nduk.Risa tunggu di depan aja, Mbak nggak lama kok," kataku lalu membuka lemari dan mengambil baju dan rok bermotif garis-garis hitam dan putih.

"Beneran ya, Mbak. Awas kalau lama siap-siapnya," ancam Risa yang masih dengan bersungut kemudian keluar dari kamarku.

Aku melihat tingkahnya hanya mengulum senyum dan menambahkan,"Siap, Bos laksanakan."

***

Setengah jam kemudian aku pun siap tapi Risa tak kutemukan dalam rumah. Ternyata karena sebal menungguku bersiap, Risa  akhirnya malah sibuk bermain masak-masakan dengan Aulia, tetangga kami.
"Ayo, Nduk, berangkat, nanti keburu siang, panas."

Risa menoleh ke arahku dan kembali cemberut," Lah, kan Mbak Vita yang bikin lama, piye to?"

Tapi kemudian dia  berpamitan pada Aulia, "Aku pergi dulu, Aul. Nanti kita main lagi ya."

"Emang kamu mau kemana, Ris?", tanya Aulia lagi.

"Mau ketemu bapakku. Bapakku baru pulang kerja dari jauh."

Aulia hanya bergumam," Oh", sambil mengangguk-anggukan kepalanya tanpa ingin bertanya lebih lanjut.

***

Sambil  menyusuri gang, Risa tak henti berceloteh dan bertanya ini itu. Aku hanya bisa maklum dan menanggapi sebisaku karena memang anak seusianya masih dalam tahap selalu ingin tahu akan banyak hal.

"Mbak, Bapak kerjanya dimana sih kok baru sekarang bisa pulang?"

"Hmm, di Malaysia, Nduk."

"Waah di tempatnya Upin Ipin ya, Mbak?"

Spontan aku tertawa mendengar pertanyaannya yang memang tidak salah karena asal Upin Ipin juga dari Malaysia.
"He'eh tapi Bapak kerjanya di perkebunan kelapa sawit."

"Ooh kelapa yang biasa dipakai Mbah untuk nyanteni kalau masak itu ya?"

"Bukan, Nduk. Kelapa sawit itu bahan buat bikin minyak goreng bukan kelapa yang santannya buat masak itu."

"Ooh, beda ya, Mbak kelapanya."

"Iya, ada beberapa jenis kelapa yang berbeda, Nduk walaupun sama-sama kelapa. Ada kelapa hijau yang kulitnya masih berwarna hijau, kelapa gading yang kecil dan  kulitnya berwarna kuning gading, dan ada kelapa sawit yang buat bahan baku minyak goreng," jelasku pada Risa.

Untungnya saat kami akan menyeberang jalan ke halte, ada angkot yang sedang berhenti menunggu penumpang jadi kami tak perlu lama menanti.

***

Wrong ImpressionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang