WI 1

33.2K 1.4K 14
                                    

Hari ini aku ke kampus mengambil legalisir ijazah. Lembaran kertas yang penting dan mengandung perjuanganku selama tiga tahun kuliah di kampus ini. Setelah lulus kertas ini lebih berarti lagi karena membuatku dapat mencari pekerjaan. Yaa walaupun saingannya tentu banyak sekali mengingat sekarang ini lapangan pekerjaan lebih sedikit jumlahnya dibanding pencari kerja. Tapi aku harus yakin dan tetap semangat nantinya aku pasti mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan harapanku.

Karena sudah tidak ada yang hendak kulakukan lagi di kampus, sebaiknya aku pulang. Kususuri koridor panjang dengan pilar-pilar besar di sisi kanan kirinya. Saksi bisu banyaknya kenangan selama kuliah di sini. Nanti suatu saat pasti aku akan merindukannya kembali. Saat-saat kuliah...

"Vit...Vita tunggu!"

Aku menoleh ke belakang mendengar ada suara yang memanggil namaku. Ternyata Amira, teman sekelasku. Dia menghampiriku, setengah berlari.

"Eh, Amira, kenapa, Ra?"

"Aku ada informasi lowongan pekerjaan. Kalau kamu mau sih."

"Beneran,Ra? Di rumah sakit mana?"

"Mm, nggak di rumah sakit sih. Sebenarnya aku yang ditawarin, tapi aku udah dapat panggilan dari rumah sakit Mitra Sehat. Kalau kamu mau, besok kita sama-sama kesana, gimana?"

"Loh, katanya kerjanya nggak di rumah sakit kok besok aku ke rumah sakit juga, Ra?"

"Gini, Vit. Aku kemarin pas masukin lamaran kerja ke rumah sakit Mitra Sehat, aku dapat tawaran kerja juga tapi dari dokter di sana. Namanya dokter...." Amira mencoba mengingat-ingat nama dokter itu.

"Dokter Rania, iya dokter Rania. Dia dokter di sana. Nah dia lagi nyari orang buat ngerawat ibunya yang sakit stroke di rumah. Aku sebenarnya udah ngiyain soalnya gajinya lumayan, Vit. Tapi terus aku dapat panggilan juga dari rumah sakit. Setelah kupikir-pikir, ini kerjaannya nggak tetap jadinya aku lebih milih ngambil yang di rumah sakit. Karena aku udah ngiyain ke dokter Rania makanya aku nggak enak dan usaha nyari yang bisa gantiin aku gitu. Kalau mau sih Vit. Kamu sahabatku makanya kutawarkan ke kamu dulu. Mau ya Vit, dokter Rania baik banget orangnya."

Aku pun tanpa pikir panjang mengambil tawaran Amira soalnya aku juga sangat butuh pekerjaan saat ini.

"Aku mau, Ra. Jadi besok aku mesti ke rumah sakit jam berapa?"

"Jam delapan udah di rumah sakit. Kita ketemuan di sana. Kamu udah tau kan rumah sakitnya?"

"Iya iya, rumah sakitnya nggak jauh kok dari rumahku."

"Oke deh, sampai ketemu besok ya, Vit."

"Iya, makasih banget ya, Ra infonya. Aku butuh kerjaan banget soalnya."

"Iya, sama-sama, Vit. Kamu mau pulang juga kan?"

"Iya nih tadi cuma ngambil legalisir aja, kamu juga mau pulang sekarang?"

"Ya udah kita bareng aja ke haltenya."

"Ayo."

***

Aku sedang memindahkan emping-emping yang sudah kering ke dalam kantong plastik saat adikku Risa menghampiriku.
"Mbak...Mbak Vita."

"Kenapa, Ris?"

"Tadi Bu Guru pesan ke Risa, kalau mau ikut UKK mesti ngelunasin uang LKS dulu."

Waduh, cukup nggak ya uang simpananku untuk membayar uang sekolah Risa.
"Berapa, Ris?"

"Nih tadi udah dikasih catatan sama Bu Guru."

Kubaca angka yang tertera di secarik kertas itu. Sepertinya cukup sih....
"Bentar, Mbak lihat dulu, ada apa nggak uangnya."

Wrong ImpressionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang