6

2 1 0
                                    

Kring!!! Kring!!!

Yulita mengambil jam weker yang tersimpan tepat di telinga kiri. "Berisik!" dia melihat jam, namun ternyata jam bunyi alarm berubah lebih cepat dari biasanya. "Kok jadi 06.00." Dia mengangkat tubuhnya. Dia berjalan ke dapur, ternyata ada Seno yang sudah bangun. "Gue ngantuk!!" dia menundukkan kepalanya.

"Karena selama ini lo terlambat secara sengaja. Jadi gue rubah jamnya." Seno meletakan segelas jus bayam yang sudah dia siapkan khusus Yulita. "Bahan makanan lo udah pada kosong. Entar," dia terkejut saat melihat Yulita terjatuh dari kursi.

"Yuy!" Seno berlari menghampiri Yulita. Dia membantu berdiri. Yulita dapat berdiri sendiri , ternyata dia jatuh karena hanya tertidur di tempat yang tidak pas.

Setelah Yulita selesai semuanya, tepat pukul 06.30, dia berjalan menghampiri meja makan yang ada di dapur. Dia menikmati jus bayam yang dibuat Seno dan menikmati roti dengan nutella. "Lo ngapain tidur rumah gue?!" tanyanya nyolot setelah Seno keluar dari kamar mandi.

"Lo pikir gue bakal ngebiarin lo gitu aja disaat rumah lo gak dikunci dan tinggal sendirian?" kini Seno bernada tinggi yang mengejutkan Yulita. "Gue juga males tidur di sini sampe kedinginan."

Perlahan mata Yulita tertuju pada Seno. Betapa beruntungnya dia semalam mendapat perlindungan, entah apa yang akan terjadi jika keadaan rumah tidak di kunci dan hanya dirinya sendirian. "Dia peduli sama gue?" pikirnya. "Ah!" dia menggeleng, membantah pikirannya. "Itu cuman gombalan dia aja." Dia pun menghabiskan roti, lalu membuat roti untuk dibekal sekolah.

"Lo punya kotak P3K?" tanya Seno.

Yulita memberikannya. Bukan hanya memberikan, tetapi dia mengobati luka-luka Seno terlebih dahulu. "Sakit?"

Seno mengangguk sambil menahan rasa sakit.

"Lagian ngapain lo harus mainin anak guru. Ngapain juga ngelawan guru."

"Gue gak suka ada orang yang segampang itu karena dia punya kekuasaan. Jadi gue gak terima kalau gue salah sepenuhnya. Seharusnya dia gak harus ikut campur, anaknya juga aduan."

"Makanya jangan mainin cewek!" Yulita menekan di bagian luka Seno.

"Tapi gue gak akan mainin lo." Kata Seno tiba-tiba.

Yulita dan Seno bertatapan. Mereka terdiam kaku.

"Gue suka sama lo." Ujar Seno setelah selama 1 menit mereka bertatapan.

Membuat Yulita sadar. Dia semakin menekan. "Gue mau pergi sekolah." Dia meninggalkan Seno. Seno mengejarnya keluar dan memaksa untuk mau diantar olehnya. Akhirnya dia mau karena waktu yang semakin siang.

Dalam perjalanan 1 km suasana jalan macet sedangkan waktu sudah pukul 07.00. Akhirnya Yulita turun dari motor memutuskan untuk jalan kaki, meninggalkan Seno yang terus memanggil namanya, tetapi Yulita tidak perduli. Setelah menemukan tempat yang pas untuk menyimpan motornya di tempat yang bengkel kemarin, Seno berlari mengejar Yulita. Dia berdiri di depan Yulita. "Ayo naik!"

Yulita terdiam.

"Gue gak mau lo keringetan lagi." Seno membelakangi Yulita dan menepuk pundaknya. "Ayo!" dia begitu antusias.

Akhirnya Seno menggendong Yulita. Dia berlari diantara macet jalan karena ternyata ada kecelakaan dengan keadaan teriknya matahari dari timur. Yulita hanya tertawa melihat semangat Seno yang berusaha berlari dengan keberatan. Seno yang menyadari itu pun ikut tertawa. "Jangan ketawa. Gue makin cape." Candanya sambil terus tertawa.

TERIMA KASIH HUJANWhere stories live. Discover now