9.

2 1 0
                                    

Kini sudah 2 minggu Yulita selalu bersama Seno. Menghabiskan waktu di luar sekolah bersama-sama, sehinga Yulita tak merasa kesepian lagi. Seno pun sudah tak merayu perempuan lain lagi. Tetapi bagi Yulita, sama saja. Dia hanya merespons Seno semaunya dan seperlunya, walau Seno tak pernah berhenti mendekati. Entahlah kenapa. Yang jelas dalam hubungan mereka hanya Seno yang selalu memulai, jika dia tidak memulai, mereka tidak akan pernah bersama.

Masalah tentang hubungan mereka pun masih sering muncul. Terutama masalah yang berhubungan Milah. Hampir setiap hari geng Milah dan Fosil bertengkar karena hal sepele menjadi besar. Walau itu masalah di luar hubungan Yulita dan Seno, tetapi dendam hal itu selalu muncul. Terutama dengan Anggun yang selalu memancing masalah pada Milah karena dendamnya. Bahkan akhir-akhir ini mereka ribut karena Milah mengganggu Bima, pacar Laras. Fosil semakin kesal dan tak henti mencari masalah pada Milah.

Berkat Seno, rumah Yulita kini tak pernah sepi. Anak-anak RS selalu datang ke rumahnya hampir setiap hari. Terkadang jika dia jenuh di dalam rumah, dia ikut kumpul bersama anak RS atau berkunjung ke rumah Seno untuk bertemu Ibu Marin . Semakin berjalannya waktu, seakan-akan dia tidak memiliki keluarga kecuali sahabat-sahabatnya yang kini selalu ada untuknya. Kakaknya sudah tidak menghubunginya lagi ataupun hanya untuk menanyakan kabar.

Hari ini Yulita sudah berjanji akan ke rumah Seno untuk membantu Ibu Marin masak untuk makan malam karena hari ini ayah Seno, Pak Eki pulang kerja setelah berbulan-bulan bekerja walau tempat kerjanya tak terlalu jauh dari rumah yang keluarga kecilnya tinggali. Waktu yang semakin sore, dia membantu Ibu Marin masak karena dia cukup jago dalam hal memasak. Namun tiba-tiba kepalanya pusing. Akhirnya Seno membawanya ke kamar untuk beristirahat.

Seno mengambil obat dari tas sekolah Yulita. "Minum dulu," suruhnya. Dia sudah menyiapkan obat dan air hangat.

Yulita menggeleng dengan wajah pucat. "Lo bisa bikinin gue jus bayam atau jus tomat?" dia berusaha untuk duduk. Seno pun membantunya.

Seno terdiam beberapa detik. "Lo anemia?" tanyanya.

Yulita pun terdiam. Entahlah, ada sesuatu yang dia pikirkan. "Lo aja yang baru gue kenal tahu apa penyakit gue. Tapi," dia menunduk, namun dengan cepat-cepat mengangkat dagu kembali untuk menandakan dia baik-baik saja. "Tapi orang yang sedarah sama gue gak tahu apa-apa tentang gue yang sekarang." Dia tersenyum paksa.

Seno melihat Yulita dalam-dalam. Hingga dia menatapnya begitu lama. Dia tersadar setelah Yulita menamparnya pipi kirinya pelan. Dia merasa malu dan agak canggung. "Sekarang," dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Yulita. "Setengah jam lagi, gue bangunin lo."

Yulita tertawa kecil saat melihat kecanggungan Seno. "Katanya minum obat," dia semakin membuat malu Seno. "Jangan grogi dong." Dia menyunggingkan senyum rayunya.

Seno salah tingkah. Dia menggerakan tubuhnya tak menentu. Lalu pergi meninggalkan kamarnya dengan wajah yang malu.

Yulita masih tertawa kecil mengingat wajah Seno. Kepalanya yang masih terasa pusing, dia memutuskan untuk tidur sejenak. Sebelum itu dia meminum obat dan meletakan handphone di atas meja yang berada di samping tempat tidur. Dia pun dengan cepat tertidur lelap.

Beberapa menit kemudian Seno masuk ke dalam kamar. Menyimpan jus bayam yang dia bawa untuk Yulita. Tak sengaja matanya melihat handphone Yulita yang tersimpan di atas meja. Dengan berani dia membawa handphone Yulita. Handphone pun dibawanya keluar kamar. Dia buka semua aplikasi yang dimiliki Yulita. Dia membuka aplikasi whatsaap terlebih dahulu. Dilihatnya, chat paling atas ada nama "Kecoa" ternyata nama tersebut dirinya. Dia tertawa kecil. Dia scroll chat ke bawah, beberapa chat dari grup dan sahabat-sahabatnya pada akhir-akhir. Dia merasa tenang yang ternyata tidak ada nama laki-laki di daftar chat. Namun ada satu chat tanpa nama. Dia buka chat tersebut.

TERIMA KASIH HUJANWhere stories live. Discover now