33.

2 1 0
                                    

Yulita mengurungkan niatnya untuk tinggal dan kerja di Indonesia. Entahlah. Kali ini pulangnya tak membuat kebahagiaan yang dia harapkan untuk dirinya sendiri. Rasanya dia tak sanggup jika harus tinggal di Indonesia. Terlalu sakit hatinya mendapatkan pengkhianatan yang sejak dulu dia benci.

Untuk pamit kepada Seno. Dia menulis surat untuk Seno dan dititipkan pada Hana, itu pun jika dia tak sengaja bertemu Seno.

"Aku mencintaimu."

"Aku mencintaimu."

"Aku mencintamu."

"Aku mencintaimu."

"Aku mencintamu selamanya."

Lima kalimat ini adalah isi kertas yang aku tulis saat kita menerbangkan balon gas bersama-sama.

Sen, aku udah sembuh. Wajah aku akan selalu berseri. Kita bisa pergi kemana aja yang kita mau. Kita bisa main apa aja yang kita mau lakukan. Kita bisa berlari hingga berjam-jam. Tapi, kau menghancurkan tubuhku hingga tak bisa berlari lagi.

Hanya penyesalan dari keputusan yang telah aku ambil 5 tahun lalu. Kenapa kamu bohong? Kenapa kamu gak cerita semuanya? Mungkin. Saat itu aku gak akan pernah pergi kalau kamu cerita semuanya. Keputusan untuk aku pergi, sebenarnya aku tak terlalu menginginkan hal itu terjadi. Namun aku pergi dengan harapan yang baru. Harapan untuk kita bertemu dengan waktu yang sudah Tuhan atur semuanya.

Dan kemarin Tuhan sudah menentukan waktunya. Waktu dimana aku tahu apa yang terjadi sebenarnya dalam hidup kamu selama ini. Yang ternyata lebih memilih orang lain.

Kamu menyakiti aku, Seno. Kamu melakukan penyesalan yang gak akan kamu pernah lupain seumur hidup. Melakukan hal bodoh setelah pertemuan terakhir kita. Aku kecewa. Aku benci sama kamu dengan hal itu. Aku gak mau kenal kamu lagi!

Aku pun berharap pada Tuhan. Agar kamu tak menyesali apapun yang sudah terjadi. Syukuri saja. Jalani saja Seno. Nikmati hidup bersama keluarga kecilmu sekarang. Aku ikut bahagia.


Pesan itu dia tulis dengan air mata dan ditemani langit yang ikut menangis dengan suara gemuruh yang membisingkan kedua telinga. Namun dia tak pernah membenci hujan walau kedua telinganya terasa sakit.

Kini Yulita menjalani hidupnya sendiri. Kembali memilih untuk hidup sebatang kara karena hal itu membuatnya nyaman. Akhirnya dia pergi ke Los Angles untuk melanjutkan kuliah S2 sambil menikmati keindahan kota imipiannya itu. Sebuah game yang dulu sering dia mainkan yaitu GTA, kita menjadi kenyataan. Dia jalani hidupnya sesuai ilusi yang sedang dia rasakan saat bermain game GTA dulu. Dia sibukan diri, seperti kuliah setelah itu dia menyibukan diri dengan mengunjungi tempat-tempat GTA yang nyata, yang selama ini membuatnya penasaran. Dia pun menyibukan diri dengan bekerja di salah satu perusahaan yang cukup terkenal yang gajinya bisa dia nikmati sendiri.

Setelah S2 selesai dalam waktu 3 tahun, dia tak pulang ke Indonesia. Dia tahu. Hal itu hanya akan membuatnya sakit. Dia pergi ke Jepang untuk melanjutkan S3. Kembali dia menyusun apa yang akan dia rencanakan di Jepang untuk beberapa tahun. Lagi-lagi, tujuannya hanya untuk mencari ilmu, mencari uang dan menghibur diri dengan berbagai cara. Jujur saja, setelah harapan bersama Seno hilang. Hidupnya sudah benar-benar sepi dan hampa.

Dalam waktu 3 tahun dia lulus di Jepang. Dia memutuskan untuk bekerja di Jepang beberapa tahun. Dia sudah cukup lelah menghabiskan waktunya hanya untuk belajar secara formal dan dia memulai belajar informal dengan cara bersosialisasi warga Jepang. Tak berhenti dia untuk bekerja keras demi hidupnya yang sebatang kara.

Umurnya menua di negara Jepang. Rambutnya mulai memutih dengan rasa sakit yang mulai terasa di tubuhnya. Hingga dia memutuskan untuk pulang ke Indonesia, tinggal bersama Ega dan Caroline yang sudah mempunyai anak 5 orang. Dia rasa cukup untuk pulang. Untuk membiasakan kehidupan tuanya bersama orang-orang yang dia sayang.

Dibalik kesibukan Yulita yang pekerja keras dari muda hingga tua. Ada hal yang tak bisa dia hentikan. Dia tak pernah ada niat untuk mengkhianati Seno, walau hatinya sudah dikhianati. Walau dia yakin. Laki-laki yang kini umurnya sudah tua itu, tidak akan pernah datang untuk hidupnya lagi. Setiap minggu akhir dan saat hujan turun, dia selalu menulis surat untuk Seno. Walau tak pernah dia kirim, namun setiap kata yang dia tulis terungkap di beberapa kalimat.

Dia tak menyesali keputusannya ini. Yang memilih untuk tak pernah mencintai siapa pun. Namun yang dia sesali, ketika dia pergi meninggalkan Seno ke Belanda.

TERIMA KASIH HUJANWhere stories live. Discover now