11.

2 1 0
                                    

Hari ini Yulita membawa mobil karena berangkat bersama Laras dan Anggun dari rumahnya. Hari ini dia tak semangat. Bagaimana tidak. Pesan yang dia kirim pada Seno hanya dibaca saja. Seno pun tak memberi kabar sama sekali. Rasa takut kehilangan Seno lagi dia rasakan. Tetapi dia bingung harus melakukan apa. Karena kalimat pertanyaan saja membuat Seno marah, bahkan dia belum tahu penyebab Seno marah kepadanya beberapa hari lalu. Dia belum mengenal Seno selama ini walau sering bersama karena dia tak memperhatikan Seno secara pribadi selama ini.

"Kalau nyetir jangan sambil ngelamun!" pekik Laras.

Yulita menyadari kalimat yang dikatakan Laras. "Kenapa dia semarah itu, ya?"

"Yang harus lo tahu." Anggun mendekat pada kursi depan. "Seno emosian. Ada hal yang dia gak suka. Bisa marah dan berantem gitu aja."

"Mungkin dia marah karena sampe detik ini gue belum percaya sama perasaan dia sama gue."

"Nah! Sekarang lo sadar." Ujar Anggun tiba-tiba dengan nada tinggi. "Lo sih, jadi orang susah dibilangin."

"Lo tuh harus banyak peduli dan peka sama lingkungan lo." Tambah Laras.

Tak lama. Yulita memarkirkan mobil di sekolah. Saat dia turun dari mobil, dia terkejut melihat Seno yang membonceng perempuan lain. Dia kenal. Karena satu angkatan dengannya, namanya Thalia. Tubuhnya merasa lemas. Hatinya begitu sakit. Matanya perih. Kakinya berjalan lebih cepat masuk ke lobi sekolah agar tidak berpapasan bersama mereka berdua. Laras dan Anggun dengan cepat mengejar Yulita yang melangkah begitu cepat.

Fosil membiarkan Yulita untuk sendiri sampai jam istirhat. Dan setelah bel istirahat berbunyi mereka menghampiri setelah terlihat tenang. Dia menyandarkan kepalanya di bahu Ica. Wajahnya pun terlihat pucat. "Apa yang harus gue lakuin?"

"Lo minta maaf sama dia." Saran Aira.

"Udah ditinggal baru sayang." Sindir Hana sambil mengambil kertas dan pulpen, lalu dia berikan pada Yulita.

Yulita pun menulis surat.

To Seno,

Gue minta maaf

From Yulita

Hanya kalimat itu yang bisa Yulita tulis. Dia berdiri dengan cepat, lalu dia berjalan keluar kelas. Fosil mengikutinya yang entah akan pergi kemana. Ternyata dia pergi untuk menghampiri Seno. Dia pergi ke kelasnya, tetapi tidak ada. Dia mencari ke kantin, tetap tidak ada. Dia cari ke lapang olahraga, tetap tidak ada. Dia cari ke belakang sekolah, tetap tidak ada. Sampai akhirnya Yulita menemukannya di koridor atas yang sedang bermain-main bersama RS. Dia memberanikan diri mendekat pada Seno. Mereka saling bertatapan. Dilihat RS dan Fosil.

Seno tak mengeluarkan satu kata pun. Akhirnya Yulita yang lebih dulu membuka mulut dengan wajah yang kesal. "Lo bilang, lo gak akan pernah bener-bener pergi dari,"

"Gue salah." Potong Seno dengan tatapan kosong menatap Yulita. Hendak dia akan mengatakan sebuah kalimat. Thalia dari belakang memeluknya dengan manja.

Hal itu membuat Yulita semakin kesal. Tak ingin rasanya dia melihat Seno lagi, apalagi jika berduaan bersama Thalia. Dia pergi menjauh, diikuti dengan Fosil. Ternyata dia pergi ke ruang olahraga, tempat penyimpanan loker setiap murid. Dia masukkan selembar kertas ke dalam loker bernama Seno. Berharap dengan hal itu mengubah semuanya.

iiiipi

TERIMA KASIH HUJANWhere stories live. Discover now