"Li, lo bisa anterin gue ke jalan Kartini, gak?" tanya Yulita pada Agli, temannya yang beranggota RS. Di sekeliling ada RS yang sedang berkumpul, termasuk ada Seno. Namun Yulita bersikap biasa saja.
Akhirnya Agli mengantarkan Yulita ke tempat les. Hari ini dia memutuskan untuk les agar ada kegiatan. Dia mengikuti pelajaran dengan semangat karena cara pembelajarannya yang dia sukai, tidak seperti di sekolah yang menurutnya terlalu banyak aturan. Pukul 19.00 dia baru bubar dari les. Dia pulang naik taxi.
Karena malam ini malam Sabtu. Yulita mendapat ajakan untuk berkumpul di sebuah kafe bersama RS. Setelah bersiap-siap, dia pun berangkat dengan motornya. Jaraknya hanya 2 km dari rumah. Dia pun ikut duduk bersama RS. Anggota RS lebih banyak dari sekolah-sekolah lain. Jadi dia merasa tidak ada teman yang lebih akrab, akhirnya dia mengajak Fosil untuk bergabung.
Fosil pun tak datang karena beberapa dari mereka sedang bersama pasangan mereka. Akhirnya dia memutuskan untuk pulang. Saat dia berjalan ke parkiran, seseorang mengikutinya. "Mau dianter sama gue?" tawarkan seseorang. Ternyata Alam Fadilah.
"Gak usah." Yulita tersenyum tipis.
Alam memegang tangan kanan Yulita. "Gue gak keberatan nganterin lo pulang,"
Yulita berusaha melepas tangan kanannya.
Seseorang berlari dari belakang mereka berdua. "Gue gak suka lo pegang-pegang dia!" satu pukulan dia lontarkan. Tenyata Seno. Tanpa henti dia memukul Alam, tanpa memberi Alam peluang untuk berbicara ataupun melawan.
Yulita terkejut melihat kejadian secara langsung. Dia berusaha menarik Seno. "Sen, udah, Sen!" namun tenaganya tak cukup kuat. "Seno!" serunya.
Seno menghentikan pukulan. Dia mendekat pada Yulita, lalu memegang tangan kanannya. Yulita terdiam. Seno menoleh pada Yulita. Dia dapat melihat, Yulita tidak mau dipegang tangannya.
Yulita pun berjalan lebih dulu.
"Buat apa kita terus ngungkit-ngungkit masa lalu." Ketus Seno setelah dia menyiapkan seribu nyawa untuk mengatakan kalimat itu.
Yulita menghentikan langkah. Tiba-tiba air matanya menetes. "Lo gak mikir," dia membalikkan tubuh. "Dengan apa yang udah lo lakuin, Sen!" dia berjalan menghampiri Seno. Satu tamparan melayang di pipi kiri Seno. "Lo gak ngerasain sakitnya gue saat lo pergi gitu aja tanpa alasan!" teriaknya disertai dengan tangisan. "Lo gak tahu, berapa jam gue nunggu lo saat itu, Seno!" dia menurunkan tubuhnya untuk menjongkok. Rasanya dia tak sanggup untuk melanjutkan kalimat yang sebenarnya ingin dia ungkapakan beberapa tahun ini.
Seno terdiam. Dia merasakan apa yang Yulita rasakan saat itu. Sebenarnya dia merasakan hal yang sama. "Dan lo gak tahu, gimana rasanya gue harus ngelepasin orang yang gue sayang gitu aja." Tatapannya kosong.
Yulita berdiri dengan cepat. Satu lemparan melayang lagi di pipi kanan Seno. "Kalau lo sayang sama gue, lo gak akan pergi ninggalin gue, Seno!" tepat di wajah Seno dengan suara yang keras, sekeras-kerasnya.

YOU ARE READING
TERIMA KASIH HUJAN
Teen FictionSeseorang mengganggu hidup Yulita Nurul Azmi. Hanya karena dia menolongnya saat hujan deras. Dia selalu mempermalukan laki-laki bernama Seno itu agar tak menganggunya. Namun Seno membalas tindakannya dengan mengungkapkan perasaan di depan semua oran...