26.

2 1 0
                                    

Sudah 2 hari Yulita sulit menghubungi Seno. Bahkan mereka jarang ketemu di sekolah karena Seno yang berusaha menghindar. Saat dia ke rumahnya pun Seno sedang tidak ada. Hal ini semakin tak membuatnya fokus belajar yang beberapa hari lagi akan menjalani ujian nasional.

Malam ini dia baru saja pulang dari kumpulan RS untuk rencana membujuk Seno. Karena kebetulan Seno tak ada dan entah kemana. Dia masuk ke dalam rumah. Dia terkejut saat dalam rumah sudah berantakan. Jantungnya berdebar. Tiba-tiba seseorang memegang dan menutup mulutnya hingga dia tak sadarkan diri.

Bel pelajaran pertama sudah berbunyi. Biasanya Yulita tak pernah melebihi jam bel pertama jika akan masuk sekolah. Fosil menghubungi Yulita, namun tak ada jawaban. Kembali mereka harus belajar untuk persiapan ujian nasional tanpa boleh memainkan handphone. Pulang sekolah mereka belum bisa menemui Yulita ke rumah karena harus mengikut pelajaran tambahan.

"Gue ada tambahan sampe jam 5 sore." Ujar Hana.

"Kita sampe jam 7 malem." Ujar Laras dan Aira. Tempat les mereka memang berbeda-beda

"Ya udah. Nanti kalau kita mau kumpulan. Kita samper dulu aja dia ke rumahnya." Solusi Ica.

Saat pukul 21.00 hendak mereka akan berkumpul bersama RS. Mereka ke rumah Yulita. Mereka masuk ke dalam rumahnya.

Seno dengan wajah yang kusut duduk di tempat yang ramai sambil menghisap rokok. Orang lain sedang menari dengan minuman, namun dia tetap terdiam. Tiba-tiba seseorang mengahampirinya, memeluk dari samping dengan manja. "Kerumah yuk?" ajaknya. Namanya Juwita.

Seno menghisap kembali rokok dengan santai tanpa menoleh Juwita. Dia meminum minuman miliknya dan mematikan rokok. "Ayo!" dia berdiri sambil menarik tangan Juwita.

Seno mengendarai mobil untuk ke rumah Juwita dengan tatapan yang kosong dan pikirannya hanya tertuju pada Yulita. Betapa dia merindukan perempuan itu. Perempuan yang dia tak perdulikan beberapa hari ini.

Juwita menyandarkan kepalanya ke bahu Seno dan tangan kanannya memegang lengan Seno. "Aku sayang sama kamu."

Tiba-tiba handphone Seno berdering. Dia mengambil dari saku celana, ternyata dari Fira. Dia mengangkat telepon. Fira berbicara tergesa-gesa dan terdengar isak tangis. Seno pun yang mendengarnya terkejut dan ngebut.

Juwita duduk kembali dengan nyaman. Dia kebingungan. "Apa ada?"

Seno baru teringat. Dia sedang membawa Juwita. "Turun lo sekarang." Dia menepikan mobil.

Juwita tetap diam setelah mobil berhenti. Hal itu membuat Seno kesal. "Turun lo sekarang!"

Akhirnya Juwita keluar. Seno kembali ngebut untuk segera sampai di rumah Yulita.

Seno masuk ke dalam rumah Yulita. Yang dikatakan Fira benar, rumah Yulita sudah berantakan. Dia memukul pintu rumah dengan kesal. Dia berlari ke kamar Yulita yang berada di lantai atas. Dilihatnya ada Fosil yang sedang menangis.

Tak ada yang bisa Seno lakukan selain dia meminta tolong pada RS. Malam ini pun dimulai ke beberapa tempat terdekat hingga pukul 23.30. Selebihnya besok pencarian akan dilanjut. Dia pun meminta tolong pada Pak Eki untuk pasukannya membantu mencari Yulita.

Waktu sudah menunjukan pukul 23.45. Seno masih saja melajukan mobil untuk mencari Yulita. Dia memukul stir dengan rasa kesal. Dia begitu menyesal dengan tindakannya yang sedang marah pada Yulita 2 hari ini. Handphone-nya bordering, ternyata dari Ibu Marin menyuruh pulang. Dia pun pulang dan memutuskan besok melanjutkan pencarian.

Setelah pulang sekolah. RS kumpul di rumah Yulita. Sebagian dari mereka sengaja tak mengikuti pelajaran tambahan untuk mencari keberadaan Yulita. Beberapa bawahan Pak Eki sudah mencari sejak tadi pagi, namun sampai sore hari belum menemukan Yulita.

TERIMA KASIH HUJANWhere stories live. Discover now