8.

2 1 0
                                    

Sudah 10 menit Yulita terus melihat layar handphone-nya. Dia mengharapkan ada chat dari seseorang yang dia harapkan. Orang yang sudah janji akan menjemputnya. "Oh my God," dia berjalan ke balkon. "Ngapain gue harus nunggu dia? Dia 'kan mau mainin gue." Dia mengepal tangan kanannya sambil memukul pagar.

Tepat 06.45 ada whatsapp masuk pada Yulita dari nama pengirim Kecoa. Dia membuka dengan cepat.

"Gue kesiangan"

"Lo bareng sama Anggun"

"Yuy, lo bareng sama gue. Seno bilang,"

"Iya." Jawab Yulita dengan nada kecewa. Ada perasaan kesal. Bagaimana tak kesal, dia sudah menunggu beberapa menit tetapi hasilnya mengecewakan.

Akhirnya Fosil tidak kesiangan hari ini. Saat mengikuti pelajaran, mereka dipanggil oleh Pak Andra sebagai kepala sekolah. Mereka pun masuk ke dalam ruang kepala sekolah dengan santai. Toh, kali ini mereka tidak melakukan hal-hal yang negatif, bahkan hal positif untuk penghuni sekolah.

Pak Andra melihat Fosil satu persatu dengan tatapan tajam. "Saya mau bilang makasih sama kalian."

Fosil tersenyum kecut jual mahal.

"Berkat kalian, saya tahu sikap Pak Sutisna yang sebenarnya bagaimana. Sekarang beliau sudah tidak mengajar lagi di sini." Ujar Pak Andra. "Tapi, kalian pun harus berbuat baik pada guru, bersikap yang sopan."

"Baik, Pak!" jawab Fosil serempak.

"Kalian boleh kembali ke kelas."

Fosil keluar dari ruang kepala sekolah. Saat mereka sedang berjalan ke kelas, mereka melihat geng Naumi, namun tidak ada sosok so cantiknya Naumi. Mereka menghampiri geng adik kelas itu.

"Naumi mana?" tanya Yulita.

Geng Naumi hanya menunduk berhadapan dengan Fosil. "Udah keluar dari sekolah, Kak."

Fosil tertawa puas. "Makanya jangan so so an kalau jadi adik kelas. Mentang-metang di sekolah punya bapak!" kesal Anggun meluap. Mereka pun melanjutkan langkah dengan tawa yang semakin puas. Mereka masuk ke dalam kelas, ternyata sudah tidak ada guru karena sudah ganti pelajaran. Namun ada hal yang membuat mereka kesal, saat melihat geng Milah yang duduk di kursi Fosil.

"Ngapain lo duduk di sini?" tanya Laras menantang.

Milah berdiri. "Gue gak ada urusan sama lo." Dia mendorong kening Laras dengan telunjuk. "Tapi sama teman lo!" dia tegaskan kalimat akhir sambil melihat pada Yulita.

Perlakuan Milah tidak dapat diterima Laras. Dia memberontak ingin menampar Milah. Dengan cepat Hana dan Aira menahan Laras. Mereka pun membawa Laras ke belakang agar tidak memberontak lagi. Sifatnya memang keras, bahkan paling keras dari Fosil yang lain.

Yulita berjalan ke depan dengan santai. "Ada masalah apa emangnya lo sama gue?" dia mengangkat dagu.

"Lo piikir gue bakal biarin lo sama Seno?!" Milah sudah kesal. "Lo sengaja 'kan terima dia? Supaya lo bisa tenar!" kalimat terakhir diucapkan dengan tajam tepat di wajah Yulita. "Itu masalah besar kalau lo bareng sama dia."

Yulita tertawa kecut. "Emangnya lo siapa ngelarang-larang hidup dia buat sama orang lain? Lo tuh cuman bekasnya dia 'kan?"

Kalimat itu semakin membuat Milah kesal. "Asal lo tahu, dia itu cuman main-main sama lo. Dia cuman mau manfaatin harta lo!"

Yulita tertawa kecut lagi dengan santai. "Terus kalau dia main-main sama gue, dia masih sayang sama lo?" dia tertawa semakin keras. "Lo pikir dia masih sayang sama lo?!" tegasnya semakin menyentak.

TERIMA KASIH HUJANWhere stories live. Discover now