Saat musim hujan di kota Bandung, Yulita lebih suka menghabiskan waktu di luar rumah. Walau kakinya mulai berjalan pelan, namun dia tetap sering berjalan-jalan untuk memperkuat tulangnya. Seperti hari ini, saat hujan turun, dia mencari alasan pada pekerja rumah akan membeli biskuit di alfamart yang berjarak 100 meter dari rumah Ega.
Dia berjalan dengan payung. Sesekali dia memainkan air hujan dengan telapak tangan. Begitulah kebiasaannya, dimanapun saat keadaan hujan. Hendak dia akan masuk ke alfamart, dia melihat anak lak-laki berumur 5 tahun berlari kegirangan ke parkiran yang di basahi air hujan. Dia menghampiri anak kecil itu, lalu menarik tangan kanan anak kecil untuk segera meneduh. "Nak, jangan hujan-hujanan, kamu masih kecil." Dia berhasil membawa anak kecil meneduh tepat di depan alfamart.
"Dion," seorang kakek keluar dari alfamart, lalu memegang lengan anak kecil yang sedang meneduh dengan wajah sedih.
Yulita mengangkat wajah perlahan untuk melihat siapa orangtua dari anak kecil ini. Dia terkejut. Laki-laki itu tetap sama dengan wajah mudanya sekitar 40 tahun lalu. Dia memberi senyuman pada Seno dengan wajah yang sudah berkeriput. Jantungnya berdebar. Dirinya serasa muda kembali. Mempertemukan cinta pertamanya itu.
"Yulita," lirih Seno. Dia pun terkejut melihat sosok Yulita yang sudah semakin menua, namun tetap cantik seperti dulu.
Yulita menyunggingkan senyum. "Mari saya tinggal," pamitnya. Ingii rasanya dia melihat Seno yang sudah menua itu lebih lama, tapi hatinya tak kuasa. Dengan cepat dia membalikkan tubuh, bersamaan dengan itu air matanya menetes. Dia kembali berjalan, tangan kanannya perlahan menyimpan payung. Kini dia berjalan di bawah deras air hujan. Air matanya mengalir semakin deras. Ingatannya melayang pada saat dia menangis di bawah air hujan, lalu seseorang meminta untuk dirinya menaik ke pundak.
Sejak tadi Yulita pergi dari rumah, Ega mengikutinya. Dia ikut terpukul saat melihat adik kesayangannya bertemu dengan masa lalunya. Dia menjulurkan pundaknya. "Ayo, naik!"
Dengan tatapan kosong, tanpa menyadari siapa yang di depannya. Yulita menaik saja, yang ada di pikirannya itu adalah sosok Seno, yang sedang di harapkan dalam hatinya.
YOU ARE READING
TERIMA KASIH HUJAN
Teen FictionSeseorang mengganggu hidup Yulita Nurul Azmi. Hanya karena dia menolongnya saat hujan deras. Dia selalu mempermalukan laki-laki bernama Seno itu agar tak menganggunya. Namun Seno membalas tindakannya dengan mengungkapkan perasaan di depan semua oran...