16.

2 1 0
                                    

Yulita melewati lobi untuk pulang. Seno menghalanginya.

"Gue perlu ngomong sama lo." Ujar Seno tanpa ekspresi. Lalu dia berjalan lebih dulu. Yulita mengikutinya. Ternyata pergi ke belakang sekolah. Mereka berdua duduk di lantai.

Seno mengeluarkan sesuatu dari tas "Ini surat dimana gue harus ninggalin lo saat itu." Dia memberikan selembar kertas. "Dan surat ini gue tulis kemarin." Dia berikan satu lembar surat lagi pada Yulita.

Seno memegang tangan kanan Yulita. "Sekarang gue mau jelasin semuanya sama lo." Dia menghela napas dalam-dalam untuk lebih tenang. "Pagi itu gue udah bener-bener siap buat berangkat sekolah. Tapi Ayah larang gue. Gue bantal Ayah, tapi ada kalimat yang gue gak bisa bantah. Saat Ayah bilang, Ayah mau temuin gue sama mamah kandung. Bagaimanapun saat itu, pikiran gue cuman tertuju sama kalimat Ayah. Sampai akhirnya gue ikut Ayah."

"Sebelum gue pergi, gue minta Ayah buat berhenti di rumah lo, tapi Ayah bilang kita udah telat untuk naik pesawat."

"Gue bener-bener marah saat Ayah bohong sama gue. Ternyata gue dibawa ke Sumatra hanya untuk ikut Ayah kerja. Sampai akhirnya Ayah kasih tahu gue kalau mamah kandung ada di Bandung. Saat itu pun gue pergi ke Bandung sendirian, ternyata Ayah ngejar gue."

"Sampai akhirnya mereka bisa bersatu."

"Satu hal lagi." Dia memejamkan mata terlebih dahulu, lalu perlahan dia membuka mata. "Saat gue liat lo di lobi. Lo harus tahu apa yang gue rasain saat itu. Gue bener-bener bahagia bisa lihat lo lagi. Tapi gue gak berani buat nyapa lo sekali pun. Gue bisa lihat. Lo gak pernah liat gue lagi walau kadang gue jalan di depan lo. Sampai akhirnya gue sadar, kita udah jadi orang asing."

Air mata Yulita jatuh perlahan.

" Gue mencintai lo sampai saat ini." Seno mencium kening Yulita. Perlahan dia melepaskan tangan Yulita. Lalu dia pergi meninggalkan Yulita yang sedang menangis.

Teruntuk Yuke,

Aku tahu. Pagi ini kamu nunggu aku untuk berangkat sekolah. Aku minta maaf karena bikin kamu nunggu. Aku gak ada niat untuk itu. Aku minta maaf karena harus pergi ninggalin kamu, ninggalin sekolah yang kita perjuangkan bersama-sama untuk masuk. Aku bener-bener nyesel dengan pilihan aku sekarang. Tapi ini jalan terbaik untuk aku, bahkan aku berharap untuk kebaikan kita. Aku pergi, Yuke. Aku pergi.

Yulitamembuka surat yang terlihat sudah lama.

Air mata Yulita semakin deras mengalir. Dia membuka kertas satu lagi.

Teruntuk Yulita,

Aku seneng kamu udah baca surat pertama. Surat yang isinya penjelasan. Penjelasan yang selama ini aku simpan bertahun-tahun. Aku bersyukur bisa ketemu kamu lagi walau mungkin mulai sekarang kita akan menjadi orang asing lagi dengan hidup masing-masing.

Yuy, selama kurang lebih dua tahun ini aku menahan semuanya. Kamu harus tahu, setiap detik aku gak pernah berhenti mencintai kamu. Setiap detik penyesalan itu selalu menghantui aku. Aku mencintai kamu sampai saat ini Yuy. Kamu harus percaya itu. Walau sulit untuk mempercayainya.

Dan selama dua tahun ini pun aku berusaha melupakan kamu. Kamu tahu karena apa? Karena aku pikir kita gak akan pernah ketemu lagi walau kaki kita terkadang melangkah di jalan yang sama.

Namun entah sampai kapan aku akan menyiksa diriku Sendiri dengan berbohong. Rasanya memang sakit. Tapi ini adalah balasan untuk pilihanku saat itu. Entah sampai kapan perasaan ini ada. Aku harap, kamu bisa berhubungan dengan Alam, karena kamu masih mencintainya. Jalani bersama dia Yuy. Karena hanya dengan cara itu, aku bisa melupakan kamu.

Jangan sedih.


Yulita meremas kertas terakhir yang dia baca. Betapa hancur hatinya saat membaca kedua surat itu. Betapa sakit hatinya ketika dia membaca kalimat yang ditulis Seno untuk melepaskannya. Betapa sakit hatinya saat dia harus kembali menjadi orang asing dengannya. Sungguh dia ingin memeluk laki-laki yang dia cari selama ini. Namun dia telah meninggalkannya.

Yulita membuka pintu rumah. Dilihatnya sudah ada Fosil sedang memakan makanan ringan di ruang tamu. Dia memeluk Anggun dengan air matanya. Dia keluarkan rasa sakitnya. "Kenapa dia pergi setelah gue percaya sama dia? Kenapa Tuhan gak pernah setuju sama pertemuan kita?"

Fosil menghampiri Yulita dan Anggun. Mereka menenangkan Yulita.

"Kita bakal bujuk di,"

"Dia yang minta buat gue pergi." Potong Yulita dengan tatapan kosong.

Fosil bingung. Namun mereka merasa kesal. Mereka merasa sahabatnya dipermainkan. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk berbicara dengan Seno. Saat itupun mereka menghubungi Seno untuk bertemu, namun tidak mendapatkan respons. 

TERIMA KASIH HUJANWhere stories live. Discover now