20

45.9K 1.8K 31
                                    

Sehari sudah aku merasakan suasana rumah terasa ramai berkat adanya kak zaskia. Ia selalu saja menemaniku disaat erik mulai berulah. Kuakui erik memang tidak jahat seperti tokoh fiktif yang dibuat oleh penulis novel atau cerita tentang suami yang kejam terhadap istrinya.

Erik hanya dingin padaku dan berapa menit kemudian ia berubah lembut. Bisa dibilang erik itu labil, bahkan sampai sekarang aku penasaran sama perasaannya kepadaku.

" hey! " ucap zaskia disampingku. Aku menatapnya dengan tatapan kesal yang kubuat dan ia hanya memberikan cengirannya padaku.

" maaf, abis fokus banget. Diajak ngobrol malah diem aja. Kamu lagi kenapa sih, nad? Banyak pikirankah? Atau... erik menyakitimu? "

DEG

Apakah kak kia, sebutan yang sudah diperbolehkan olehnya. Ia bilang sangat tak suka jika orang terdekatnya memanggil dirinya zaskia.

' nad, kamu kan sudah jadi ipar aku. Sekarang jangan panggil aku Zaskia. panggil nama kecilku aja, kia. ' begitulah katanya dan akhirnya akupun mulai memanggilnya, kia.

Apakah tergambar jelas kesedihan diwajahku.

" hah, kak kia bilang apa deh. Emangnya erik keliatan nyakitin aku apa? Walau aku tau erik belum sepenuhnya menerimaku, tapi erik gak pernah menyakitiku, kak. " jawabku sambil memberikan senyuman lebar padanya.

" kakak gak tau sampai kapan kalian bermain peran dibelakang kami semua, tapi jika memang erik sudah keterlaluan kepadamu, kakak mohon jangan selalu mendam semuanya. Ingat ada kakak dan yang lain yang selalu berpihak padamu. "

Aku tercengang dan tak bisa berkata apapun. Hanya tersenyum sambil menunduk dalam. Apakah begitu kelihatan semua sandiwara bahagia yang kutunjukan didepan kia?

Kemudian aku berdeham dan kembali tersenyum lebar menganggap jika semuanya baik baik saja.

" kalian kapan memeriksa jenis kelamin anak kalian? "

" maksud kakak USG kandunganku? "

Kia tertawa geli dan aku seperti terlihat bodoh didepannya. Jelas jelas kia sudah berkata seperti itu, pastinya yang ia maksud adalah USG.

" iya maksudku itu, gimana sudah direncanakan hari apa kalian memeriksa? Aku penasaran dengan jenis kelamin keponakanku ini. " jelasnya dengan mata yang ia tunjukan dengan ceria. Terlihat seperti anak kecil yang akan diberikan permen, itulah raut wajah kia saat ini.

" erik masih sibuk, pulang kerumah bahkan sering telat. Jadi aku masih gak tau kapan waktu pastinya. " jawabku lemas. Sejujurnya aku ingin memeriksa kehamilanku bersama erik. namun saat ia kembali kerutinitasnya, ia terlihat sangat sibuk bahkan sekedar menyapaku sebagai istrinya saja sudah tak pernah keluar dari mulutnya. Sesibuk itukah bekerja? Tapi jika hasilnya lumayan akupun yang senang.

Erik memang loyal, bahkan dari kami berhubungan saat itu. Uang yang ia keluarkan memang tidak berubah, tapi sifatnya ini yang berubah.

" gimana kalau kita pergi ke dokter kandungan sekarang, aja? "  tawar kia padaku. Aku ingin sekali tapi disisi lain, aku hanya ingin pergi memeriksanya bersama erik.

Aku menggelengkan kepalaku " maaf kak kia, bukannya aku tak mau hanya saja hatiku merasa kurang baik saja jika suami sendiri tak mengetahui ini secara langsung. Maksudku, sepertinya tunggu sampai erik ada waktu baru kami akan memeriksanya. " ucapku tersenyum canggung. Tak enak sebenarnya seakan menolak ajakannya itu hanya saja aku tak ingin erik kecewa. Kecewa? Haha apa mungkin erik mengecewakan hal ini. Bahkan sepertinya ia sudah tak peduli padaku, lagi.

kia menatapku mengerti " bahkan saat erik yang terlihat tak peduli padamu, kamu masih mengkhawatirkannya. Ckck! Anak itu memang tak tau terimakasih. Mestinya ia bersyukur mendapatkan istri sebaik kamu. " kesalnya.

Unplanned PregnancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang