14

46K 1.7K 9
                                    

sebulan pun berlalu dan aku masih mengikuti aturan yang dibuat olehnya, hingga pagi ini aku melihat kejanggalan dari diriku sendiri. aku seperti ingin melanggar semua aturannya terutama tentang rafa, mantan kekasihku.

" bagaimana bisa pengeluaran kantor jadi meningkat drastis seperti ini! " teriak erik saat kudengar dari arah dapur.

ya, erik siang tadi pulang dan hal itu membuatku mengerutkan dahiku. ingin bertanya tapi kuurungkan karena raut wajahnya berbeda kali ini. aku belum siap untuk mendengar ucapan kasarnya padaku. maka dari itu aku hanya diam sampai akhirnya melihat ia masuk kedalam ruang kerjanya.

akupun berjalan mendekati ruangannya itu, dan kembali terdengar erik seperti memarahi seseorang.

" tak perlu! aku hanya ingin kalian beresin semuanya dan kalau bisa suruh rafa kerumah, sekarang! "

kenapa harus rafa sih! batinku kesal.

lalu aku mendengar langkah kaki mendekati pintu yang saat ini tengah berdiri diriku untuk menguping dan dalam langkah tercepatku, akupun langsung pergi dan kembali ke dapur.

ceklek

pintu ruangan itupun terbuka dan menampakan raut kesal erik dan satu hal lagi, ia tak memakai kemeja yang sebelumnya ia gunakan. lalu diapun yang menyadari diriku tengah menatapnya pun menatap balik diriku dengan tatapan tajamnya.

kuberanikan diriku untuk bertanya padanya, jujur aku sangat khawatir.

" k- kamu ada masalah apa dikantor, rik? "

kemudian kudengar dia mendengus dan berjalan kearah dapur. lalu ia menuju kearah kulkas dan mengambil sebuah tupperware yang sebelumnya sudah kumasukan jus mangga kesukaannya. lalu ia menuang jus itu kedalam gelas dan kemudian meminumnya.

masih kuperhatikan geriknya disana dan kemudian diapun menatapku bukan dengan tatapan tajam melainkan tatapan-- entahlah mau dibilang sedih tapi raut wajahnya bercampur emosi yang ia pendam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

masih kuperhatikan geriknya disana dan kemudian diapun menatapku bukan dengan tatapan tajam melainkan tatapan-- entahlah mau dibilang sedih tapi raut wajahnya bercampur emosi yang ia pendam.

" pengeluaran kantor semakin banyak perbulannya, padahal aku tau hal apa aja yang harus mereka gunakan menggunakan uang kantor. kalau seperti ini terus, bisa bisa papa marah padaku. " ceritanya padaku.

kemudian ia mendekat kearahku sambil menaruh gelas yang sebelumnya ia pegang ketumpukan piring kotor. ia berjalan menatapku hingga akhirnya kurasakan tanganku ditarik olehnya dan berakhirlah wajahku ini bertubrukan dengan dadanya yang bidang.

ya, erik memelukku.

kurasakan jika badannya tidak sekuat yang sebelumnya, ia terlihat lemah dan aku tak tau harus melakukan apa. ingin rasanya membalas pelukannya, tapi aku terlalu takut jika perlakuannya ini hanya sesaat saja.

" heum, nyesel gua dateng buru buru kalau dikasih pertunjukkan mesra kaya gini. " tiba tiba terdengar gerutu seseorang yang sudah tak asing lagi untukku.

Unplanned PregnancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang