( COMPLETE )
saat seorang gadis cantik, yang harus menjadi istri karena sebuah kehamilan yang tak direncanakan demi tak ingin menanggung malu keluarga. kini, nadia aundini harus merasakan seberapa menderitanya ia yang tak dicintai oleh suaminya send...
Tiga hari sudah erik dan juga Zaskia berada di Singapore. Mereka mencari dimana keberadaan Nadia bersama salah satu sahabatnya itu dan hingga saat ini keduanya sangat sulit menemukan keberadaan mereka.
Sejak mendapatkan pesan dari Gea -salah satu sahabat Nadia- jika nadia sedang melarikan diri ke Singapore dan mereka berdua langsung bergegas menyusul keduanya.
Flashback ON
Deg
" jadi nadia melarikan diri kesana. Baiklah sayang, aku akan mencarimu. Malam ini juga. " ucapnya lalu ia langsung bergegas masuk kekamarnya hingga tiba tiba derit pintu kamar tamu terbuka dan disana sudah terdapat Kia yang menatapnya tajam.
" ngapain kamu kekamar?! Kakak menyuruhmu untuk mencari Nadia bukan untuk tidur dan berharap saat bangun Nadia sydah berada disisimu. " ocehnya memarahi erik tanpa mengetahui apa-apa.
Desah erik sebelum menjawab pertanyaan Kia. " erik gak pernah berharap keajaiban untuk ini. Erik masuk kekamar untuk merapikan baju karena erik akan pergi menyusul nadia ke Singapore malam ini juga. " setelah erik selesai berucap, Kia dengan gerakan cepatnya langsung kembali kekamar dan hal itu membuat kerutan jelas didahi erik.
" Kia kenapa ya? " gumamnya dan setelah itu karena sudah tak ada yang menghalangi lagi, ia langsung kembali berjalan kekamar dan segera merapikan beberapa setelan baju dan juga celana untuk ia taruh kedalam koper.
Hanya dalam waktu 15 menit erik sudah selesai menaruh semuanya didalam koper. Dan dalam waktu bersamaan Kiapun juga sudah selesai merapikan segala keperluan yang akan ia bawa menuju Singapore untuk menjemput iparnya tersebut.
Kedua pintu kamar berderit dalam waktu yang bersamaan dan setelah itu pandangan heran erik dapatkan saat melihat kakaknya tersebut membawa koper sedang berwarna biru dongker ditangannya. Lain hal dengan kia yang justru sudah ingin cepat cepat bertemu dengan nadia.
" kakak ngapain? " tanya erik saat mereka sudah berjarak dekat.
Kia menatap erik dan ikut melihat apa yang erik lihat. Lalu ia mendapatkan bahwa tatapan tersebut jatuh kearah tangannya yang sedang membawa koper. Kenapa? Apa ada yang salah? Batinnya berfikir.
" kenapa emangnya? Ada yang salah? Kopernya terlalu besar atau gimana? " tanya kia bingung.
Lalu dilihat erik menggeleng sambil mengusap mukanya cepat. Hal itu malah makin membuat kia bingung.
" kenapa sih?! " tanyanya lagi dengan nada kesal.
" kakak mau ikut erik? " pertanyaan erik menyadarkan kia jika ia memang belum memberitahu jika ia akan ikut dengan adiknya itu. Lalu dengan tampang polos, kia menganggukkan kepalanya.
" yasudah, ayo. " jawaban singkat dari erik membuat kai menggeram tapi ia tetap mengikuti langkah adiknya tersebut.
Setelah beberapa menit menghadapi jalanan yang sudah tak asing lagi bagi mereka, mau siang ataupun malam jalanan dijakarta memang selalu identik dengan kemacetan, beruntung malam ini hanya beberapa saja ia mendapatkan titik kemacetan. Kini, mereka sudah berada dibandara Soetta dan langsung memesan tiket pesawat menuju Singapore.
" goodbye jakarta, untuk sementara kira berpisah dulu. Dan semoga aku dan erik dipertemukan kembali dengan nadia oleh Tuhan disana. " ucap kia pelan saat mendengar informasi untuk para penumpang pesawat menuju Singapore.
Flashback OFF
Ia juga sudah tiga hari ini dirinya melewati semuanya tanpa kehadiran nadia disisinya. Rindu akan suaranya yang terkadang ketakutan jika dirinya sedang dikuasai amarah. Rindu senyuman yang tak sengaja ia lihat kala nadia tengah berbicara pada calon buah hatinya. Sekarang ia sadar dan paham jika semua perbuatannya sangat salah. Apalagi kini, sahabat yang ia kenal dari sekolah dan juga mantan kekasih istrinya itu pergi meninggalkannya karena memang ini semua adalah kesalahannya.
" iya, ma. Kita bertiga lagi liburan ke Singapore. Kia juga Nadia baik kok disini sama erikpun kabarnya baik, jadi mama gak usah khawatir ya. " suara ceria Kia terdengar dari kamar tidurnya. Sesaat ia berfikir kenapa kakaknya itu berbohong pada orangtuanya apalagi itu adalah mama.
Dengan gerakan cepat erikpun membuka pintu kamar hotelnya yang sudah ia pesan dari pertama ia menginap di Singapore tersebut untuk menuju dimana kia berada. Lalu kemudian iapun menemukan kia dimeja dapur tengah menenggelamkan wajahnya dengan kedua tangannya itu sebagai tumpuan. Sesaat sebuah kenangan terlintas dibenak erik saat melihat sebuah meja dapur itu. Ia ingat saat dimana biasanya Nadia selalu menyiapkan sarapan untuknya kembali menggerayangi pikirannya. Kutahu itu semua salahku tapi kumohon biarkan aku menghilangkan pikiran itu supaya tak menambah bebanku. Batinnya.
Dalam langkah pelan ia mencoba mendekati Kia dan ketika sudah mendekat iapun mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung kakak kesayangannya tersebut.
" sudah kak, ini semua salahku dan jangan jadikan ini sebagai bebanmu. " ucapku dan perlahan wajah manis dan sangat terlihat jejak airmata itu tertampang dipenglihatan erik. Shit! Kia nangis! G--gua bener bener terlihat lebih brengsek sekarang. Batinya lagi saat melihat wajah kia.
" kakak mohon, rik. Cari istrimu, kakak mau Nadia sekarang. Janji sama kakak kamu bakal nemuin dia dan bawa kembali kesini. Kakak sayang sama Nadia, erik. Apa kamu gak mikir Nadia sekarang lagi membawa calon anakmu dan sampai 3 hari ini kamu tetap berdiam diri disini. "
" kak, aku tau itu tapi aku bingung bagaimana cara menemukannya apalagi disini itu luas kak! " gertaknya hingga akhirnya kia diam dan kembali menangis.
" baiklah, aku akan mencari nadia hari ini. Jika sampai malam aku tak kembali, hubungi aku. " ucap erik dan kemudian ia bangkit dan memasuki kamarnya kembali untuk mengambil jaket.
Setelah itu ia keluar dari kamar hotelnya dan langsung menelusuri apapun, seperti toko toko yang terdapat didaerah yang paling dekat dengan Hotel. Erik memang tak tau Nadia dimana dan sedang apa sekarang tapi yang ia fikirkan dan ia semogaka, berharap dirinya bertemu dengan nadia.
Mulai dari Cafe kecil dengan nuansa bisa dibilang gaya jadul atau Jaman Dahulu, hingga akhirnya kakinya melangkah ke toko pakaian bayi. Entah apa yang ia fikirkan tapi kakinya membawa ia kesana.
Pegawai toko tersebut menyambutnya dengan nada sopan, tapi erik tak peduli itu. Ia terus berjalan mengelilingi pakaian atau peralatan bayi. Matanya menatap sebuah Box tidur bayi dan juga Stoller berwarna senada dengan Box bayi tersebut. Erik terdiam dan membayangkan apakah anakku kelak berjenis kelamin laki laki? Semoga iya. Batinnya sambil meraba kedua benda tersebut.
Hingga akhirnya lamunannya terhenti saat ada penjaga ditoko tersebut menanyakan apakah dirinya membutuhkan sesuatu supaya karyawan tersebut bisa membantunya menemukan apa yang erik cari.
" excuse me, sir. can i help you for something you want? "
Erikpun menggelengkan kepala " nope, thanks. " jawabnya singkat dan kemudian ia melangkahkan kakinya keluar dari toko tersebut dan sebelumnya ia memberikan senyuman singkatnya pada karyawan tadi sebelum ia keluar dari toko.
Kini, ia kembali melangkahkan kakinya tanpa tujuan seperti patah semangat. Menyesal, kenapa baru sekarang ia menyadarinya. Padahal dulu ia sangat menyukai Nadia, walau ia tau menyukai nadia sama saja membuat dirinya belajar untuk mencintainya, juga.
Akhirnya ia menghentikan langkahnya kearah jembatan buatan yang sudah mengarahkan pandangan siapapun kearah danau. Entah sejak kapan ia sudah berada disana yang pasti kala sadar, ia sudah berada disini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.