25

41.9K 1.4K 16
                                    

Setelah kepergian aurin dan membawa ponselku, kini aku hanya menunduk dan mengatur nafasku sambil menghapus airmata yang keluar semenjak erik menelponku.

Entah mengapa hatiku merasa sedikit takut jika erik gagal menemuiku, tapi disatu sisi aku justru lebih takut jika aurin melarang erik menemuiku. Aku sangat amat mengenal aurin, jika ia membenci seseorang dia akan melakukan hal apapun bahkan saat rafa menyakitiku dan juga daniel yang sempat menghindar dari gea.

hatiku merasa hangat saat mendengar kalimat yang kudengar saat erik berkata jika ia berjanji akan menemuiku, tapi aku masih kurang yakin dan aku juga khawatir pada hatiku sendiri jika erik nantinya akan menyakitiku lagi.

Akhirnya akupun menarik nafasku dan membuangnya cepat lalu beranjak dari duduk dan mengambil Cardigan untuk kugunakan karena aku ingin sekali keluar mencari angin. tak peduli dengan ancaman aurin yang melarangku untuk keluar, akhirnya aku keluar dan berfikir jika aku tak akan pergi terlalu jauh dari kosan.

Sambil berjalan dan sedikit bersenandung menghilangkan rasa campur aduk tak sengaja mataku menatap seorang gadis kecil yang menangis tersedu sambil memegang lututnya. Aku berjalan mendekat dan akhirnya kuketahui jika lututnya sedang terluka.

" hey, kamu kenapa? " tanyaku sambil berjongkok disebelahnya lalu gadis kecil yang kuperkirakan berumur 5 tahun itu menatapku dengan mata lembab dan airmata yang terus mengalir dikedua pipi gembilnya.

" lutut aku hiks perih kak " jawabnya dengan sesenggukan.

Akupun tersenyum lalu menghapus airmatanya itu sambil bertanya. " rumah kamu dimana? "

Iapun menghentikan tangisannya hanya saja suara sesenggukannya masih ada walau samar. " digang sana kak, emangnya kenapa? " tanyanya dengan raut bingung.

" kakak antar kerumah kamu ya? Kakak obatin luka kamu dirumah kamu aja, gimana? "

Dia diam sebentar lalu kemudian ia mengangguk perlahan. Setelah itu aku bangkit ia ikut bangkit tapi sedetik kemudian ia kembali terjatuh sambil menjerit.

" aww, sakit... "

' jika terjatuh menyebabkan luka dilutut itu sakit, gimana dengan hatiku yang saat itu selalu disakiti? ' batinku saat melihat gadis kecil itu kembali menangis lalu aku kembali berjongkok disebelahnya sambil mengusap kepalanya pelan.

" kalau masih sakit sini kakak gendong, tapi dipunggung ya? " ucapku lalu ia menggeleng membuatku mengerutkan alisku bingung.

" kenapa? "

Lalu ia terus menggeleng hingga akhirnya ia bangkit dan berjalan meninggalkanku dengan tertatih.

Aku menatapnya bingung lalu tertawa kecil. Sekilas aku berfikir jika gadis kecil itu sepertiku wakti kecil dulu. Walau aku sadar jika sekarang aku adalah wanita yang sangat menyusahkan orangtua, namun saat sekecil dirinya aku tak mau kelihatan lemah oleh seseorang.

Lalu aku berjalan dibelakangnya hingga akhirnya kini kami berdua jalan perlahan diantara gang kecil yang menghubungkan dimana rumah gadis kecil itu tinggal. Kemudian ia berhenti disebuah rumah sederhana dan memasukinya lalu dengan perlahan ia membuka pintu bertepatan dengan seorang wanita muda yang mungkin hanya berjarak sedikit lebih dewasa dariku.

" salsa, kamu kenapa? " tanya wanita itu khawatir saat melihat gadis kecil itu menangis pelan sambil memeluk pinggangnya.

" tadi saat saya keluar dan berjalan mencari udara segar, saya melihat dirinya tengah menangis dan saat saya lihat ternyata lututnya luka. Lalu aku menawarkan diri untuk mengantarnya pulang dengan menggendong tubuhnya kepunggungku, tapi ia menolaknya entah karena apa lalu ia berjalan mendahuluiku hingga akhirnya kita sampai disini. " jawabku menjelaskan hingga akhirnya wanita itu mengangguk mengerti dan kemudian ia mengucapkan terimakasih dan menyuruhku untuk mampir sebentar. Akupun menerimanya daripada harus kembali lagi kekosan dan melakukan rutinitas termenung lagi, akhirnya aku menerima ajakannya ini.

Unplanned PregnancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang