32

40.2K 1.5K 5
                                    

Setelah menangkap Nadia dalam dekapannya, kini Erik menggendong tubuh Nadia dan akan membaringkan kembali tubuh lemah Nadia ke kasur. Saat sudah membaringkan tubuhnya, semua tatapan mengarah pada Erik yang saat ini tengah menunjukkan raut khawatir pada Nadia.

' akhirnya aku bisa kembali menemukanmu, sayang. Aku mohon bangun, aku rindu dengan suaramu yang memanggilku. ' batinnya saat menatap Nadia penuh kasih sayang.

' kemana saja kau selama ini, bodoh?! Disaat Nadia sudah tersakiti, kamu baru sadar. ' kali ini suara dihati kecilnya menyalahkan segalanya pada dirinya. Erik sangat tau jika semua yang ia lakukan terhadap Nadia adalah Dosa terbesar yang pernah ia lakukan.

Cemburu. Ya, karena cemburulah Erik melakukan hal yang tak sepatutnya ia lakukan. Disaat Nadia membutuhkan kasih sayang sedangkan dirinya hanya memarahi sosok Nadia yang saat ini masih belum sadar dari pingsannya.

" nyesel? "

Sebuah pertanyaan berhasil menyita perhatian Erik yang sedari tadi tengah memperhatikan Nadia. Saat mencari siapa yang bertanya dengan nada sesinis itu, akhirnya erik menemukannya dan ternyata kali ini Aurin yang menatap dirinya dengan raut sinis.

" nyesel udah bikin keadaannya kaya gini? Kenapa sih rik, lu setega itu bikin Nadia separah ini. Dan lo juga, raf! " kali ini wajah sinisnya mengarah pada rafa.

Yang ditatap sesinis itu hanya mengerutkan dahinya " kenapa? Yang bikin Nadia sakit hati sampe sejauh ini kan Erik bukan gue! " jawabnya kesal.

Masih dengan wajah sinis dan senyum miring, Aurin melangkah maju kearah Rafa. " yang bikin Nadia pingsan karena kabar bualan itu, siapa? "

Aura sekitaran mereka tiba tiba sunyi, Gea Zahra juga Kia menjauh dari sekitaran Aurin. Selama ini, saat Kia sudah tau bagaimana sifat dari ketiga sahabatnya Nadia, adik iparnya itu. Ia sudah tau jika diantara mereka hanya Aurin yang lebih Protektif diantara keduanya pada Nadia.

" gue, tapi bukan berarti lo bisa seutuhnya nyalahin gue! " jawab Rafa dengan wajah tak bersalah. Baginya memang itu bukan sepenuhnya kesalahan itu ada didirinya. Ia hanya mendapatkan kabar dari suruhannya yang ternyata salah.

" cih! "

Lalu setelah pertengkaran yang tak ada gunanya itu, perlahan raut wajah Nadia menunjukan raut wajah kesakitan dan kemudian kedua matanya terbuka perlahan.

Pandangan pertama yang ia lihat adalah muka Erik, suaminya. Ia sedang menunjukan wajah khawatirnya. Lalu ia bangkit dari rebahannya. Namun, Erik melarangnya terlebih dahulu karena Erik merasa tubuh Nadia masih lemah.

" jangan bangun dulu, Nad. " ujarnya saat melihat Nadia mulai mengangkat kepalanya untuk bangun.

Nadia yang merasa mendapat sedikit perhatian dari Erik hanya diam dan ia tetap ingin sekali bangun dari tidurnya itu. Karena merasa Nadia sulit untuk dilarang, akhirnya Erik mengizinkan Nadia bangun untuk bersandar dikepala ranjang yang sebelumnya diberi bantal untuk menopang tubuhnya yang masih dikatakan lemah itu.

Nadia melihat sekitar dan kembali senyumnya merekah kala melihat Salsa tengah menatapnya khawatir.

" kakak udah sembuh? Kakak sakit apa? " tanyanya pada Nadia saat melihat mata Nadia mengarah kepadanya.

Nadia menggelengkan kepalanya pelan " kakak gak sakit, kakak cuma pusing aja kok. Salsa gak usah khawatir ya. " jawabnya masih dengan senyuman yang tak pernah pudar dari wajah pucatnya namun tetap cantik.

Lalu Salsa mencoba melepaskan tautan tangannya pada Kia dan melangkah maju menuju Nadia. Setelah sudah berada didekatnya kedua mata bulat yang mungil itu berkaca kaca dan segera memeluk tubuh Nadia. Semua kepala menatap pemandangan ini, mereka semua merasa ikut sedih walau tak tau apa yang harus disedihkan.

Nadia menatap Salsa lembut dan mengelus pucuk kepalanya. " Salsa kenapa nangis? Kan kakak udah bilang, kalau kakak gak apa-apa. Jangan nangis lagi dong, nanti kalau nangis jadinya mata Salsa merah terus gak cantik lagi. " godanya pada Salsa sambil tersenyum jail.

Namun salah, justu Salsa menggeleng dan terus menangis " aku cuma takut kalau kakak nanti kayak ibu. "

Nadia diam dan tak lagi memandang Salsa, namun ia mengusap lembut perut buncitnya itu. Ia berfikir jika keadaan dirinya juga Tari -ibu- salsa itu berbeda. Bagimanapun juga ia ingin memjaga kandungannya dengan baik.

" Nad.. " panggil Erik yang sudah gatal sekali ingin menanyakan kabar istrinya itu. Hanya saja tertunda dengan percakapan Nadia juga Salsa.

Nadia mengangkat wajahnya dan kemudian bertubrukan dengan wajah Erik yang menatapnya khawatir. Nadia diam tak berbicara sepatah katapun. Jujur ia sangat merindukan wajah suaminya tersebut. Hanya saja, bukankah berita yang Rafa berikan kepadanya dan juga yang lain bahwa Erik dikabarkan kecelakaan pesawat. Namun sekarang, ia melihat Erik didepan matanya. Apakah ini mimpi? Batinnya berfikir.

" hey, Nadia? Kamu kenapa, Sayang? " ini apa lagi? Ya Tuhan jika ini memang mimpi untukku, aku mohon jangan bangunkan aku. Batinnya lagi saat melihat sosok yang menyerupai Erik memanggilnya 'sayang'.

Kemudian ia mengerjapkan mata saat tiba tiba Gea memukul keningnya pelan namun ber-efek sakit karena memang kondisinya masih lemas.

" awww! " ringisnya pelan dan Gea hanya memutar kedua bola matanya malas.

" gak usah segitunya juga natap suami lo, bikin gua iri aja liatnya. " omelnya pada Nadia yang masih bingung.

Tunggu, ini mimpi kan? Tapi kenapa keningku sakit pas dipukul Gea?

" mimpi apa sih? Lu lagi dalam keadaan sadar, Nad! "

" Nadia masih keadaan Shock kali, Ge. Nad..? "

" hmm? " gumamnya yang masih tak percaya jika semua ini Nyata untuknya.

" lo gapapa kan? " tanya Zahra yang kali ini terlihat khawatir takut lagi lagi Nadia pingsan.

" gue beneran gak mimpi? " tanyanya meyakinkan. Baginya ini masih gamang dan tak percaya, bagaimana bisa Erik yang dingin padanya sekarang sedang menatapnya penuh khawatir, takut dan juga ... sayang?

Bukan jawaban yang ia dapatkan karena tiba tiba saja Erik memeluknya dengan lembut. Tubuh Nadia kaku seketika namun saat tatapannya bertubrukan dengan Kia yang menatap tengah tersenyum kepadanya, ia yakin jika sekarang ia tidak sedang bermimpi. Ini Nyata dan Erik, Erik yang dulu menyayanginya kini sudah kembali.

" pulang, Nad. Semuanya khawatir sama kamu. Aku janji akan memperbaiki semuanya dari awal bersamamu. Aku akan jaga kamu dan juga calon buah hati kita yang harusnya kujaga dari awal dengan baik, dan aku... aku Mencintaimu. "

********

Unplanned PregnancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang