34

42.1K 1.4K 8
                                    

Nadia POV

Dari pagi aku juga Erik sudah disibukan dengan gejala yang sudah mulai kurasa. Ya, minggu ini sudah perkiraannya bayi dalam kandunganku akan lahir, dan aku sudah mulai merasakan sakit teramat sangat sebelum awan hitam ini tergantikan dengan awan putih.

Erik kewalahan dan dengan sigapnya ia mulai menyiapkan barang apapun yang akan kami butuhkan dirumah sakit. Jujur aku terharu melihat sikap siaganya itu apalagi saat kejadian waktu itu ia mengatakan jika dirinya sudah benar benar mencintai kami, aku dan juga anak kami.

" apa perlu aku telpon mama papamu? Juga keluargaku? " pertanyaan tiba tiba darinya membuatku tersadar dari lamunanku dan aku hanya mengangguk mengiyakan.

Aku sendiri sedang duduk disofa karena Kontraksi dalam perutku suka berubah ubah. Terkadang sakit amat sangat terkadang biasa saja seperti sekarang.

" langsung kerumah sakit aja, ya? Mereka semua bakal menuju kesana sekarang. " ucap Erik setelah kembali dari mobil memasukkan barang yang sudah ia rapikan dan sekarang ia tengah membantuku untuk berjalan menuju mobil. Aneh rasanya dirangkul seperti ini, aku hanya sedang merasakan kontraksi bukannya luka parah.

Saat sedang berjalan dan bahkan hampir sampai kepintu mobil, tiba tiba perutku merasakan nyeri yang teramat nyeri dari yang sebelumnya.

" kenapa? Kamu sakit lagi? Sabar sayang, kamu masuk dulu aja. Sabar ya, kamu tarik nafas pelan pelan. " kata erik sambil mendudukkan tubuhku dan memakaikan diriku seatbelt dan kemudian iapun menutup pintu mobil. Lalu ia segera mengitari mobil dan langsung duduk didepan kemudi, setelah itu mobilpun langsung berjalan meninggalkan rumah kami.

Setelah mengurus administrasi dan segalanya, kini aku sudah berada didalam ruang persalinan dengan kak Kia yang menemaniku disini, sedangkan yang lainnya masih dalam perjalanan menuju kerumah sakit.

" masih sakit, nad? Erik siap siaga kan pas kamu sudah mulai kontraksi. " tanya Kia dan aku hanya mengangguk saja, aku teramat lemas karena nyeri yang tak kunjung hilang ini.

Lalu kemudian rombongan suster masuk keruangan ini sambil menunjukan senyuman mereka padaku juga Kia. Lalu Kia menahan nafasnya saat melihat cairan bening yang tiba tiba mengalir dikedua pahaku.

" air ketubannya pecah, sus. " seru Kia dengan wajah khawatirnya. Sedangkan aku hanya menarik nafas dan mengeluarkan nafas perlahan. Sudah waktunya kamu ketemu ibu dan ayah ya, nak? Batinku lalu mengelus perut perlahan. Dan benar saja perutku lebih terasa sakitnya bahkan rasanya perutku seperti terkelupas didalam.

" dokternya mana?! Nadia udah mau lahiran! "

" dokter akan segera sampai kesini, lebih baik anda tunggu diluar saja. Kecuali suami ibu Nadia sendiri yang boleh menemaninya. " kata suster tersebut yang masih kudengar. Jujur sakit diperutku seakan membuatku tuli dari pendengaran. Beginikah rasa sakit saat proses melahirkan?

" Sayang? " panggil Erik yang kulihat dengan wajah paniknya.

" aku gapapa, tapi bisa kamu pegang tanganku yang kencang? Sa.. sakitnya lebih parah. " jawabku. Lalu Erik menggenggam tanganku dengan erat dan juga lembut diwaktu bersamaan.

" sudah siap, ibu Nadia? "

" sudah. " jawabku sambil tersenyum saat mendengar pertanyaan Dokter Lula yang akan membantuku untuk proses persalinan ini.

Dan setelah itu aku langsung mengikuti intruksi yang diucapkan oleh Dokter Lula untuk mengenjan dan berbanyak ambil nafas supaya Bayiku segera keluar dari Rahimku. Erik selalu mengecup pelipisku dan tetap menggenggam erat tanganku walau aku tau saat ini tangannya sedikit berdarah karena kuku milikku menggores telapak tangannya. Namun, bukannya ia marah tapi ia malah tersenyum dan semakin menggenggam erat tanganku.

" lagi ibu, kepalanya sebentar lagi akan keluar. " seru Dokter Lula, dan lagi lagi aku harus mengenjan lebih keras supaya Bayiku keluar.

" terus, lebih kencang.. ayo ibu. "

Setelah kucoba untuk yang kesekian kali, akhirnya kurasakan perutku semakin kecil dan terdengar suara tangisan bayi diruangan ini. Anakku sudah lahir? Batinku bahagia dan tanpa terasa airmata keluar deras dari kedua mataku.

" selamat ibu, bapak. Anaknya sehat dan tak ada kekurangan apapun. Jenis kelaminnya perempuan. " ucap seorang suster yang memegang bayi mungil kami. Kemudian ia segera membersihkan bayi kami dan setelah itu ia memberikannya padaku untuk kulihat.

 Kemudian ia segera membersihkan bayi kami dan setelah itu ia memberikannya padaku untuk kulihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" cantik. " gumamku saat melihat bayi kecilku sudah berada dipelukanku.

" seperti kamu, sayang. " ucapan erik berhasil menyita perhatianku dari bayi kami. Erik tersenyum padaku dan tangannya langsung meraih tangan kecil bayi kami. Kulihat dimatanya ada air bening yang siap untuk turun. Ya, erik menangis sambil menatap kami.

" aku bersyukur sekarang memiliki kalian dihidupku, sekali lagi aku sangat menyesal sudah pernah menyakitimu juga bayi manis kita ini. Kali ini dan seterusnya, aku akan selalu menjaga keluarga kecil kita. Apalagi kamu harus melahirkan beberapa anak lagi. " ucapnya dengan nada sedikit menggoda mau tak mau aku mencubit tangannya kencang hingga dirinya kesakitan.

" awww.. " ringisnya pelan namun setelah itu ia merangsek maju dan mengecup bibirku perlahan.

" love you, sayang. "

" aku tau itu. " ucapku namun Erik tak suka mendengarnya. " I Love You too, my hubby. "

***********

Tinggal beberapa part lagi menuju Ending!

Love You Y xx

Unplanned PregnancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang