Chaeyoung menghela napasnya kembali, meletakkan begitu saja buku tentang merajut yang ia baca sebelumnya pada pangkuannya. Sementara dirinya kini telah bersandar pada sofa yang ia duduki, sembari menatap pada beberapa bahan merajut yang sudah berada di atas meja dihadapannya.
"Besok malam, jam 7. Tidak boleh terlambat."
Chaeyoung tersenyum ketika mengingat ucapan Yoongi saat itu. Menghela napas untuk berusaha menyemangati dirinya sendiri jika dia bisa untuk membuat sebuah sapu tangan rajutan.
"Bagus sekali. Ini akan jadi kencan pertamaku dengan Yoongi Oppa. Apalagi di malam natal yang romantis. Lalu setelahnya, aku yang akan jadi orang pertama yang memberikan hadiah natal pada Yoongi Oppa."
Membayangkan semua itu benar-benar membuatnya bahagia. Senyumnya bahkan belum menghilang dengan berusaha untuk melanjutkan pekerjaan merajutnya.
"Chaeyoung, lihat ini."
Suara dan kehadiran Ibunya saat itu membuat Chaeyoung menghentikan pekerjaannya sementara. "Ada apa, eomma?"
"Seperti biasa, ucapan selamat natal yang dikirimkan olehnya datang lagi tahun ini."
Senyuman gadis itu terbentuk, menatap pada sebuah kartu ucapan yang digenggam oleh Ibunya. Lalu Bongsun mengangkat sebuah kotak yang ia bawa bersamanya sebelumnya. "Dia juga mengirimkan hadiah natal juga kemari."
"Benarkah? Aku ingin membacanya."
Dan kartu ucapan itu serta kotak yang pasti berisi hadiah natal itu telah berada di pangkuannya.
"Hah, di antara seluruh murid ayahmu, hanya dia yang masih mengingat kita semua. Bahkan sampai sekarang, dia selalu mengirimkan kartu ucapan natal untuk keluarga kita."
"Tentu saja. Dia kan murid kesayangan appa. Bahkan appa lebih menyayanginya daripada aku yang putrinya sendiri."
Mengingat itu semua membuat ibu dan anak itu hanya tersenyum. Memilih untuk menatap pada kartu ucapan natal itu dan membacanya.
"Chaeyoung dan Nyonya Park, apa kabar? Aku benar-benar sangat merindukan kebersamaan saat bersama kalian. Apa kalian berdua sehat semua? Aku rasa, aku juga harus memberikan kalian kabar baik ini. Kurasa, dua hari lagi aku akan kembali ke Seoul bersamaku. Dan aku benar-benar tak sabar untuk bertemu dengan kalian berdua. Aku mendoakan kalian agar selalu sehat."
Chaeyoung dan Bongsun tersenyum setelah membaca surat itu.
Hingga pandangan Bongsun terhenti pada sebuah rajutan yang belum terselesaikan. Kini menatap pada Chaeyoung setelahnya.
"Kau sedang merajut?"
Pertanyaan itu membuat Chaeyoung juga ikut mengalihkan pandangannya. Menatap pada Ibunya setelahnya yang kini malah sudah tersenyum padanya.
"Wah, putriku tiba-tiba saja belajar merajut. Mau kau berikan pada siapa? Apa eomma pernah lihat orang itu sebelumnya?"
"T-Tidak, bukan begitu. Lagipula, kenapa memangnya jika aku belajar merajut? Aku hanya ingin mencari hobiku disaat sedang bosan."
"Apa kau bisa?"
Chaeyoung mendecak ucapan Ibunya yang seolah meremehkannya. "Di dunia ini, tidak ada yang bisa dilakukan sebelum kita mencoba. Jangan remehkan aku lagi."
"Jangan remehkan aku lagi." Ucap Bongsun mengejek Chaeyoung. Membuat gadis itu semakin dibuat kesa oleh Ibunya yang bahkan sudah tertawa padanya.
"Baiklah-baiklah. Eomma akan tinggalkan kau saja kalau begitu. Semangat, sayang. Merajut itu perlu kesabaran yang besar jika kau sama sekali tak mengerti caranya."
KAMU SEDANG MEMBACA
devil beside you ❌ yoonrose
Fanfiction[18+] ✔ Park Chaeyoung berniat menyatakan cintanya pada laki-laki yang ia sudah sukai dari awal, Jeon Jungkook. Namun siapa sangka ia salah memberikan surat cintanya dan jatuh ke tangan si pembuat onar di sekolah mereka, Min Yoongi. Tentu saja Min Y...