15

883 83 3
                                    

Ringisan itu Jennie keluarkan, ketika Yoongi saat ini tengah mengobatinya. Guru kesehatan mereka sudah pulang dan membuat Yoongi harus melakukan ini semua.

"Luka di wajahmu sudah tak apa. Luka di kakimu yang lebam juga tak apa. Setelah ini, kau harus istirahat. Aku sudah menelpon supir keluargamu untuk mengantarmu pulang setelah ini."

Jennie tersenyum pada Yoongi saat mendengar perhatian pria itu. Dimana pria itu kini beranjak untuk meletakkan kembali semua peralatan untuk mengobati Jennie sebelumnya.

"Kau selalu akan berubah menjadi lebih perhatian jika melihat orang lain terluka."

Ucapan Jennie saat itu tak mendapatkan reaksi apapun dari Yoongi. Dan Jennie seolah sudah terbiasa dengan itu semua, menatap pada luka lebam yang terbentuk di pergelangan betis kirinya.

"Kau masih sama saat kita berada di sekolah menegah pertama dulu. Selalu saja mencemaskanku dan selalu berada di sampingku untuk merawatku. Apa kau ingat? Saat itu adalah masa paling gila dari dirimu. Selalu saja berkelahi seolah hal itu adalah biasa bagimu. Orang-orang disekitarmu, semua menatap dirimu seolah kau adalah musuh mereka. Meskipun begitu, kau akan selalu datang menyelamatkanku."

"Baiklah. Apa kau sudah selesai mengenang masa lalumu?"

Yoongi mengangkat kembali tubuh Jennie dari atas ranjang yang berada di ruang kesehatan, dimana gadis itu segera memeluknya dan menatap pada pria itu.

"Ck, apa kau tak bisa sedikit saja mendengarkanku?"

"Lebih baik kau gunakan waktumu itu untuk beristirahat daripada untuk bercerita sesuatu yang sudah lewat."

Jennie hanya memberengut disana. Tapi, apa dia bisa marah? Sifat Yoongi memang seperti itu. Dan gadis itu tak bisa berbuat apapun selain diam, karena ucapan Yoongi benar adanya.

Dan ketika mereka telah sampai di luar gedung sekolah, sebuah mobil telah terparkir di depan gerbang sekolah. Dan Yoongi yang sudah tahu berjalan mendekat ke arah mobil dimana pintu belakang sudah terbuka oleh sang supir. Meletakkan Jennie di dalam sana.

"Menginap semalam di rumahku?"

Yoongi tak mengatakan apapun, hanya melepaskan genggaman Jennie saat itu padanya dan menutup pintu mobil.

"Apa orangtuanya ada di rumah?"

"Tidak, Tuan. Tuan dan Nyonya masih melakukan perjalanan bisnis mereka."

Hanya helaan napas yang Yoongi keluarkan, sembari mengangguk mengerti.

"Paman, Jennie baru saja mengalami sedikit kecelakaan tadi dan salah satu kakinya terkilir. Tolong katakan pada pelayan di rumah untuk merawatnya dan selalu berikan dia istirahat yang cukup. Jangan membuatnya banyak berjalan agar kakinya yang terkilir bisa sembuh dengan cepat."

"Baik, Tuan. Saya mengerti."

.

.

Langkah Chaeyoung tak begitu bersemangat saat itu untuk berjalan pulang ke rumahnya. Apalagi, di pikirannya saat ini masih terngiang percakapan antara dirinya dan Jimin sebelumnya saat berada di sekolah.

"Saat kami sekolah menengah pertama dulu, Jennie selalu saja disakiti dan dipukuli."

"Jennie juga bisa dipukuli?"

Jimin menghela napasnya, setelah akhirnya ia membereskan seluruh barang-barang milik Jennie seperti apa yang dikatakan Yoongi saat itu padanya.

"Saat sekolah menengah pertama dulu, Jennie selalu dipukuli oleh semua murid wanita di kelasnya. Dia sama sekali tidak bisa bergaul dengan orang lain. Harga dirinya terlalu tinggi sehingga mudah dibenci orang lain. Seperti kejadian tadi, itu sudah sering terjadi di mata kami."

devil beside you ❌ yoonroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang