23

287 13 5
                                    

"Semangat yah sekolahnya, jangan nakal!" Dio mengacak rambut Kia yang hendak keluar dari jok depan. "Ih siapa juga yang nakal?" Kia berenggut merapikan kembali rambutnya yang tergerai. "Maksudnya jangan nakal ama cowok Ki," timpal Diya yang duduk di jok belakang.

Kia menoleh dan memanyunkan bibirnya. "Dikira aku apa?"

"Cewek cantik." Nyengir Diya lalu turun dari mobil untuk pindah kejok depan saat Kia juga turun.

"Ihh kak Diya paan sih? Ngaco deh." Sungutnya saat Diya sudah duduk dijok depan, mereka berangkat bersama karna Diya yang mendapat undangan dari studio radio Dio untuk mewakili pemain love story buat wawancara dan Kia ikut aja karna malas terjebak macet sendirian.

**

Kia mengedarkan pandangannya keseisi kelas, retina matanya tidak menangkap seseorang yang dicarinya. Kia menelan ludahnya lalu melanjutkan langkahnya menuju kursih kehormatannya.

"Pagi bebs." Mila yang juga baru datang langsung menyimpang tasnya didekat Kia yang sudah tenggelam dalam dunianya disusul dengan pantatnya yang mendarat dikursih.

Kia hanya meliriknya malas menyahut, namun dalam hatinya ia geli sendiri dipanggil bebs. "Kai pasti gak masuk ini hari." Mila tiba-tiba berujar saat ia berselancar dengan benda pipih yang berada ditangannya.

Kia yang mendengar itu refleks bertanya, "gak masuk kenapa?"

"Pacarnya di rumah sakit," jawab Mila dengan masih setia dengan ponselnya. "Kok kamu tahu?" Tanya Kia lagi.

Mila yang sadar sikap Kia yang banyak tanya menoleh dan menampilkan ekspresi jahilnya. "Kok banyak tanya sih soal Kai?"

Kia yang peka terhadap maksud Mila langsung memanyunkan bibirnya dan tanpa menyahut ia kembali kedalam dunianya.

**
Sebuah senyum merekah dibibir Kia saat ia sedang duduk didepan kelasnya dan tiba-tiba mendung, namun senyumnya langsung lenyap saat ia mengingat kalo dirinya tidak membawa mobil ditambah switernya juga ada dimobil. Akh! Kok tadi Kia ikut sama sepupu-sepupunya sih?

"Hei cantik."

Tiba-tiba seseorang duduk didekatnya membuat Kia menoleh dan mendapati Dito. "Hai Kak, makasih loh udah dibilangin cantik." Sahutnya tersenyum. "Makasih doang keknya gak cukup deh buat ngebalas pujian gue," ujar Dito.

Kia memutar bola matanya, sepertinya Dito mulai berani. "Hmm kalo gak ikhlas gak usah diucapin kak," ucap Kia membuat Dito gelagapan menyahut, "ikhlas kok."

Setelahnya tidak ada lagi percakapan diantaranya hanya ada suara rintihan hujan yang mulai jatuh perlahan dan Kia yang hanyut dalam novel digenggamannya.

"Kia kalo gue bilang gue suka ama lo, reaksi lo gimana?" Bersamaan Dito mengeluarkan pertanyaan suara petir terdengar memekakkan telinga membuat Kia tidak mendengarnya. "Aku masuk dulu yah kak." Tanpa menunggu persetujuan Dito Kia langsung bangkit dari duduknya dan masuk ke kelas.

"Akhh! Apa dia gak denger?" Eram Dito lalu bangkit dari duduknya.

**

Kia sibuk menendang-nendang tembok yang dipijakinya sambil menunduk, sudah hampir
Dua jam ia terduduk ditempat ini menunggu redahnya hujan yang semakin deras.

Siswa siswi yang semulanya banyak ditemani Kia menunggu kini perlahan sedikit, karna orang tuanya pada menjemput mereka. Dan Kia? Sampai jamuran orang tuanya gak bakal datang.

Kia mengeluarkan ponselnya dan langsung mendial nomor Dio. Dihubunginya berkali-kali nomor Dio namun jawabannya tetap sama. Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan.

KAI-KIA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang