20

355 20 0
                                    

Kia berdecih sambil memukul stir mobilnya, "ssttt, kok macet gini sih? Udah jam 7 lewat lagi," gerutunya mengetuk-ngetukkan jari-jarinya distir mobil.

Kia meraih ponselnya yang disimpang didashboad mobilnya lalu mendial nomor Mila. "Mila," panggilnya saat Mila menyahut disebrang. "aku izin telat bentar yah, ini lagi kena macet di jalan," pintanya lalu menyimpang kembali ponselnya didashboard.

"Tuhan!" Kia hendak memasuki pekarangan sekolah saat gerbangnya sudah ditutup rapat-rapat. Kia membunyikan klakson berkali-kali membuat pak Gino selaku satpan sekolah menghampirinya.

"Eh neng Kia, kok telat?" Tanyanya pak Gino menghampiri, "tadi kena macet pak." Kia menurunkan kaca mobilnya.

"Hmm ya udah, bapak izinin masuk deh. Tapi lain kali kalo telat bapak gak bolehin lagi yah," pinta pak Gino sambil mendorong gerbangnya.

"Makasih pak," ucap Kia melemparkan senyumannya lalu menancap gas masuk.

**

"Assalamu alaikum bu." Kia mengetuk pintu kelas membuat semua mata menoleh. "maaf bu telat, tadi kena macet," ucapnya pada bu Lia yang mengajar, "ya udah silahkan duduk," sahut bu Lia.

Saat bu Lia selesai menjelaskan, bu Lia meminta semuanya membuat puisi minimal satu bait lalu meninggalkan kelas berhubung ada keperluangnya.

"Sttt Kia," panggil Farhan dari belakang membuat Kia memutar kepalanya dengan malas, "apasih?" Tanyanya, "titip puisi satu dungs." Farhan menampilkan cengiran khasnya, sedangkan Kai yang disampingnya berusaha tidak menghiraukannya. Yah, Farhan dan Kai duduk satu meja karna Farhan sendiri yang mengajak Kai, entah kesambet apa tuh anak.

"Bikin sendiri aja napa." Kia memutar kepalanya menghadap kedepan saat seseorang memanggilnya lagi, "ssttt, Kia."

Dengan malas Kia menyahut dengan geram, "apaan sih? Buat sendiri napa." Namun keningnya mengernyit saat melihat siapa yang memanggilnya bukan Farhan, melaingkan Kai yang lagi menampilkan cengiran khasnya.

"An_ kamu?" Baru Kia ingin mengucapkan kata Anda seperti aturan dalam kamus hidupnya saat ia ingat kalo dia dan Kai sudah resmi kenalan, hahaha apaan resmi?

"Kamu manggil aku?" Kia menunjuk dirinya, "ya iyyalah Ki, orang dia dari hari pertama nyariin kamu," kata Mila yang sibuk merangkai kata untuk membuat puisi, ia langsung teringat sesuatu, "eh kamu belum ceritain gimana caranya Kai bisa kenal kamu?"

"Kia bikinin aku mau?" Pinta Kai yang entah sejak kapan berdiri didepan meja Kia, "nanti yah Kia  aku tagih," bisik Mila lalu beranjak dari kursinya ke kursi Kai tadi setelah sebelumnya berujar, "hmm Kai, kalo kamu ada perlu ama Kia duduk disini aja. Biar aku yang pindah kesamping Farhan."

Kai dengan senang hati duduk ditempat Mila, semua mata yang semulanya fokus pada buku catatannya kini beralih kemereka berdua Kai-Kia, mereka baru sadar akan kesamaan namanya membuat mereka saling suit-suitan, entah apa maknanya.

"Halah, gue baru sadar Kia kek namanya Kai," seru suara laki-laki dibarisan belakang.

"Jangan-jangan....."

"Jangan-jangan kembar yang tertukar," timpal Farhan mengundang tawa seisi kelas, Kia hanya memutar bola matanya malas meladeni. Namun berbeda dengan Kai, ia malah ikut nimbrung, "jangan-jangan jodoh kali."

"Wahh Kai, mau jodoh ama Kia? Butuh mak jomblang? Call me," seru Farhan menaikkan keningnya membuat Kia menoleh dengan menyipitkan matanya, Farhan menampilkan senyum seringainya membuat Kia hanya berdecih lalu kembali lagi kebukunya.

Kai melirik Kia yang tidak menghiraukannya, "Kia," panggilnya, "hmm?" Sahut Kia dengan masih fokus pada aktivitasnya. "Masih ingat aku?" Tanya Kai, entah mengapa dicuekin dengan Kia membuatnya sesak. Kia menoleh lalu tersenyum membuat Kai ikut tersenyum sambil menaikkan keningnya tak mengerti arti senyuman Kia.

KAI-KIA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang