12

409 18 0
                                    

Hooh masih ada yang melek? Aku udah ngantuk sih sebenarnya, tapi sebelum bener-bener tidur aku mau update dulu, moga masih ada yang melek dan mau baca jam segini... see you 😄 aku tidur duluan yah? Good night 😘😄

__________

Kia tersentak saat seseorang duduk disampingnya, "eh kak Dito," ucapnya saat menoleh dan mendapati Dito yang sedang duduk disampingnya dengan bola basket ditangannya. "Hei Kia, gue duduk disini boleh yah?" Sapanya basa basi. Sekarang mereka sedang berada didepan kelas Kia.

"Ya boleh lah kak, orang aku gak punya hak buat ngelarang," sahut Kia dengan senyumnya, "btw soal acara musik itu, gue minta maaf yah? Gue gak bisa nemening lo, lo tau sendiri basket juga butuh gue," tutur Dito. Kia memutar bola matanya, lalu mengangkat bahunya, "ya gak papa kak, aku sih terserah mau siapa, baik Farhan atau kak Dito itu sama aja. Dan soal basket kan, emang kak Dito juga pemain inti kalo dimusik emang kak Ditonya ketua, tapi kan masih banyak yang bisa gantiin."

Dio memutar bola matanya, jawaban yang tidak sesuai diharapkannya. "Jadi lo rendahin kualitas musik gue nih?"

Mendengar pertanyaan Dito membuat Kia langsung mengalihkan pandangannya dari novel ditangannya ke Dito, "bukan gitu kak, maksud aku basket lebih membutuhkan kak Dito, kan basket susah, kalo musik yah mungkin lebih gampang untuk anak-anak. Tapi bukan berarti aku ngeraguin kak Dito." Tuturnya cepat dengan gelagapan.

Dito terkekeh melihat ekspresi Kia, "becanda doang kok Ki, serius amat nanggapinnya."

Kia tidak lagi menyahut, ia memilih membaca novelnya meski tidak konsen karna Dito berada didekatnya, bukannya gerogi atau gimana tapi Kia risih saja duduk didepan kelas berduaan dengan ketua ekskulnya. Kan gak enak jika diliatin orang-orang, meski semuanya pada mengerti kalau Dito dan Kia sedang bersama pasti membahas tentang musik.

"Hmm kak Dito, aku masuk dulu yah," pamitnya seraya berdiri. "Ya udah aku juga mau lanjut main basket, btw tiga hari lagi loh. Nampilin yang terbaik yah, bawa ekskul musik sekolah kita." Dito mengingatkan dengan diakhiri senyumannya dan juga kedipan matanya jahil.

Kia mengangguk, "insha Allah kak," sahutnya. Lalu berniat melangkah, namun sesuatu seperti menariknya, "btw lokasinya belum ditentukan kak?" Tanya Kia, memang belum ada lokasi tertentu yang diberitahukan oleh Dito.

"Hmmm nanti gue kabarin," jawab Dito dengan senyuman ada peluan buat nelpon Kia.

Kia membalasnya dengan anggukan, "oke kak, aku masuk dulu yah?" Pamitnya lalu cepat-cepat memasuki kelasnya.

**

Kia melirik sepupunya yang dari tadi mondar mandir didepannya yang lagi menelungkup sambil membaca ditempat tidurnya, "kak Diya kenapa?"

Mendengar pertanyaan Kia membuat Diya memberhentikan langkahnya dan duduk disisi Kia dengan menggigit bibir bawahnya, "kak Diya kenapa sih?" Tanya Kia geram.

"Hmmm aku bingung Ki," ucap Diya akhirnya, "bingung kenapa?" Tanya Kia sambil membuka lebaran novelnya. "Hmm_ gimana ceritainnya yah?" Kia mengerut mendengarnya, "duh langsung mulai aja napa?" Geram Kia sambil bangkit dari posisinya.

"Jadi aku ada kontrak film yang  belum aku tanda tangani, soalnya aku agak ragu gitu," tutur Diya. Kia mengerutkan keningnya, "kok ragu kak?"

Diya meniman-niman, lalu kembali membuka suara, "hmm jadi kontrak film itu, ada adegan ciumannya." Akhirnya Diya jujur kepada sepupunya. Kia menggigit bibir bawahnya mendengarkan, "jadi ciuman yang_" ucap Kia  menggantung.

"Yah yang_ itsss Kia, aku gimana nih? Kalo Dave tau, pasti dia bakal ngelarang aku." Diya mengacak rambutny, "kalau pun dia gak tau_ akhh, tapi gimana caranya dia gak tau coba? Pastilah dia nonton!"

KAI-KIA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang