32

259 11 3
                                    

Tok tok

Ketukan pintu berulang kali dibawah membuat Kia dengan malasnya bangkit dari tempatnya, ia sedang asik-asiknya membaca diatas kasurnya  masih menggunakan piyama dengan kacamata baca yang bertengker dihidungnya. "Siapa sih pagi-pagi gini?" Dumelnya berjalan menuju pintu tanpa melihat keandaan rambutnya yang acak-acakan.

"Tunggu bentar napa," ucapnya sedikit berteriak saat orang diluar tak hentinya mengetuk pintu utama rumahnya.

Saat membuka pintu, Kia mengernyit melihat siapa yang ada dibalik pintu. Sedangkan Kai yang ada dibalik pintu memerhatikan Kia dari bawah sampai atas hingga tawanya meledak. "Kamu lucu deh Kia," ucapnya dengan sisah tawa.

"Lucu apanya?" Tanya Kia sinis lalu sadar kalau kaca matanya masih ia kenakan, ia buru-buru melepasnya. "Pagi-pagi kok udah datang sih? Ada apa?" Lanjutnya lagi.

"Eh kok kaca matanya dilepas sih?" Kai tidak menjawab pertanyaan Kia melainkan ia mengajukan pertanyaan juga seraya merebut kaca mata Kia lalu memasangkannya kembali. "Kan gini cantik plus lucu lagi," ucapnya.

"Apaan sih Kai?" Dengan kesal Kia melepas kaca matanya. "Ada apa sih pagi-pagi udah bertamu?" Lalu ia memutar bola matanya malas. "Kamu lupa sama janji yang kemarin?" Kai menaikkan keningnya membuat Kia menepuk jidatnya. "Astaga, iya aku lupa. Ntar yah? Aku mandi dulu, tadi lagi nanggung bacaan soalnya. Kamu tunggu aku di ruang tamu."

"Pake kaca mata yah ntar jalannya," teriak Kai membuat Kia yang sudah berada ditangga berbalik badan. "Emang kenapa harus pake kaca mata?" Tanyanya melihat kebawah. "Nggak. Kamu beda aja deh kalo pake kacamata," jawab Kai yang tidak dihiraukan Kia.

**

"Fokus kejalan aja Kai, gak usah ngeliatin aku segitunya deh," tegur Kia pelan tanpa melirik Kai yang sudah gelagapan kepergok. "Eh siapa juga liatin kamu? Orang aku cuman liat keadaan sekitar kok, siapa tau salah jalan," elak Kai cepat.

"Hmm oh gitu, kirain liatin aku." Kia melirik Kai sambil tersenyum remeh. Kai tidak menanggapinya lagi, ia sibuk dengan stirnya saja hingga terjadi keheningan yang cukup lama hingga Kia kembali angkat suara. "Aku udah lama banget gak pernah liburan ke pantai," ujar Kia menatap lurus kedepan.

Kai yang mendengarnya langsung menoleh sekilas sambil menaikkan keningnya minat. "Kenapa?"

Kia terdiam sejenak lalu menjawab, "orang tua aku udah gak punya waktu lagi buat temenin aku liburan." Kai bisa menangkap tatapan Kia yang berubah senduh. Ia tidak berkomentar lagi melainkan ia hanya fokus dengan stir mobilnya, takutnya jika ia berkomentar salah lagi. "Pas aku Sd dulu aku liburannya ke pantai, so Pantai tempat pavoritku. Aku suka main air sama temanku, anak dari teman mami sama papi. Tapi sekarang aku gak tau dia dimana, mami sama papi juga aku gak tau dia dimana. Mereka gak pernah temenin aku lagi liburan ke Pantai."

Kai meliri Kia yang tatapannya semakin senduh, perlahan Kai melepas tangan kirinya dari stir mobil lalu menggenggam pelan tangan Kia yang diletakkan dipahanya. Seperti mendapat energi Kia memejamkan matanya, berusaha membenamkan pikirannya. Barusan secara tidak sadar dia sudah membuka tentang dirinya didepan Kai.

Sedangkan Kai, meski mendengar hanya sepenggal kisah ia sudah bisa menebak-nebak apa yang Kia alami. Pelan-pelan Kai menggosok-gosokkan jempolnya keatas tangan Kia lembut. "Aku ada disini, bawa kamu liburan ke pantai. Kita main air bareng," ucap Kai melempar senyum pada Kia yang sudah membuka matanya. Kia menatap sejenak Kai lalu mengangguk dan melepas tangan Kai yang menggenggamnya.

**

"Dulu kalo ke Pantai, aku juga selalu nunggu senja baru pulang," ucap Kia menatap Matahari yang perlahan mulai tenggelam dilaut. "Kamu suka senja?" Tanya Kai pelan yang duduk disampingnya sambil memeluk lututnya yang menyilam. "Aku suka, hujan, senja dan angin sepoi-sepoi," jawab Kia tanpa menoleh.

KAI-KIA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang