28

291 14 5
                                    

Kai melihat sekelilingnya saat satu persatu keluar kelas, namun tidak dengan Kia ia masih berada ditempatnya memperbaiki bukunya dengan lambat sambil bersenandung kecil. "Ki aku duluan yah," pamit Mila lalu meninggalkan Kia saat mendapatkan anggukan.

Kai terus saja memperhatikan Kia, saat Kia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar, cepat-cepat ia menyusulnya. "Kia tunggu!" Dengan refleks Kia berhenti dan berbalik. "Kenapa Kai?" Tanya Kia.

Sebelum bersuara Kai menghela napas terlebih dahulu. "Pulang bareng?" Pintanya menaikkan keningnya. Kia menatap sekelilingnya lalu tertawa sinis. "Gila kamu yah? Disaat gosip kamu panas tentang putusnya kamu sama Cecil, kamu ngajak aku pulang bareng? Bukannya kamu udah janji gak mau libatin aku kemedia?"

Kai mengacak rambutnya. "Aku gak maksud ngelibatin kamu kok," ucapnya. "Kai," panggil Kia dengan lembut. "Tapi dengan bareng aku, gak menutup kemungkinan aku udah terlibat, aku kan udah tanyain kamu sebelumnya kamera seorang artis ada dimana-mana. Entah itu fans apa haters."

Kai menatap Kia gusar. "Aku duluan yah Kai, semoga masalah kamu bisa selesai." Kia menepuk bahu Kai lalu berjalan meninggalkan Kai sendiri.

Maaf Kai aku gak bisa ngelibatin hidup aku dalam dunia kamu, meski aku ingin menjadi bagian dari hidup kamu.

**

Mungkin yang tak tersampaikan lebih dalam dibanding yang diumbar,

Aku memilih menghindar bukan berarti aku ingin menjauh

Aku memilih mengabaikan bukan  karna aku tidak ingin atau cuek

Aku memilih baik-baik saja, bukan berarti tak ada luka

Aku memilih melangkah, bukan berarti tak ingin sejajar

Bukan aku tidak menyukaimu, tapi mungkin kamu dan aku hanya dipertemukan untuk mengenal nama saja bukan mengenal perasaan yang lebih dari sekedar teman.

                                          Kia

**

"Ki kenapa melamun?"

Kia tersentak saat suara Dio masuk dalam indra pendengarannya. "Eh? Kagak kok kak," sahutnya sontak menoleh dari kursi ayung yang didudukinya ditaman belakang rumahnya.

"Mami sama papi jam berapa pulangnya?" Tanyanya. "Jam 2 tadi," jawab Dio sambil duduk dikursi dekat kursi ayung Kia. "Oh," sahut Kia dengan wajah ditekuk.

"Kenapa sayang?" Tanya Dio lagi merasa ganjil dengan sikap Kia. "Gak papa kok," jawab Kia. "Gak papa cewek itu apa apa loh," kata Dio. "Oh ya?" Kia menaikkan keningnya. "Iya, aku pernah belajar kamus cewek sama Lala," kata Dio lagi.

"Halah, kamus aku sama kak Lala mah beda."

"Siapa bilang? Kamus cewek tuh sama semua."

"Ihh sotoi mah kak Dio."

Dio menggerakkan kursi Kia membuat yang duduk langsung memberenggut. "Ahh kak Dio jangan digerakin," rengeknya. "Iya aku gak gerakin, asal kamu cerita." Ujar Dio.

"Ok, aku cerita tapi berenti gerakin dulu." Dio langsung berhenti dari aktivitasnya. "Mulai gih."

"Ok, jadi tadi tuh Kai ajak aku pulang bareng, terus aku nolak alasan yang masih sama gak mau kelibat sama media. Dan kok aku kepikiran kak?" Jelas Kia. "Hmm kamu kepikiran Kai? Mungkin karna_"

"Karna apa? Jangan aneh-aneh." Potong Kia cepat. "Bohong! Bukan itu doang kan? Pasti kamu banyak mikirin yang lain," tebak Dio.

Kia menghela napas, sepupunya ini memang benar-benar jago membaca pikiran Kia. "Iya aku kepikiran mami sama papi aku, kapan aku bisa kek dulu lagi? Dulu waktu aku kecil?" Dio melihat mata Kia mulai berair, ia bangkit dan memeluk Kia menyandarkan kepala Kia didadanya.

KAI-KIA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang