36

247 11 1
                                    

Sekitar lima belas menit, Kai menghampiri mereka di taman belakang dengan pakaian rumahnya dan rambutnya yang masih basah. "Om Kai, kak Kia ngajarin Talita membaca," ujar Talita saat Kai duduk bersama mereka. "Oh ya? Kak Kia-nya emang pintar membaca?" Tanya Kai pura-pura tidak tahu sambil melirik Kia yang langsung mempelototinya. "Kamu kira aku ke SMA-nya gimana?" Tanya Kia tidak terima.

"Lewat jendela?" Kai menaikkan keningnya. "Gimana caranya? Emang ada langsung naik kelas lewat jendela?" Balas Kia. "Iyalah ada, tuh kamu," balas Kai lagi sambil tertawa.

"Om Kai sama kak Kia kok sibuk sendiri?" Talita mengintrupsi perdebatan ringan mereka. "Eh nggak kok, ayo kita lanjut main lagi. Om Kai-nya gak usah diperhatiin, cuekin aja yah?" Ujar Kia dibalas anggukan semangat Talita. "Ihh kok Lita lebih belain kak Kia sih?" Tanya Kai sok polos yang tidak dihiraukan Talita dan Kia.

Merasa terabaikan Kai memanggil Kia. "Ki." Kia hanya membalasnya dengan bergumam. "Nanti kalo ada anak kita, suasananya kek gini mungkin yah?" Pertanyaan Kai sontak membuat Kia menoleh dan mengernyit. "Haha muka kamu lucu banget deh Kia," tawa Kai. "Emang bener kan suasananya kek gini?"

Kia tidak menghiraukannya, ia lebih memilih bermain bersama Talita. "Kok gak ditanggepin Kia?" Tanya Kai mengganggunya lagi.  "Apasih Kai?" Tanya Kia malas membuat Kai mengulang pertanyaannya lagi. "Nanti kalo ada anak kita, suasananya kek gini mungkin yah?"

"Hmmm gak tau, kalo pasangan kamu gak suka anak kamu main di taman gini kan beda? Gitu juga sama aku, gimana kalo pasangan aku lebih suka main sama anaknya di dalam rumah?"

"Kan maksud aku, kita. Anak kita berdua. Kamu mamanya aku bapaknya."

"Jodoh gak ada yang tahu Kai," ucap Kia pelan masih setia menemani Talita bermain dengan tangannya, tanpa salah satu menyadari kalau percakapan mereka sudah melebihi candaan. Kai menghela napas lalu berucap, "aku maunya kamu."

Kia menggigit bibir bawahnya baru ia ingin mengangkat suara saat mama Kai datang memanggil mereka. "Eh ayo, masakan mama udah selesai. Makan bareng yuk." Kia menghela napas legah. "Lita sayang, sini sama Mama makan." Amira sudah berada didekatnya dan meraih tangan Talita. "Kia, ayo makan bareng. Kai yuk." Amira langsung melangkah menggandeng tangan Talita. "Kak Kia ayok," teriak Talita melambaikan tangannya.

Kia menoleh ke Kai yang langsung berdiri. "Yuk, makan." Canggun dirasakannya, dengan pelan ia mengikuti Kai masuk di ruang makan.

"Kamu jangan sungkan-sungkan kalau mau main ke rumah Kai. Tante juga sering kesepian, karena Lita-nya jarang-jarang dititip sama bundanya," ujar Amira melirik Kia yang sudah menyuapi makanannya. "Iya tante," sahut Kia sopan.

"Oya, mama kamu kerja dimana?" Tanya Amira berniat tidak terjadi keheningan diruang makan ini. Sebelum menjawab Kia meneguk sedikit air disampingnya. "Di Filifina tan," jawabnya. "Wahh hebat yah?" Ujar Amira takjub. "Terus di rumah tinggal sama siapa?" Tanya Amira lagi. "Mama kepo banget deh," sahut Kai yang sibuk dengan makanannya.

"Eh gak kepo, orang mama mau tau aja," balas mamanya membuat Kia tersenyum maklum. "Di rumah aku tinggal sendiri, tapi sekarang ada sepupu aku yang nemenin untuk sementara waktu."

"Eh Kia sepupuan sama Diya loh mah," ujar Kai memberikan info. "Oh ya? Diya lawan main kamu?" Tanya Amira memastikan. "Iya," jawab Kai.

"Eh iya tante lupa, masakan tante enak gak Kia?" Tanya Amira menatap Kia berharap. "Enak kok tan," jawabnya. "Kia udah lama gak makan masakan mami." Tiba-tiba ia teringat dengan maminya. Amira menghembuskan napas menatap Kia iba. "Kamu jangan sungkan main kesini, tante masakin makanan rumahan." Amira mengusap bahunya sambil tersenyum, Kia juga balas tersenyum kepadanya. "Makasih tante," ucapnya, ia rindu dengan maminya, ia ingin makan masakan maminya.

KAI-KIA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang