47

178 5 0
                                    

"Jadi Kia bilang begitu?" Tristan meletakkan minuman di depan Kai. "Iya, tambah sayang aja deh sama dia," ungkap Kai yang sedang membalik-balikkan koran di tangannya. "Yeh udah berani aja ngaku lo," cibir Tristan yang baru duduk di depan Kai.

"Gue makin yakin Tan," ucap Kia penuh keyakinan sambil meletakkan korannya di atas meja dan mengambil minuman yang tadi Tristan bawa. Sepulang sekolah Kai langsung ke rumah Tristan untuk melunasi penjelasannya yang tadi pagi dijanjikan kepada Tristan dan sekarang mereka sudah berada di ruang tengah rumah Tristan.

"Orangnya cantik, lugu lagi," kata Tristan memberi pendapat. "Keluguannya buat gue jatuh ke hatinya," sahut Kai. "Bener-bener yakin lo? Gak kek Cecil nih?" Tanya Tristan sambil memakan kacang.

"Seratus persen gue yakin," jawab Kai. "Eh sembilan puluh lah, sepuluh persennya sisah buat nikah," lanjutnya terkekeh yang langsung mendapat jitakan dari Tristan. "Dia ada di manila sekarang," info Kai.

"Ngapain di sana?" Tanya Tristan penasaran. "Mami papinya kan emang di sana," jawab Kai. "Oh ya? Hati-hati loh, ntar tamat dia lanjut di sana gimana?" Tristan memperingati. "Eh nggak lah, liat aja tuh sekarang dia gak ikut ke sana buat sekolah," balas Kai.

"Tapi kalau kuliahnya?" Tristan menaikkan keningnya. "Ngaco lo. Doain nggak lah." Kai melempar bantal sofa ke arah Tristan.

"Jadi mulai kapan lo syuting?" Tanya Tristan. "Nanti jam empat, gue mulai love story," jawab Kai enteng dan detik berikutnya ia sadar sesuatu. "Ya ampun! Gue harus ke lokasi sekarang," ucapnya cepat berdiri dan menyambar jaketnya yang tadi disampirkan di sofa. "Gue duluan Tan." Tanpa memberi kesempatan pada Tristan berbicara, ia langsung nyerocos keluar dari rumah cowok itu.

**

Sampainya di lokasi syuting, ia di sambut dengan rekan-rekannya termasuk Diya yang sudah stay di sana sedari tadi. "Ngaret lo," cibir Diya yang hanya dibalas nyengiran oleh Kai. "Oh iya, Kia kapan pulang?" Tanyanya sambil meletakkan tas bawaannya di meja samping Diya dan disusul dengan dirinya duduk di kursi yang memang telah disiapkan untuknya.

"Besok," jawab Diya lalu meneguk air aquanya.

"Kumpul-kumpul."

Suara itu berasal dari produser yang mengarahkan semua bawahannya beserta artisnya untuk berkumpul di depannya, semuanya menurut dan berkumpul di depan produser itu termasuk Kai dan Diya.

"Jam empat kita akan mulai syutingnya dan lima belas menit lagi jam empat. Maka dari itu jika masih ada yang belum shalat asar silahkan sebelum kita memulai syutingnya," terang pak produser. "Kalau sudah semua, kita akan berdoa bersama buat kelancaran syuting ke depannya. Baik, do'a dimulai."

Mereka pun menundukkan kepala selama beberapa menit lalu pak produser memberi aba-aba, "selesai," ucapnya. "Baik. Semua kembali ke tempat dan siap-siap."

***

Mata hari pagi di Manila menelisik masuk ke celah-celah gordeng kamar yang di tempati Kia, sekarang dia tidur bukan di kamar omahnya lagi, melainkan di kamarnya yang memang di buatkan khusus dirinya jika suatu-waktu Kia menginap di rumah omahnya.

"Huaa, aku harus siap-siap!" Semangatnya melangkah menuju kamar mandi lalu kembali dan mengemasi semua barang-barangnya. "Kia! Cepat-cepat, omah udah nunggu di bawa." Suara itu berasal dari suara Dio yang sepertinya ada di luar kamar Kia mengetuk pintu.

"Iya-iya bentar lagi," sahut Kia lalu memasang kacamata bulatnya membuatnya tambah manis.

"Tumbeng kacamatanya dipake," komentar Dio saat Kia keluar. "Hehe pingin aja beda," sahut Kia terkekeh. "Nyeragamin yah sama rambutnya." Dio menyibakkan rambut Kia yang kini tinggal sebahu akibat potongan mendadak dari tante Mike kemarin, karena permintaan Kia juga. "Hehe gitu deh." Kia mendelikkan bahunya. "Bagus kan?"

KAI-KIA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang