59

169 10 1
                                    

Sampainya di sekolah Kia beserta teman-temannya menunggu dengan rasa was-was hingga jam sepuluh pagi seluruh kelas dua belas dikumpulkan di lapangan untuk mendengarkan langsung pengumuman kelulusan dari wakasek kesiswaan.

Berbagai sambutan diberikan oleh guru bertubuh besar itu hingga detik-detik pengumuman yang membuat semua kelas dua belas merasa cepas. "Dari sekian banyak kelas dua belas, yang tidak lulus terdapat_" wakasek kesiswaan sengaja menggantung kalimatnya. "Nol persen dari kalian," lanjutnya dengan muka tersenyum kepada para siswanya yang langsung menyambut dengan tepuk tangan dan ucapan syukur.

Kia sendiri langsung berpelukan dengan Mila lalu mereka kembali fokus lagi saat wakasek kesiswaan hendak menyampaikan satu pengumuman lagi. "Dan Alhamdulillah, beberapa dari kalian diterima di universitas ternama luar negeri, hasilnya bisa dilihat sendiri di papan pengumuman."

Selepas penyampaian wakasek, semua siswa beralih pada papan pengumuman untuk mengetahui siapa saja satu angkatan mereka yang berhasil masuk di universitas luar negeri.

"Kia." Mila menghampiri Kia yang hanya berdiri dari kejauhan memerhatikan teman-temannya berdesak-desakan di depan papan pengumuman. "Iya?" Sahut Kia menoleh pada Mila.

"Kai lolos di University Of Bonn," ujar Mila membuat tubuh Kia sedikit menegan mendengarkan, namun detik berikutnya ia langsung berhasil menguasai dirinya saat Mila malah menampakkan wajah murungnya. "Dan Bian, dia diterima di University of the philipes diliman," lanjutnya.

Mila hanya mengusap bahunya turut prihatin. "Aku mau samperin dia deh Ki, aku tinggal yah?"

Pamitnya yang dibalas anggukan Kia. Mila langsung ngacir meninggalkan Kia yang tidak sengaja bertemu pandang dengan Kai yang baru saja keluar dari kerumunan orang-orang depan papan pengumuman, cowok itu hanya melemparkan senyum kepada Kia, sedangkan Kia sendiri dengan canggung membalas senyuman itu lalu Kai berbalik arah dan berlalu di penglihatannya. Sebagian hatinya terasa sakit mengingat Kai yang akan ke Jerman sedangkan hubungan mereka semakin kaku saja.

Kia memilih meninggalkan tempat itu dan berjalan ke mobilnya untuk segera pulang memenuhi permintaan papinya. Sampainya di mobil, sebuah keinginan terbesik di benaknya untuk mengirimkan pesan kepada Kai. Ia menggigit bibir bawahnya sambil mengetuk-ngetukkan jari-jarinya ke stir mobil sembari berpikir apa ia nekat jika harus mengirimkan pesan untuk Kai? Berbagai pertanyaan dan keraguan perlahan Kia tepis lalu ia langsung mengeluarkan ponselnya dan masuk di room chat Kai, jari-jari mulusnya itu dengan lincah mengetikkan sesuatu di layar ponselnya setelahnya ia langsung memencet tombol send. Kia menarik napas panjang kemudia memejamkan matanya dan menumpuhkan kepalanya di stir mobil. Kai, aku rindu kamu. Setetes air mata lolos di pipinya, air mata yang dihasilkan oleh banyak hal termasuk kecemasannya akan perkataan Eward semalam yang mungkin akan ada sangkut pautnya dengan berita yang akan disampaikan papinya nanti? Kia tidak ingin membuang waktu, ia langsung menancap gas meninggalkan area sekolah.

Di lain tempat Kai yang hendak memasuki mobilnya yang diparkir sembarangan di parkiran guru tadi dihentikan oleh notifikasi ponsel di kantong celananya, ia langsung merogoh benda pipih itu dan melihat nama Kia muncul di layar ponselnya. Ia langsung membuka pesan cewek itu.

From : Kiaa

Selamat atas kelulusannya masuk di University Of Bonn, semoga sukses dan semoga waktu bisa membuat kita satu lingkup lagi suatu hari nanti...

Di hari berbahagia kita semua terutamanya kamu, aku ingin menyampaikan sebuah kejujuran yang aku tidak tahu apa bisa menambah bahagiamu atau sebaliknya?  Entahlah, yang aku tahu aku ingin mengatakan aku rindu Kai, rindu sama kamu yang dulu.

Kai menalan ludahnya, jantungnya berdetak lebih kencang. Sekali lagi ia membaca pesan dari Kia itu, hasilnya tetap sama. Kia menggunakan kata Kita diantara mereka? Apa itu tidak salah? Kia berharap agar sang waktu bisa membuat mereka satu lingkup lagi? Dan Kia rindu sama Kai? Sebuah senyum bahagia terbit di wajah lelaki itu, satu tujuannya sekarang. Ia ingin menemui Kia sekarang juga dan berterima kasih atas kebahagiaan yang cewek itu tambahkan untuknya dengan berani jujur bahwa dia rindu Kai.

KAI-KIA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang