51

168 10 0
                                    

Untuk pertama kalinya Kia mengendarai mobilnya cukup kencang, dilihatnya dari spion kanan mobilnya seseorang menggunakan motor terus saja berusaha menyejajarkan lajunya hingga motor itu berhasil menghentikannya saat motornya menghadang tepat di depan Kia membuat cewek itu merem mendadak.

Kai langsung turun dari motor dan berjalan mengetuk kaca mobil Kia. "Kia, turun!" Pintanya, Kia yang berada di dalam langsung membuka pintunya dan turun sesuai kemauan Kai. "Kia, tadi itu gak seperti yang kamu_" Kai hendak meraih tangan gadis itu saat Kia langsung menepisnya. "Gak seperti apa Kai?" Potong Kia.

"Gak seperti yang kamu liat," jawab Kai memasang tampan memelas. "Emang apa yang aku liat?" Tanya Kia menaikkan keningnya. Kai berdecak hendak menjelaskan kembali, saat Kia memotong. "Maaf, kedatangan aku tadi gak tepat, aku cuman mau anterin dompet kamu yang jatuh di mobil." Kia dengan pura-pura tegarnya membuka kembali mobilnya dan mengambil dompet Kai lalu mengulurkan pada lelaki itu.

"Kia, jangan gitu dong," ucap Kai memelas sambil meraih dompetnya. "Emang aku kenapa?" Kia masih dalam posisinya mengatur emosi yang ada di dalam hatinya. "Pliss, jangan pura-pura seperti itu, aku_"

"Aku gak punya hak atas kamu, termasuk soal tadi aku gak punya hak buat penjelasannya, toh emang gak ada yang harus dijelasin kan?"

Mendengar itu membuat Kai mengeram, sepertinya menghadapi cewek seperti ini susah dibanding cewek yang langsung marah-marah jika cemburu. "Kia." Sekali lagi Kai berusaha meraih tangan Kia, tapi cewek itu berjalan mundur. "Udah Kai, penjelasan kamu sebaiknya disimpan aja, aku rasa wartawan lebih membutuhkannya," ucap Kia lalu masuk ke dalam mobilnya dan melajukannya.

Kai menghela napas, hendak mengejar tapi ia tahu Kia tidak akan mudah luluh, meski amarah tidak ia tunjukkan dan akhirnya Kai memilih berbalik badan dan menaiki motornya untuk kembali ke rumah.

***

"Gimana Kia sayang?" Kai menoleh ke arah Amira yang sedang membereskan kue tarnya tadi. "Dia susah ma, aku gak tahu tebak dia, marah apa kagak," jawab Kai berjalan lunglai ke arah mamanya.

"Hmm emang tadi kamu sempet samperin dia? Dia bilang apa? Marah-marah apa kagak?"

Kai menjelaskan semuanya setelahnya lelaki itu melempar tubuhnya di atas sofa sambil menghembuskan napas kasar. "Oh ya, Cecil sama yang lain mana ma?" Tanya Kai baru menyadari ketidakhadiran orang-orang tadi. "Udah mama suruh pulang," jawab Amira sambil beranjak membawa kuenya.

***

Kia membuka note yang sudah lama tidak ia buka lalu menggoreskan sesuatu di atas sana. Namun sekali ia menulis dua tiga kata Kia kembali mencoretnya, lalu membuka kertasnya. Lalu kembali lagi menulis sesuatu.

Kia tidak bisa konsentrasi, lagi-lagi ia membuka kertasnya saat seseorang mengetuk pintu kamarnya. "Masuk aja," kata Kia di dalam membuat seseorang masuk di kamarnya. "Ada apa bi?" Tanya Kia saat si bi Mine memasuki kamarnya. "Di luar ada banyak media non," ucap bi Mine membuat Kia mengerut.

"Ngapain?" Tanya Kia. "Gak tau juga, mereka ada di gerbang," jawab bi Mine, Kia langsung bangkit dari duduknya dan melihat di luar jendela kamarnya. Benar kata bi Mine beberapa orang tengah berdiri di depan gerbangnya dengan membawa kamera dan sejenisnya yang merupakan alat wartawan.

"Biarin deh bi," katanya kembali duduk lagi.

Bi Mine hanya mengangguk lalu meninggalkan Kia yang juga kembali duduk di tempat tidurnya dan mengambil note serta pulpennya lalu menulis sesuatu di atas sana.

***

Di meja makan, Kia baru mengaktifkan ponselnya yang sedari kemarin dinonaktifkan. Berbagai panggilan tak terjawab langsung muncul di layar serta chat, Kia berdecak dan menyimpannya di atas meja. "Bibi gak pulang yah semalam?" Tanya Kia saat bi Mine meletakkan susunya.

KAI-KIA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang