30

293 13 9
                                    

Kia menguap lebar sambil merenggankan otot-ototnya, ia baru saja terbangun saat mendengar alarm bekernya. Ia meraihnya dan mematikan. "Jam setengah sembilan?" Tanyanya pada dirinya sendiri lalu bangun dan menyimpan kembali beker itu dinakas. "Aku tidur berapa jam?" Tanyanya lagi masih pada dirinya sendiri sambil menguap lalu menyibakkan selimutnya dan melangkah ke toilet.

Tadi sepulang dari jalan bareng Kai dia langsung mandi lalu tidur setelah menyetel alarm setengah sembilan untuk bangun belajar buat bekal ulangan fisika besok.

Setelah mencuci muka Kia keluar dengan masih merasakan kantuk yang luar biasa. "Kia baru bangun?" Tanya Diya yang tiba-tiba masuk, Kia hanya menoleh dan mengangguk. "Gak shalat?" Tanya Diya.

"Lagi halangan kak," jawabnya berjalan kearah ranjangnya dan melempar lagi tubuhnya disana. "Ya udah, aku mau keluar. Kalau lapar langsung kebawa aja yah?" Tanpa menunggu persetujuan Kia, Diya langsung menutup pintu kamar Kia. "Udah set sembilan baru mau keluar?" Gumam Kia sambil merabah-rabahkan tangannya kekasur sampingnya mencari ponselnya.

Setelah tak mendapatkan ponselnya Kia bangkit dan melangkah ke meja belajarnya lalu duduk dibalik meja, diambilnya buku paket fisika lalu membuka bab yang akan menjadi ulangannya besok.

Kia hanya memandang lurus buku yang telah dibukanya sambil menangkup dagunya dimeja. "Ya Allah, Kia ngantuk bener! Gak bisa belajar sumpah," ujarnya lalu berdiri dengan sempoyongan, wait! Ekor matanya menangkap benda pipih yang dicarinya saat berdiri, ia langsung mengambilnya lalu berjalan dan melempar lagi tubuhnya kekasur.

Kia membuka hp-nya yang tak diberi pengamanan, keningnya mengernyit saat melihat notifikasi line,

Kaizan Alatas menambahkan anda dengan id line

Kia mengernyit dia dapet id aku dimana? Lalu membuka notif yang berbunyi,

Kaizan Alatas menyukai post anda

Dan beberapa notif yang sama, akhh seandainya keadaannya tidak seperti sekarang pastilah Kia teriak-teriak mungkin? Eh gak lah, paling senyum-senyum sendiri aja. Tapi entah kenapa semenjak dia berada disisi Kai, maksudnya satu kelas ada saja yang berbeda. Akhhh Kia tidak bisa menebaknya, dulu ia hanya menganggap Kai itu angan-angannya tapi sekarang? Apa ia harus senang? Akhh Kia beralih pada notifikasi pesan, lagi-lagi dari Kai.

Kaizan Alatas : hei Kia? Add back yah?

Kia menghembuskan napas lalu tersenyum samar, mungkin mulai sekarang ia harus berusaha menerima Kai dengan apa adanya, tanpa takut harus tersakiti nantinya. Karna Kia tahu betul, dekat dengan Kai entah itu sebagai teman biasa atau apalah pasti bagi Kia akan merasakan sakit. Entah itu sakit karna cinta yang tak terbalas atau ada saja rintangan?

Wait! Emang Kia cinta sama Kai? Akhh, Kia sendiri pun belum bisa mendefinisikannya. Kia menjatuhkan ponselnya disampingnya bersamaan matanya yang terpejam tanpa men-add balik si Kai.

***

"Kai, teman kamu yang namanya miripan sama kamu kok gak pernah diajak main kesini lagi?" Tanya Amira disela makannya. Kai menoleh dari piringnya kemamanya. "Iya mah, soalnya gak pernah kerja kelompok lagi," jawab Kai.

"Emang ada mah, teman Kai yang samaan namanya?" Nadira ikut bertanya, sekarang mereka sedang makan malam bersama di ruang makan rumah Kai. "Ada Nad, persis banget malah," jawab mamanya.

"Oh ya? Namanya siapa ma?" Tanya Nadira penasaran. "Kia, persis banget kan? Kai ke Kia?" Jawab mamanya meminta persetujuan.

"Jodoh kali ma." Agun suami Nadira ikut dalam percakapan mereka membuat mamanya tersenyum sedangkan Kai hanya bergumam menanggapi.

KAI-KIA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang