31

272 19 3
                                    

"Sorry, sorry," ucap Kia cepat sambil mendongak melihat orang yang ditabraknya. "Kia, lo kenapa kek kesetanan gitu?" Tanya Farhan mengerut. Kia menghembuskan napasnya menatap Farhan yang masih menunggu jawaban, Kia masih tidak menjawab. Ia menggigit bibir bawahnya. "Kia, kok ngelamun sih?" Farhan mengibaskan tangannya didepan Kia.

"Han, aku boleh curhat gak ke kamu?"

Farhan mengernyit mendengar permintaan Kia, baru kali ini Kia ingin curhat. Lagian kenapa sama Farhan? Kan bisa sama Mila? "Han? Boleh dong," rengek Kia, ia memilih Farhan karna memang Farhanlah temannya yang paling lama ia kenal, ia satu kelas dengan Farhan sejak SMP hingga saat ini. Sedang Mila baru dikenalnya pada saat SMA. Tapi bukan berarti ia tidak ingin menanyakannya sama Mila juga, hanya saja saat ini Farhan yang ia temui dan dia butuh solusi secepatnya.

"Emang curhat apa sih? Tumben-tumbenan," kata Farhan membuat Kia tanpak berpikir. "Aku ceritain di taman aja yuk." Kia berjalan mendahului Farhan yang mengikutinya dengan malas dibelakang.

"Abis curhat, tr loh yah," tagih Farhan saat mereka sudah duduk di taman belakang sekolah. "Ck, tr mulu. Dengerin aku dulu," balas Kia.

"Ya udah, cepatan. Keburu bel nanti."

"Kak Dito nembak aku," ucap Kia cepat mengkilap membuat Farhan memperbaiki duduknya menghadap Kia. "Tunggu, gue gak salah denger?" Tanya Farhan. "Nggak Han, aku harus gimana nih?" Kia menggigit bibir bawahnya.

Farhan memperhatikan cewek polos didepannya itu, ia menghela napas. Kasian juga melihat Kia, ia tahu betul sikap Kia yang sangat polos tentang cinta. Meski terlalu aktif kalau soal cinta-cintaan dalam dunia fiksi, namun dunia nyatanya yah polos gitu. "Han? Solusi dong," rengeknya.

Farhan lagi-lagi memperhatikannya lalu menjawab. "Lo tanya hati lo aja, kalau lo cinta sama dia yah lo terima aja. Tapi kalau kagak lo nolak dia secara halus aja," saran Farhan.

"Astaga, maksud kamu kalau aku gak cinta aku nolak?"

Farhan mengangguk. "Buat apa lo nerima dia kalo gak cinta?" Kia menggigit bibir bawahnya, sekarang ia dilema. "Kalo aku tolak, kak Dito gimana?"

Farhan mengernyit. "Gimana apanya?" Tanya Farhan. "Maksudnya, apa dia sakit gitu?" Kia menatap Farhan dengak takut-takut. Farhan menggelengkan kepala melihat Kia yang polos apa gimana. "Sumpah, ini pertama kali lo curhat lagi kegue. Setelah lo curhat tentang teman sd lo waktu smp dulu, dan curhatan lo ini gimana yah? Lo polos sih Ki."

"Ihh bukannya dijawab, malah ingat yang lalu," cibir Kia.

"Lo tanya, kak Dito sakit kalau lo tolak? Yah tentulah Ki, siapa sih orang yang gak sakit kalau cintanya gak kebales. Dan lo yang gak terima cintanya udah jelas ngebuktiin kalau lo gak ngebalas cintanya."

"Jadi aku nyakitin kak Dito?" Tanya Kia bingun. Farhan menepuk jidatnya, Kia lalo apa gimana sih? Perasaan di kelas gak gini-gini amat. "Emang lo gak mau nerima dia?" Tanya Farhan. "Aku gak cinta sama dia Han," jawab Kia memelas.

"Ckk, ya udah jangan diterima. Dari pada lo nerima dan lo sakit sendiri paksain cinta lo."

"Aku gak mau nyakitin orang Han." Kia memanyunkan bibirnya bersandar disandaran kursih panjang yang sedang didudukinya. "Tapi kalo lo nerima dia kan, lo nyakitin diri lo sendiri." Farhan menaikkan keningnya.

"Aku takut menyakiti apalagi disakiti," ucap Kia memelas. "Akhhh Kia, lo susah tau gak," kata Farhan berdecak. "Kasih aku solusi dong Han," rengeknya. "Oke, lo takut menyakiti? Terima aja kalo gitu, dan lo takut disakiti? Gak ada yang nyakitin lo, lo sendiri yang nyakitin diri lo dengan menerima kak Dito hanya karna takut menyakitinya," jelas Farhan greget.

KAI-KIA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang