"Kesempurnaan cinta dilihat dari akhirnya. Menjadi satu atau terpisah?"
*****
Happy reading! ^^
Semoga suka dengan prolognya. :)
Lizzie POV
Saat ini aku sedang memakai headset untuk mendengarkan siaran radio kesukaanku. Seorang pembawa acara radio sedang mengumandangkan filosofi tentang cinta.
"Jika berbicara tentang cinta, seolah kata-kata memang tidak ada habisnya untuk bisa membahasnya. Hal itu karena memang begitu luasnya arti cinta. Setiap orang juga punya banyak makna yang berbeda dalam mengartikannya. Setiap orang pasti berharap bisa merasakan cinta dengan indah. Dapat memberikan senyum dan tawa ketika merasakannya, bukan justru kesedihan ketika merasakan cinta itu ada. Sering kali mungkin hati kita silih berganti terisi oleh seseorang. Berganti sosok yang satu dengan sosok yang lain sebelum akhirnya benar-benar menemukan cinta sejati kita untuk seseorang."
Alunan dari instrument piano berjudul River Flows In You mengiringi perkataan si pembawa acara.
Lanjutnya, "Kadang kala, kita pernah merasakan perasaan di mana kita sering bertanya-tanya tentang siapa sosok yang sebenarnya mencintai kita. Apa sosok yang kita harapkan juga mencintai diri kita atau tidak. Kita memang tidak bisa mengetahui hal itu secara pasti, sebelum seseorang dengan jelas mengungkapkan perasaannya kepada kita. Bahkan ungkapan-ungkapan cinta terkadang juga ungkapan palsu yang hanya rayuan dan gombalan semata. Bukan yang sebenarnya tentang perasaan cinta. Benarkan?"
Pembawa acara itu benar. Aku jadi teringat moment di mana malah aku yang menyatakan perasaan sukaku padanya dan bukannya dia.
Lanjutnya lagi, "Kita berfikir, siapakah orang yang akan mencintai kita? Siapakah sosok orang yang mau bersama kita? Siapakah sosok orang yang bersedia bersanding dengan kita? Seperti apa dirinya? Apakah ia seperti yang kita harapkan atau tidak? Kita tentu berharap sosok yang bersedia mencintai kita adalah orang yang akan membahagiakan kita dengan segenap sifatnya.
Kita tentu berharap sosok yang istimewa pula yang akhirnya merasakan cinta untuk diri kita. Hal itu karena kita juga berharap bahwa orang yang akan mencintai kita adalah sosok yang baik dan indah untuk menjadi jodoh kita. Berharap seperti itu tentunya wajar saja, karena kita memang berhak bermimpi dan berusaha mendapatkan sosok seperti itu. Lalu seperti apakah sosok...."
"Zie, Zie!" Seorang wanita yang duduk di sebelahku, memanggilku sambil mengguncangkan tanganku.
Aku pun menoleh karena terkejut sambil melepas headset yang kupakai. "Ya, Lea?" tanyaku.
"Kita sudah sampai, Lizzie! Kau itu kerjanya hanya melamun saja! Pasti ku yakin kau pun tidak tahu kalau kita sudah sampai. Benarkan?" seru Lea kepadaku. Dia adalah sepupuku yang usianya sama denganku, yakni 22 Tahun.
"Maaf. Aku sedang mendengarkan siaran radio, jadi tidak memerhatikan jalan," sahutku.
"Oke. Sekarang pekerjaan pertamamu adalah membawakan barang-barangku ke dalam kamar hotel bersama Linton, karena..," Lea mengatup tangannya sambil memasang raut wajah sumringah dan mata berbinar. "Sehabis ini aku mau jalan-jalan dulu sebelum pekerjaanku dimulai. Kau mengerti?" Lea sudah memberikan perintahnya, dan aku pun mau tak mau menurutinya.
"Baiklah." Aku menghela nafas sambil memandang ke arah jendela dari taksi yang sedang ku naiki.
Menara Eiffel yang terpampang jelas dalam penglihatanku sekarang. Ini merupakan sebuah perjalanan pertama kalinya selama sebulan di Paris yang akan aku jalani bersama dengan my cousin, Lea Megan, seorang model ternama dan aku hanyalah---
Manager?
Tidak-tidak! Aku itu hanya pengganti bawahannya yang sedang cuti sebulan sehabis melahirkan.
Aku keluar dari dalam taksi, lalu mulai mengeluarkan koper dan ransel yang berada di dalam bagasi taksi.
"Zie, jangan lupa nanti siapkan air hangat untukku mandi! Kira-kira tiga jam lagi aku akan balik," perintah lain lagi dari Lea.
"Iya," jawabku dengan datar.
"Oke. Aku pergi dulu. Bye!"
Taksi yang aku naiki pun pergi begitu saja dari hadapanku untuk melanjutkan perjalanan yang diperintahkan Lea.
Dia pasti mau menemui kekasih LDR-nya. Melihat diriku yang masih sendiri, aku jadi tersenyum miris. Pasti sangat indah jika aku mempunyai seorang kekasih. Lupakan-lupakan! Sepertinya itu akan mustahil bagiku.
Aku pun mulai berjalan masuk mengikuti Linton sambil menyeret koper dan menggendong tas ranselku ke dalam lobby hotel untuk check in.
Ketika aku sedang berjalan, aku berpapasan dengan lelaki tampan yang sedang merangkul mesra kekasihnya sambil berciuman di tengah umum. Saat mataku bertemu dengan mata lelaki itu, aku langsung mengalihkan wajahku berpura-pura melihat ke arah lain.
Saat sudah melewatinya, aku sampai menggelengkan kepalaku melihat pemandangan mesum tersebut. Ya seharusnya bukan mesum sih, karena di Las Vegas ada yang lebih parah dari itu.
Aku jadi kepikiran tentang filosofi cinta yang dikatakan oleh penyiar radio tadi. Apakah aku dapat menemukan sosok kekasih yang dapat memberikan warna hidupku yang amat boring ini? Dan apakah sosok itu ada di salah satu pelosok di dunia ini? Dan sekali lagi kuperjelas untuk hal tersebut. Karena sepertinya itu hanya sebuah mimpi di siang bolong kalau bisa mendapatkan sosok lelaki idaman.
Walau hanya kecil harapanku, ku harap moment itu akan datang menghampiriku.
'First love is amazing, but the last love is a perfect'.
Tidak apa aku tidak mendapatkan cinta pertamaku sekarang, tapi semoga aku mendapatkan cinta terakhir untukku.
****
To be continued..
Hai..
Bagaimana prolognya?
Filosofi cinta ini aku ambil dari sebuah artikel di google.. Orang yang menulisnya keren. Soalnya aku kurang romantis kalau mengenai kata-kata mutiara tentang cinta..
Ok. Ikuti terus perjalanan Lizzie di Paris ya! Akankah dia menemukan belahan jiwanya? Doakan saja.
See you next part.. ^^
Jangan lupa untuk Vote and Koment. ;)
Salam manis,
LydiaCenz. Mwah 😘
11 Januari 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Paris (Lizzie's Story-Completed) [#Wattys 2018]
Romance#2 kategori Sadstory #1 Kingdom #1 twin # 1 Paris Follow aku dulu ya... Lizzie Moretz, seorang gadis dari keluarga biasa saja. Penampilannya pun dibawah standard. Ia tidak pernah berpacaran dan orang-orang selalu menyebutkan kuper. Suatu hari, ia d...