Jealous

2.2K 238 7
                                    

"Sudahlah, aku tahu kau dan ketua kelas kita itu sedang pdkt dan saat ini kau sedang kesal dengannya, tapi masa iya kau mau mendiamiku juga Juuung"

"Ah nde? mian, aku suka terbawa suasana. Kau cerita apa tadi Jennie-ah?"

"Heol. Aku malas ah cerita ulang, belum tentu kau dengar juga"

"Ya, mian..."

"Aigoo, temanku ini sedang jatuh cinta rupanya hahaha"

"Heol. Kau bicara apa sih"

Beginilah aku semenjak beberapa jam yang lalu berpisah dari Soonyoung di pertigaan jalan, kemudian bertemu Jennie dan menceritakan aksi mogokku juga pembicaraan pagi tadi dengan Soonyoung.

Setelahnya aku menjadi diam. Dan semua itu berimbas pada teman disekitarku, Jennie dan Kyulkyung.

Berbeda dengan Kyulkyung yang memiliki Mingyu, Jennie yang setia berada disampingku menjadi tumbal aksi mogokku lagi. Dan sekarang gantian Jennie yang mendiamiku karna selalu ku acuhkan sepanjang dia bercerita.

Hah, mian Jennie-ah

Makan siang pun aku tidak berselera, tsk lebih baik aku tidur saja.

.
.
.
.

Anak itu kembali bersikap aneh. Setelah berpisah di pertigaan jalan, Minjung dan aku tidak lagi saling bertegur sapa semenjak bertemu di kelas.

Sesungguhnya kami memang jarang berinteraksi langsung bila sudah berada di lingkungan sekolah, terkecuali bila sudah jam makan siang. Wonwoo yang sedang masa pendekatan dengan Jennie sahabat dekat Minjung membuat kami mau tidak mau sering menghabiskan makan siang bersama di kantin.

Tapi meski begitu kami sering tidak sengaja saling mengecek keadaan masing - masing. Entah itu hanya perasaan ku saja atau memang benar begitu.

Seperti saat bila tiba - tiba hujan, aku akan melihat kearah luar jendela kemudian melihat Minjung yang duduk di sebelah Kyulkyung, dan ternyata mata kami bertemu. Dia juga sedang melihat kearahku.

Kebetulan?

Entahlah. Tapi kenapa hampir selalu terjadi?

Tapi hari ini rasanya hampir sama dengan saat dia mogok bicara denganku seminggu yang lalu, bahkan lebih parah.

Ah mungkin perasaanku saja...

Tapi saat pertengkaran kami kemarin pun, kami masih sering tidak sengaja saling melihat. Yah walaupun pada akhirnya di akan membuang muka dan mendengus kesal.

Tapi hari ini sungguh, dia benar - benar mengacuhkanku. Padahal tadi Cho Seongsaenim menunjuk kami berada di dalam 1 kelompok yang sama. Aku melirik ke arah mejanya tapi dia terlihat fokus menatap papan tulis di depan. Huft. Seperti disengaja.

Ya, aku ini kenapa?

Kenapa peduli sekali dengan hal sepele seperti ini?

Tsk.

"Soonyoung-ah"

"Ne?" Jung Eunha, mau apa lagi dia?

"Bisa kita bicara sebentar?"

Aku melirik sekitarku, berharap ada seseorang yang bisa ku andalkan untung pergi dari Eunha.

Park Minjung!

"Bicara? Ne bicara saja"

"Tidak disini. Ditempat lain" jawabnya sambil melirik ke arah Minjung. Kebetulan sekali, di dalam kelas ini hanya ada kami bertiga, yang lainnya sudah meninggalkan kelas untuk beristirahat.
Dan Minjung tetap berada di mejanya tertidur dengan menelungkupkan kepala.

Heol.

Kalau begini bagaimana minta bantuannya?

"Hmm, tapi aku dan Minjung mau makan siang. Kau bisa bicara sekarang kalau memang butuh"

"Eoh... Sebenarnya ada apa antara kau dengan anak baru itu?"

"Ne?"

"Kenapa kau selalu terlihat bersamanya?"

"Namanya Park Minjung, dia tidak bisa kau sebut lagi dengan anak baru sementara Minjung sudah menjadi bagian dari kelas ini hampir 7 bulan. Baiklah, kurasa pembicaraan yang kau maksud kurang penting. Aku akan pergi makan siang, permisi Eunha-ssi"

"Soonyoung-ah"

"Minjung-ah... Ya Park Minjung"
Aku berjalan menuju meja dimana tubuh kurus itu sedang tertidur

Kulirik ke arah mejaku dimana Eunha masih setia memandang kearahku.

Shit.

Acuhkan dia Soonyoung-ah.

"Minjung-ah ayo makan siang, nanti kau sakit kalau tidak makan siang"

"..."

"Ya irrona palli, tsk tadi kau bilang mau makan siang bersama, ya!!!"

Minjung akhirnya terbangun dengan wajah bantalnya. Hmm pemandanganku setiap pagi.

"Wae?"

"Ayo makan siang, nanti kau sakit"

Bukannya menjawab, anak itu malah melirik ke arah Eunha kemudian menatapku.

"Aku tidak lapar. Kau makan saja dengan Eunha-ssi, aku mau tidur"

"Ya!!! Andwe, kau harus makan siang. Irrona, kajja"

Kuguncang pundak kecilnya berharap anak itu akan terganggu dan akan memarahiku, kemudian aku akan menariknya paksa ke kantin.

"Soonyoung-ah, aku benar - benar mengantuk jebal... Biarkan aku disini tidur" Minjung menarik tubuhnya pelan dariku. Menatap ku dangan wajah sendu.

Ya sebenarnya anak ini kenapa?


"Soonyoung-ah ayo makan siang" seru Eunha

"Ne?"

Ya, sebenarnya apa yang baru saja terjadi?

.
.
.
.

"Soonyoung-ah ayo makan siang" panggil Eunha, aku menatap Soonyoung. Aku berharap dia akan memaksaku pergi ke kantin bersama dirinya dan meninggalkan Eunha-ssi sendiri disini. Kejam? Biar saja! Kan aku calon tunangan nya bukan Jung Eunha.





"Ne"






Tapi kenapa berujung begini?


















































Ah, ternyata aku hanya sebagai pemancing tarik - ulur hubungan mereka saja barusan...

Aku mendengar semuanya.

Semua percakapan mereka dari awal Eunha masuk ke kelas kami.

Aku tidak benar - benar tidur...

Dan tidak benar - benar berniat menolak ajakan makan siang Soonyoung...







































Kenapa rasanya sakit begini ya?





Kalau begini caranya haruskah aku memikirkan tawaran Seungcheol oppa?

.
.
.
.

Tbc

Gimana? Sejauh ini makin greget gak temen - temen?  Mohon vote dan komennya ya semua 🙇🙇🙇


MANSAE !!! [Seventeen : Hoshi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang