-Bulan Celonicha-
Mendengar apa yang Utha ucapkan kepada Ibunya, membuatku terkejut. Qinath masuk rumah sakit, kenapa bisa terjadi?"Cha, lo mau pulang atau nanti aja? Gue harus ke rumah sakit. Nanath kecelakaan," Ucap Utha panik.
"Gue ikut ke rumah sakit."
"Dov, bilang sama Dysha kalo kita duluan." Ucap Utha, Dovi mengangguk paham.
Utha benar-benar khawatir dengan keadaan Qinath, ia berjalan di depanku. Terlihat ekspresi di wajahnya yang takut kalau Qinath kenapa-kenapa.
"Tha, lo harus tenang. Nanath nggak bakal kenapa-kenapa, dia gadis yang kuat." Aku mencoba menenangkannya.
"Darimana lo bisa tau kalo Nanath nggak kenapa-kenapa?!"
"Kita berdoa biar Nanath nggak kenapa-kenapa, lo harus tenang. Jangan terlalu cepat bawa mobil, gue takut." Aku memang penakut.
Utha tertawa, entah kenapa ia tiba-tiba tertawa. "Jadi, lo takut gue bawa mobil cepat-cepat? Cewek tomboy takut sama kecepatan ya." Ledeknya, aku mendengus kesal. Tapi, tak apalah yang penting Utha sedikit tenang.
Kami sudah sampai dirumah sakit dimana Qinath di rawat, Utha tetap saja buru-buru mencari ruang rawat Qinath.
"Bu? Nanath kenapa?" Tanya Utha dengan wajah kekhawatiran kepada Ibunya. Tante Jessa terus saja menangis, terlihat begitu khawatir. Qinath memang anak yang manja, tapi mereka semua sangat sayang kepada Qinath.
"Nanath ke tabrak pas mau nyebrang, Tha. Ibu takut Qinath kenapa-kenapa,"
"Ibu harus tenang, kita doain semoga Nanath nggak kenapa-kenapa." Ucap Utha kepada Tante Jessa, memberi ketenangan.
"Tha, mendingan lo beliin Tante Jessa minum." Kata ku kepada Utha.
"Iya, lo jagain Ibu dulu ya." Aku tersenyum mengangguk.
Aku mengelus-elus punggung Tante Jessa, agar sedikit lebih tenang. Qinath berada di ruangan UGD, semoga tidak terjadi apa-apa. Utha sangat menyayangi Qinath, begitu juga aku.
Menunggu sekita setengah jam, akhirnya Dokter keluar. Tante Jessa langsung bertanya kepada Dokter, "Gimana keadaan anak saya? Qinath nggak apa-apa kan Dok?"
Terlihat dari wajah Dokter itu, kalau Qinath sedang terjadi apa-apa. Aku juga sangat khawatir kepada Qinath, aku sudah menganggapnya sebagai adik ku sendiri.
"Sebelumnya maaf, Bu. Kami tidak bisa melakukan banyak hal, semua sudah di tentukan oleh Yang Maha Kuasa--"
"Kenapa, Dok? Anak saya nggak apa-apa kan?" Potong Tante Jessa.
"Ibu jangan memotong ucapan saya dulu. Qinath, anak Ibu meninggal dunia. Pendarahan membuatnya kehabisan darah." Mendengar ucapan sang Dokter, seketika aku menegang. Aku terkejut, begitu juga Tante Jessa. Aku masih tak percaya kalau Qinath sudah tidak ada di dunia, Tante Jessa menangis sejadi-jadinya.
"Nggak. Anak saya pasti masih hidup, Dokter jangan bohongi saya! Qinath masih hidup." Teriak Tante Jessa histeris, aku segera memeluknya memberi ketenangan. Aku juga meneteskan air mata, mengingat Ayahku juga karena kecelakaan ia meninggal. Tiba-tiba Tante Jessa pingsan, Tante Jessa langsung di bawa ke ruangan.
Utha datang setelah ku telpon, ia datang dengan tergesa-gesa. Aku belum memberi tau kalau Qinath sudah meninggal, terlihat diwajah Utha kalau ia sangat khawatir.
"Cha, Nanath nggak kenapa-kenapa kan?" Tanya Utha dengan nada kekhawatiran.
"Tha, lo harus sabar. Lo harus ikhlasin Nanath, dia udah tenang disana. Nanath pergi ninggalin kita semua, Tha." Jawabku dengan tangisan. Memang takdir tidak bisa di hindari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan X Bintang
Teen Fiction[COMPLETED] Kata sebagian orang, jika seorang perempuan dan lelaki menjalin hubungan persahabatan itu tidak akan pernah lancar. Di antara keduanya pasti ada yang merasakan perasaan yang berbeda, perasaan lebih dari seorang sahabat. Namun, ada sebag...