"Tanpa lo, dunia gue kurang kebahagiaan yang pernah gue rasain dulu."
- Bulan Celonicha -
Semalaman ini aku tidak bisa tidur, bahkan memejamkan mata saja susah. Aku terus saja memikirkan Utha, Utha, dan Utha. Seolah ia berjalan dipikiran dan hatiku bagai jarum jam yang terus berputar. Aku juga tidak mengizinkan hal lain masuk ke dalam pikiranku, tidak.
Sekarang sudah pukul 04.00 pagi, dan aku mendengar suara adzan subuh. Hatiku terhanyut saat mendengar panggilan sholat untuk umat muslim itu. Aku langsung pergi ke kamar mandi untuk bersiap menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim.
Setelah selesai sholat subuh, aku sedikit merasa tenang. Karena merasa bosan dikamar, aku beranjak pergi ke luar. Untuk menghirup udara segar dikomplek perumahan. Terlihat sudah banyak orang yang sedang lari pagi.
Ada satu pasang laki-laki, dan perempuan menyita pandanganku. Mereka terlihat bahagia, tersenyum bersama, bahkan terlihat sedang bercanda. Ah! Aku jadi teringat saat bersama Utha, sebelum kehadiran Dovi yang sedikit membuat kami merenggang. Ku rasa. Tidak! Dovi tidak salah, disini hanya aku yang salah.
Karena mood-ku yang mulai memburuk, aku memutuskan masuk lagi ke dalam rumah. Lalu pergi ke kamar Bunda, aku perlu sandaran. Huh! Aku merasa kesepian.
Ku ketuk pintu kamar Bunda, tapi tidak ada sahutan. Mungkin masih tidur. Karena pintu yang tidak terkunci, aku langsung masuk ke dalam kamar, terlihat Bunda yang sedang tidur dengan nyenyak. Aku pergi ke meja rias Bunda, dan menatap diriku dicermin. Satu kata yang harus kalian tau, yaitu: aku sangat berantakan.
Tiba-tiba pandanganku berhenti disebuah surat yang berada diatas meja rias Bunda, surat itu berwarna hitam. Karena penasaran, aku mencoba membukanya.
Di amplopnya tertulis: Utha si tembok:). Apa ini dari Utha? Ah! Sebaiknya aku baca saja.
- Buat Icha, dari Utha:D
Hai tomboy!
Kita lama ya nggak ketemu, gue kangeeennnnnn bangeeeettttt sama lo. Iya, kangen. Kalo sekarang jujur nih, hehe. Lo kangen nggak sama gue? Pasti 'kan?
Cha, maaf. Maaf udah sering buat lo kesal, marah, bahkan nangis. Maaf udah jarang ke rumah lo lagi, jarang jalan bareng, bahkan udah lama nggak ketemu. Maaf kalo gue nggak bisa buat lo nyaman pas bareng gue, beda kalo lo bareng Dovi.
Utha membuatku menangis, bukan ia yang salah. Utha tidak perlu minta maaf, karena aku sudah memaafkannya. Aku yang banyak salah kepada Utha.
Jangan nangis kalo baca ini! Lo bukan cewek cengengkan? Awas nangis!
Eh, dia berfirasat yang tepat kalau aku akan menangis saat membaca tulisannya ini.
Mungkin saat lo baca ini gue udah nggak ada, iya, nggak ada lagi didunia. Ninggalin kalian semua, orang yang gue sayaaaannnggg bangeeett. Soal penyakit gue kayaknya lo udah tau deh.
Penyakit? Penyakit apa? Utha dulu memang punya penyakit, kalau tidak salah penyakit paru-paru basah. Tapi itu sudah lama, dan tidak pernah kambuh lagi.
Iya, maaf gue nggak kasih tau lo kalo penyakit paru-paru basah gue kambuh lagi. Gue nggak mau bikin lo susah kayak dulu lagi, yang rela nemenin gue di rumah sakit. Gue juga nggak mau ganggu lo sama Dovi. Gue senang ngeliat lo bahagia sama orang yang bisa bikin lo bahagia, kalian cocok.
Gue cuma mau bilang, kalo lo harus bahagia tanpa gue. Eh, kayaknya lo bakal bahagia tanpa gue. Jangan cengeng, jangan lupa makan teratur. Gue nggak mau kalo penyakit maag lo kambuh. Jangan males mandi, jangan lupa belajar, jangan lupain gue:). Dan yang terakhir, jangan lupa belajar pake high heels. Kan lo udah janji, harus ditepatin ya! Kurang-kurangin makan es krim.
Ada satu hal yang pengen gue bilang, tapi ini kayaknya nggak bakal bisa ngerubah semuanya yang udah terjadi.
Cha, gue sayang sama lo. Lebih dari sahabat, lebih dari saudara. Gue sayang, bahkan cinta sama lo. Layaknya orang yang saling suka, dan akhirnya pacaran. Jujur, awal tau lo udah jadian sama Dovi gue sakit hati. Lebay, ya? Biarin deh. Gue pengen bilang ini tapi takut, takut kalo lo tiba-tiba marah dan nggak mau dekat-dekat sama gue lagi.
Dan satu, gue nggak mau kalo lo nyalahin diri sendiri. Bahkan ngerasa sendiri, nggak Cha, lo nggak sendiri. Banyak yang sayang sama lo, Tante, Om, Dovi, Nyokap gue, Bokap gue, Dysha, dan banyakkk lagi.
Ini aja yang gue sampein, selamat berbahagia. Bye!
Utha si muka tembok ngasih surat buat Icha si cewek tomboy:p
Aku terisak, ini terlalu menyiksa. Kenapa aku baru tau kalau Utha suka terhadapku saat semuanya sudah terlambat? Kenapa? Maaf Utha, maaf.
***
Hai! Apa kabar kalian? Udah pada makan?:)
Ini sebentar lagi ending yaw! Sedih nggak? Haha.
Oke-oke see you!
Salam BuBi🙋
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan X Bintang
Teen Fiction[COMPLETED] Kata sebagian orang, jika seorang perempuan dan lelaki menjalin hubungan persahabatan itu tidak akan pernah lancar. Di antara keduanya pasti ada yang merasakan perasaan yang berbeda, perasaan lebih dari seorang sahabat. Namun, ada sebag...