EPILOG

1.2K 41 13
                                    

- Bulan Celonicha -

Fakta yang kalian perlu tau, sekarang Utha sedang bersamaku. Utha kembali, ia sekarang kembali ke pelukan orang-orang yang sayang terhadapnya.

Entah tiba-tiba saja saat aku bangun dari tidur, aku melihat Utha yang tengah duduk di samping kasurku. Ia tersenyum, bahkan Utha langsung mengacak-acak rambutku. Sekarang aku bahkan rela jika Utha ingin membuat rambutku berantakan, ataupun mencubit pipiku sekalipun. Asalkan Utha selalu bersamaku. Akhirnya keinginanku terwujud, Utha kembali juga.

Tapi Utha terlihat lebih kurus, mata yang sendu, dan bibir yang pucat. Utha juga memakai baju berwarna serba putih! Oh iya, Utha memang seorang pemuda yang aneh.

"Masih aja jadi cewek kebo!" Ledek Utha.

"Biarin dong, yang penting cantik." Jawabku.

Utha hanya tertawa menanggapi kepercayaan diriku yang melebihi batas, dan langsung menarik tanganku. "Ayo, bangun. Jangan kebiasaan malas, mentang-mentang hari libur." Ucapnya.

"Iya-iya, gue bangun nih."

Aku turun dari kasur, dan mengajak Utha pergi ke taman belakang rumahku. Rasanya pagi ini lebih sejuk, bahkan membuatku terus menggosokkan kedua telapak tangan.

"Dingin, ya? Tapi gue nggak bawa jaket." Ucap Utha.

Aku tersenyum, dan berkata. "Nggak apa-apa, yang penting lo ada di samping gue udah bikin hangat kok."

"Gombal, ya."

"Oh iya, tumben-tumben pake baju putih-putih gini Tha." Ucapku.

Utha hanya tersenyum, dan mengalihkan pembicaraan. "Gue kesini pengen bilang sesuatu sih,"

Utha ingin mengatakan apa? Ah! Paling-paling ingin membicarakan tentang dimana akan masuk Universitas, yang pasti aku akan mengikuti Utha kemana.

"Ya udah, bilang aja."

Tiba-tiba Utha tertawa, dasar aneh. Apa yang lucu? Apa ada sesuatu di wajah cantik ku? Ah! Tidak mungkin.

"Apa sih ketawa?" Tanyaku kesal.

"Lo mukanya tegang amat sih," ucapnya dan melanjutkan tertawa. Memang selera humor yang receh.

"Cepetan. Gue mulai nggak mood nih," kataku.

Dan sekarang Utha bertingkah aneh lagi, ia memegang kedua tanganku dan menatapku penuh arti.

"Icha, gue minta tolong sama lo. Tolong maafin Dovi, Dysha, sama Deka. Kasian mereka, Cha. Gue tau kalo lo kecewa sama mereka, tapi jangan kayak gini. Kalian harus sahabatan lagi, lo harus balikan sama Dovi. Dovi itu baik, tapi dia cuma pengen kejelasan lo tentang Karrel."

Untuk apa Utha membahas masalah ini? Toh, jika aku tidak bersahabat dan dekat dengan mereka aku masih memilik Utha.

"Utha nggak suka kalo Icha orangnya susah untuk maafin orang, susah untuk merelakan apa yang udah terjadi. Gue tau elo, Bulan Celonicha. Lo adalah gadis yang hebat, lo tegar menghadapi apapun. Dan gue yakin kalo lo pasti bisa ngerelain apa yang udah terjadi."

"Ngomong apa sih, Tha?" Tanyaku heran.

"Gue serius. Tolong lo dengarin apa yang gue bilang kali ini, jangan ngebantah. Lo harus maafin mereka dengan besar hati, lo harus sahabatan sama mereka lagi, kalo bisa lo balikan sama Dovi. Kalian itu cocok."

Aku menjauhkan tangan Utha dari tangaku, dan berkata. "Kalo pun gue nggak sahabatan sama mereka, gue masih punya elo. Lo kan bakal selalu ada buat gue, nggak pergi-pergi lagi."

"Icha, gue ini nggak bisa selamanya ada buat lo. Nggak bisa selamanya dekat-dekat sama lo, sekarang kita beda Cha."

"Beda apa sih? Gila, ya, lo?!" Tanyaku dan diakhiri dengan tertawa.

Bulan X BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang