"Break membawa kebahagiaan atau kesedihan?"
-Bulan Celonicha-
________________________________"Pokoknya Icha nggak boleh tau!"
-Bintang Putra Swastika-***
Hari ini, sudah tiga hari Bulan dan Dovi berstatus sebagai seorang kekasih. Dan sudah tiga hari juga Bintang tidak masuk ke sekolah, Bulan benar-benar bingung. Ia sudah mencoba bertanya kepada pembantu dirumah Bintang, tapi beliau hanya menjawab lagi pergi ke rumah Oma Henny.
Biasanya, jika Bintang akan pergi ke rumah Oma-nya. Ia pasti akan mengajak Bulan pergi juga, tapi kali ini tidak. Mengirimkannya pesan saja tidak.
Sekarang Bulan sedang didalam kamarnya, ia sedari tadi mondar-mandir. Bulan bingung, ada apa dengan Bintang. Ia mengirimkan pesan kepada Bintang, tapi tak kunjung dibalas. Padahal nomor ponsel Bintang aktif saja.
"Kok gue khawatir banget sama Utha, ya? Dia baik-baik aja 'kan?" Ucap Bulan bermonolog.
"Chat nggak dibales, telpon nggak diangkat. Utha kenapa, sih? Lusa 'kan udah ujian kelulusan. Tumben-tumben Utha nggak masuk kayak gini, biasanya dia paling rajin masuk sekolah kalo udah deket-deket ujian." Oceh Bulan.
Sedari tadi ponsel Bulan berbunyi, menandakan ia menerima sebuah pesan. Buru-buru Bulan memeriksanya, ia mengira bahwa itu adalah balasan chat dari Bintang. Ternyata bukan, pesan itu melainkan dari Dovi.
Dovi Praja Antasena, ia sedari tadi mengirimkan Bulan beberapa pesan. Tapi tak kunjung dibalas. Karena sekarang, Bulan hanya akan menunggu pesan dari Bintang. Hanya Bintang, saja.
Ponsel Bulan berdering, ada seseorang yang menelponnya. Ia pikir Bintang yang menelpon, ternyata Dovi. Dengan malas-malasan, Bulan mengangkat panggilan dari Dovi.
"Hallo,"
"Hallo, Lan. Kamu dimana?" Tanya Dovi dari seberang sana.
"Ini, dirumah. Kenapa Dov?"
"Chat aku kok gak dibales? Padahal kamu online aja, apa kamu sibuk?"
"Iya, sibuk. Sibuk banget nih, persiapan buat ujian. Disuruh Bunda istirahat yang banyak juga, biar gak kecapekan. Dan, soal aku online tapi gak bales. Itu karena, room chat aku sama kamu ke buka." Jawab Bulan, ia hebat mengarang cerita.
"Gitu ya? Padahal aku pengen ngajak kamu jalan, sekalian refreshing dikit biar nggak tegang mikirin ujian mulu. Eh, tapi kamunya sibuk."
Bulan mengusap wajahnya gusar, "Maaf ya. Eh, aku pengen ngomong sesuatu yang penting."
"Ngomong apa?"
"Hm, gimana ya? Bingung gimana ngomongnya." Kata Bulan.
Dovi terkekeh, "Kok bingung sih? Kamu kalo lagi bingung pasti lucu deh."
"Hehe, gombal mulu."
"Ya udah, pengen ngomong apa?"
Bulan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Selama ujian kelulusan kita break dulu, ya?"
"Hah? Break? Kok gitu? Emang aku ganggu kamu, ya?" Tanya Dovi menggebu-gebu.
"Nggak, Dov. Aku pengen fokus aja ujiannya, biar bisa dapet nilai yang memuaskan. Terus bikin Bunda bangga. Lagian, nanti hape aku kasih ke Bunda." Jelas Bulan, ia lagi-lagi berbohong.
"Kalo gak chat aja 'kan bisa, gak harus break."
"Dovi, ini buat kebaikan kita juga. Nanti pas ujian, terus aku malah nulis nama kamu sebagai jawabannya 'kan gak lucu."
"Tapi kalo udah selesai ujian kita balik lagi 'kan? Udah gak break lagi 'kan?" Tanya Dovi. Ada satu misi yang belum ia selesaikan.
"Iya, Dovi-ku sayang."
"Bulan-ku sayang juga. Tapi, kita break pas besoknya ujian 'kan?"
"Nggak, Dov. Mulai hari ini aja, ya."
"Hm, ya udah deh. Pokoknya selama kita break kamu harus selalu jaga kesehatan, jangan lupa makan, jangan begadang, jangan lupa mikirin aku sekali-kali, jangan mikirin cowok lain."
Bulan tertawa terpaksa, "Iya-iya. Ya udah, kamu juga ya. Aku tutup telponnya, bye."
"Oke, i love you. Don't forget to me, because your my heart. Bye."
"Too."
Sambungan telpon langsung Bulan matikan. Ia mengambil jacket jeans kesayangannya, pemberian Bintang. Lalu Bulan bergegas pergi keluar kamarnya, ia ingin berpamitan terlebih dulu kepada Bundanya.
Terlihat Bundanya yang sedang menonton televisi, Bulan segera menghampirinya.
"Bun,"
Yuly menoleh, "Eh Icha. Mau kemana?"
"Mau ke rumahnya Utha dulu, Bun. Soalnya Utha nggak masuk sekolah tiga hari, terus gak sms aku." Jawab Bulan.
"Habis dari rumah Utha terus kemana?"
"Beli ice cream," jawab Bulan. "Ya udah, Icha pamit Bun." Ucap Bulan, lalu mencium punggung tangan Yuly.
"Kamu hati-hati, ya."
"Siap, Bun." Jawab Bulan tegas.
-BXB-
Bintang sedang gelisah dalam tidurnya, ia sedari tadi mencoba untuk terlelap ke alam bawah sadarnya. Tapi tidak bisa. Ia sedang memikirkan Icha, jujur saja ia sangat merindukan gadis SKSD itu.
"Susah banget sih, padahal cuma mau tidur." Gerutu Bintang.
Pintu ruang inap terbuka, Jessa muncul membawa bungkusan. Dan datang bersama seorang wanita seumur Jessa.
"Utha," panggil Jessa.
Bintang membalikkan badannya, "Ibu. Habis dari man-- Tante Yuly?!"
Yuly tersenyum, lalu menghampiri Bintang. Ia berdiri disamping brangkar, dan mengelus lembut rambut Bintang. "Gimana? Apa kamu udah ngerasa lebih enakan?"
Bintang yang terlihat masih bingung dengan kedatangan Yuly, ia menatap ke arah Jessa. Bintang mengabaikan pertanyaan yang terlontar dari mulut Yuly.
Mengerti dengan tatapan Bintang, Jessa mendekat ke arah Yuly dan Bintang. "Tante Yuly ketemu Ibu pas di parkiran rumah sakit, ternyata Tante Yuly ini lagi cek penyakit asma-nya. Dan terpaksa Ibu kasih tau kalo kamu dirawat disini,"
"Tapi Icha nggak tau 'kan?" Tanya Bintang panik.
"Nggak, Utha. Icha nggak tau, Tante kesini sendiri. Tapi, Icha sibuk nyariin kamu terus. Katanya kamu nggak masuk sekolah udah tiga hari," ujar Yuly.
"Syukur kalo gitu, Tante jangan kasih tau siapa-siapa ya. Apalagi Icha, jangan." Kata Bintang memohon, dan mendapat senyuman serta anggukan dari Yuly.
-BXB-
Coy! Mendekati ending nih, hehe.
Gimana chapter ini? Seru 'kan? Ya, pastilah. #bomauthor
Oke, jangan lupa Vomment.
See u and Love u❤
Salam BuBi🙋
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan X Bintang
Teen Fiction[COMPLETED] Kata sebagian orang, jika seorang perempuan dan lelaki menjalin hubungan persahabatan itu tidak akan pernah lancar. Di antara keduanya pasti ada yang merasakan perasaan yang berbeda, perasaan lebih dari seorang sahabat. Namun, ada sebag...