PROLOG

5.5K 160 11
                                    

"Kita merasa biasa saja saat orang menganggapnya tidak biasa, karena selalu berdekatan denganmu membuat kita nyaman hingga tidak perduli dengan tatapan orang."

***

Alarm diponsel gadis berusia 18 tahun itu berbunyi tepat waktu. Karena merasa terganggu, ia segera bangkit dari tidur. Meninggalkan alam mimpi yang menemani tidur nyenyaknya. Sebenarnya kalau urusan bangun pagi ia selalu kalah dalam hal itu, kebiasaan tidur hingga larut malam membuatnya susah untuk cepat bangun dipagi hari.

"Ini alarm nggak bisa nunda bunyi dulu, ya. Ganggu gue tidur aja." Gerutunya, sambil mencari-cari letak jam beker yang terus berbunyi.

Gadis dengan rambut sebahu itu bernama Bulan Celonicha, sifatnya agak tomboy, tidak terlalu pintar, dan sok kenal kepada orang yang baru saja ataupun belum ia kenal.

Bulan--begitu ia dipanggil dengan teman-temannya--beranjak ke kamar mandi, bersiap-siap untuk bersekolah pagi ini. Karena hari ini adalah hari pertama masuk sekolah, dimana setelah libur panjang.

"Aaaaa!"

Mendengar teriakan Bulan yang begitu nyaring hingga keluar kamarnya, membuat Yuly--ibu kandung Bulan--tergesa-gesa pergi ke ruang kamar milik anak gadis satu-satunya itu.

"Icha, kenapa?! Kok teriak-teriak." Tanya Bundanya dari luar kamar mandi, sambil mengetuk-ketuk keras pintu kamar mandi.

Icha adalah nama kecil yang orang tua Bulan berikan untuknya, diambil dari penggalan nama belakangnya: Celonicha.

"Airnya dingin, Bun." Jawab Bulan.

Yuly berdecak sebal, "Kamu lebay deh, ya." Dan langsung keluar dari kamar Bulan.

Mandi pagi adalah salah satu hal yang Bulan benci, karena saat hari libur panjang Bulan selalu bangun siang. Tapi, tidak untuk hari ini. Karena ia dengan terpaksa menyiapkan alarm, dan harus bangun pagi karena ancaman dari Bundanya. Kalau tidak, semua fasilitas yang diberi oleh Bundanya akan di sita.

"Nyesel gue bangun pagi." Oceh Bulan saat keluar dari kamar mandi dengan badan kedinginan.

"Cha, kok lama sih. Cepetan, nanti kesiangan." Teriak Bundanya dari luar kamar.

"Iya, sebentar lagi."

-BXB-

Di tempat lain, cowok berperawakan tinggi dengan gaya cool itu sudah rapi dengan seragam putih abu-abu yang melekat pada tubuh tegapnya. Baru saja ingin keluar dari kamarnya, tiba-tiba...

"Utha! Kalau sudah siap, langsung keluar kamar, kita sarapan." Teriak Ibunya dari luar kamar, karena tau anaknya itu pasti sudah bangun.

Bintang Putra Swastika, tiga kata yang biasa disebut nama. Sedangkan Utha adalah panggilan khas dari Ayah dan Ibunya yang diambil dari potongan nama belakangnya: Putra, karena sewaktu kecil dulu Bintang--nama panggil dari teman-temannya--susah untuk menyebut huruf R.

"Iya, Bu." Jawab Bintang, ia segera keluar kamar untuk pergi ke ruang makan.

"Morning, Tha." Sapa Ibunya saat melihat Bintang yang duduk berhadapan dengan Qinath--adik perempuan Bintang satu-satunya--di meja makan.

"Morning juga, Bu. Morning semuanya," sapa Bintang kepada Ibu, Ayah, dan Adiknya dengan tersenyum manis.

"Morning juga, Ka Utha." Jawab Qinath, yang biasa dipanggil Nanath.

Bulan X BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang