"Jika orang itu sudah pergi dan tak mungkin kembali lagi, kamu hanya perlu menyimpannya diruang hati. Jangan buat itu sebagai beban, dan jangan anggap bahwa kamu berdiri sendirian."
***
Sore ini, suasana sedang berduka. Orang-orang banyak memakai baju serba hitam, diiringi dengan tangisan duka. Dirumah itu, beralun doa. Perasaan tak terima karena telah ditinggalkan, masih tersimpan oleh beberapa orang.
Bulan yang duduk disamping jenazah Bintang, terus menangis tak ada hentinya. Kerudung hitam ia kenakan. Ia masih tak terima dengan apa yang terjadi, dengan sebuah fakta bahwa ia sudah ditinggalkan oleh orang yang selama ini selalu ada disampingnya, dan yang terkadang sering ia abaikan.
"Tha, lo kok tega sih ninggalin gue?" Bisik Bulan disela tangisnya. "Bukannya lo janji bakal jagain gue, selalu ada disamping gue. Tapi, kenapa lo ninggalin gue kayak begini?"
Tidak berapa lama setelah Bintang selesai disholatkan, dan didoakan. Bintang akan segera dimakamkan, disebelah kuburan Qinath.
"Cha, ayo," kata Yuly.
Semua orang mengantarkan jenazah Bintang untuk dimakamkan, lantunan shalawat dibacakan.
"Lailahailallah... lailahailallah..."
Tidak jauh berbeda dengan Bulan, Jessa pun menangis. Ia begitu merasa kehilangan, setelah ia ditinggalkan oleh Qinath, dan kini Bintang pun meninggalkannya.
Sekarang sampai sudah ditempat pemakaman, liang lahat sudah terlihat. Nisan yang bertuliskan nama Bintang Putra Swastika, sudah disiapkan.
Jenazah Bintang dikeluarkan dari keranda, lalu diangkat, dan masuk ke liang lahat. Tangisan duka semakin terdengar, perasaan ikhlas harus ditanamkan.
"Utha! Utha ninggalin Icha, Bun. Icha sendirian, Bun. Icha nggak ada teman lagi. Utha udah pergi, Bun!" Histeris Bulan. Segera Yuly bawa Bulan ke dalam pelukannya, ia juga sedih. Yuly sedih ketika mendengar Bintang--seorang anak lelaki yang dulu sangat kaku--telah pergi untuk selama-lamanya.
Dihapusnya air mata anak perempuan kesayangannya itu, lalu berucap, "Icha, kamu gak sendirian. Masih banyak yang sayang sama Icha, tentunya Bunda. Dan Utha nggak pergi, Utha selalu ada dihati Icha." Ucap Yuly.
Tanah gundukkan itu sudah terlihat jelas, nisan tertanam. Bunga-bunga sudah tertabur, kebanyak orang sudah pulang kembali ke rumah.
"Cha, kamu nggak mau pulang? Ini sudah mau magrib." Ucap Jessa, ia berada disamping Bintang.
Bulan hanya menggeleng, tanda tidak mau. "Ya udah, Tante sama Om pulang duluan." Ucap Jessa, lalu mengelus punggung tangan Bulan.
"Icha, Om Mawa pulang ya. Kamu jangan sampai malam disini, kamu harus ikhlaskan kepergian Utha." Ujar Mawa.
"Iya Om, Tante. Kalian hati-hati," jawab Bulan.
Lalu Jessa dan Mawa menghampiri Yuly yang berada disamping Eza, mereka bahkan pulang duluan. Jessa dan Mawa sudah ikhlas dengan kepergian Bintang, karena mereka pikir, Bintang sudah tenang ditempat yang seharusnya.
Setelah Jessa dan Mawa pergi, Bulan meminta Yuly dan Eza pulang ke rumah saja. Ia perlu waktu sendiri, dan tentunya ia masih ingin berada didekat Bintang. Karena paksaan Bulan, akhirnya sekarang ia hanya sendiri berada disamping kuburan Bintang.
"Tha, lo gak mau balik lagi gitu ke dunia," ucap Bulan tanpa sadar.
"Eh, gue ngomong apaan sih. Udahlah, pokoknya gue pasti doain lo terus." Kata Bulan, "Gue pikir-pikir, apa yang Bunda sama Bokap lo bilang, ada benarnya juga. Gue harus bisa mengikhlaskan lo, biar lo tenang ditempat terindah. Gue janji, kalo lo selalu gue simpan diruang hati gue. Lo gak bakal hilang, selamanya."
Bulan menghela napas, lalu berucap, "Ini udah malam, ya. Kalo gitu, gue balik dulu. Gue bakal sering kesini, kok. Gue balik, ya, Tha. Assalamualaikum," lalu Bulan mencium batu nisan Bintang.
***
Hoyhoy!
Gimana chapter ini? Menguras air mata? Atau menguras pakaian? Oke, jayus emang.
Udahlah ya, tungguin next chapter. Jangan lupa vomment!
See u and Love u❤
Salam BuBi🙋
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan X Bintang
Teen Fiction[COMPLETED] Kata sebagian orang, jika seorang perempuan dan lelaki menjalin hubungan persahabatan itu tidak akan pernah lancar. Di antara keduanya pasti ada yang merasakan perasaan yang berbeda, perasaan lebih dari seorang sahabat. Namun, ada sebag...