BXB (13)

1K 41 0
                                    

"Bulan itu indah, sama kayak lo. Jadi jangan jadi awan mendung saat mau hujan, ya, Cha. Gue suka lo yang ceria."
-Bintang Putra Swastika-

***

-Bintang Putra Swastika-

Bulan benar-benar terkejut saat mendengar pertanyaan dari Dovi, begitu juga aku. Sebenarnya apa maksud Dovi bertanya seperti itu?

"Cha, ayo dijawab." Ucap Ibu.

"E-eh ... g-gue lebih sayang s-sama ..." aku benar-benar menunggu jawaban dari Icha, karena sebenarnya aku memang ingin bertanya seperti itu sudah lama. "Bintang." Lanjut Icha, sebentar! Mungkin Icha hanya sayang sebagai sahabat, tidak lebih.

"Kalo Bintang sayang sama Bulan atau nggak?" Tanya Derbi, teman satu team basketku.

"Ya, sayanglah. Namanya juga sahabat." Aku berusaha untuk tetap tenang, menutupi debaran-debaran jantungku.

"Selesai sudah sesi pertanyaan, sekarang para tamu bisa mencicipi makanan yang disediakan." Ujar Tante Ika, Bundanya Bulan.

Semua tamu dan teman-temanku berhamburan untuk mencicipi makanan, ada juga yang hanya duduk dibangku.

"Tha, gue ke toilet dulu." Ucap Icha, aku hanya mengangguk. Aku tau sebenarnya Icha sedang menutupi rasa gugupnya, dan pastinya ia nanti akan bertanya kepada Dovi tentang Karrel.

Aku beranjak pergi ke taman yang ada dibelakang rumahku, acaranya memang dirumahku. Setelah sampai ditaman, aku langsung duduk dikursi. Memikirkan hidup Icha yang dulu pernah sangat bersinar saat bersama Karrel, dan sekarang hidup Icha seperti mendung saat ingin hujan. Apa Icha akan marah jika aku sudah mengetahui terlebih dulu tentang Karrel yang menghilang tiba-tiba?

"Bener, pasti lo disini." Ucap seseorang dibelakangku, aku sangat mengenali suaranya.

"Sini, duduk." Ucapku menyuruh Icha duduk disampingku.

Aku terus saja memandangi wajah indah Icha, begitu menenangkan bagiku. Tapi, didalam senyum cerianya setiap hari tersirat kesedihan dan kekecewaan yang mendalam.

"Ngapain lo ngeliatin gue begitu amat?" Tanyanya tiba-tiba, membuatku sempat tersentak.

"Lo cantik."

"Udah dua kali lo bilang begitu, jangan gombalnya sama gue aja. Yang lain kenapa, ntar status jomblonya makin lama lho." Ledeknya, aku terkekeh. Icha benar-benar tak menyadari kalau ia orang yang ku sayang, lebih dari sahabat.

"Sadar diri dong, Neng." Jawabku, seraya menusuk-nusuk pipi gembulnya itu.

Sesaat kami sama-sama terdiam, memikirkan topik masing-masing. Sesekali kami menatap ke arah langit, menatap indahnya kilauan Bulan dan Bintang. Sama seperti nama ku dan Icha. Tapi, apakah aku akan secerah Bintang dilangit?

"Gue secerah Bulan dilangit nggak, Tha?" Tanya Icha. Kenapa Icha sama-sama memikirkan hal itu denganku? Ah, mungkin kebetulan.

"Nggak."

"Lho, kok nggak sih? Emang gue gelap kenapa?" Tanyanya. Ah! Icha membuatku gemas.

Aku terkekeh, "Lo tomboy sih."

"Apa hubungannya?!" Tanyanya kesal dan mencubit pinggangku, cukup sakit.

Aku meringis kesakitan, "Bukan itu jawabannya. Lo itu secerah Bulan, bahkan lebih cerah. Tapi, lo akan jadi segelap-gelapnya kalo ada masalah yang bikin lo sedih. Bulan itu indah, sama kayak lo. Jadi jangan jadi awan mendung saat mau hujan, ya, Cha. Gue suka lo yang ceria."

"Gitu, ya?" Tanyanya dan menatap ke arahku. Ditaman rumahku memang tidak terlalu terang, hanya beberapa sudut yang diberi lampu. Tapi, aku tetap bisa melihat wajah Icha.

"Iya, bawel." Jawabku gemas dan mencubit pipinya sekilas.

"Tha," panggilnya setelah kami terdiam lagi.

"Hm?"

"Dovi kenapa nanya soal Karrel?"

Apa aku harus mengungkapkan semuanya? Tapi, ini belum saatnya.

"Mungkin dia teman Karrel."

"Masa teman sampai segitunya?"

"Bisa aja dia kepo, atau suka sama lo." Jawabku, aku benar-benar sangat takut kalau Icha juga akan memiliki perasaan lebih terhadap Dovi.

"Suka? Lo suka sama gue nggak?"

Aku langsung menatap ke arahnya, yang sebelumnya menatap ke arah langit. "Kenapa lo nanya gitu?"

"Pengen tau,"

"Suka dalam hal apa?" Tanyaku.

"Terserah. Suka dalam hal lebih dari seorang sahabat, mungkin." Jawabnya.

Apa aku harus berkata jujur tentang perasaanku? Tapi aku takut, takut jika sesuatu yang tak ku inginkan terjadi.

"Gue mesti jawab?"

"Iya, mesti." Jawabnya seolah pasti.

"Gue tanya lo dulu lah, lo juga suka sama gue nggak?" Aku berusaha mengalihkan pertanyaan Icha sebentar.

"Lho, kok jadi gue?" Tanyanya.

"Kenapa? Nggak berani jawab?"

Icha menarik napas panjang, "Gini. Gue nggak tau ini kenapa, atau gue kenapa. Gue selalu merasa jantung gue serasa pengen lari, deg-deg an. Waktu lo selalu menatap gue, saat lo gombal-gombal receh. Entah kenapa. Saat gue deket sama Karrel, gue nggak pernah begini. Sebenarnya, gue nggak ngerti gimana jatuh cinta itu. Gue ngerasain perasaan yang beda dari sebelumnya, dulu gue nggak pernah begini waktu deket sama lo. Nggak pernah deg-deg an gitu maksudnya. Kira-kira kenapa, ya, Tha? Gue bingung."

Aku sedikit tercengang mendengar penuturan dari mulut Icha, sebelumnya aku pernah mencari ciri-ciri orang jatuh cinta di internet. Jawabannya seperti apa yang Icha ucapkan, selalu merasa deg-deg an misalnya. Apa Icha jatuh cinta denganku?

"Tapi, gue dulu punya penyakit jantung. Apa sekarang masih, ya? Dan saat deket sama Dovi gue juga sering deg-deg an."

Tidak. Icha tidak jatuh cinta denganku, mungkin dengan Dovi. Kenapa aku tidak terima? Apa aku cemburu? Ya, aku cemburu.

"Nggak tau." Aku langsung bangkit dari duduk.

"Lho, mau kemana?" Tanyanya.

"Tutup acara." Jawabku singkat, dan langsung berlalu meninggalkan Icha yang mungkin sedang bingung dengan sikapku. Mungkin.

***

Yuhu! Gimana? Seru nggak setelah kemaren digantung?

Tetap beri vomment!

See you and Love you❤

Salam BuBi🙋

Bulan X BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang