BXB (17)

980 40 12
                                    

 "Karena gue udah melepaskan Icha secara nggak langsung, dan gue nggak bisa narik ucapan gue sendiri."
-Bintang Putra Swastika-

____________________________

"Aku menyukai cahaya, aku suka yang kerlap-kerlip, seperti bintang dilangit."
-Bulan Celonicha-

***

  Bintang mengacak rambutnya frustasi, ia merasa tidak gentleman. Karena ia tidak berani mengungkapkan perasaanya yang sudah meluap kepada Bulan, tapi Bintang malah merelakan Bulan bersama Dovi.

  Kamar yang semula bersih dan rapi, kini berbalik 180 derajat. Seprei yang berantakan, selimut dibawah lantai, bantal berserakan. Bintang menghambur semua isi kamarnya, ia bingung, bingung harus melakukan apa.

  Disatu sisi, Bintang ingin bersama Bulan. Ia ingin Bulan menjadi miliknya, dan bahagia bersama. Tapi, disisi lain ia sangat takut. Takut jika Bulan menolaknya, dan persahabatan mereka hancur begitu saja.

  Nafas yang naik turun, dan dada yang bergemuruh. Bintang duduk diujung kasurnya, ia menelusupkan wajah diantara kedua lengannya. Lalu mengusap rambutnya kebelakang, dan menariknya keras.

"Gue bodoh! Kenapa gue nggak berani ngungkapin semuanya? Bilang kalo gue suka sama Icha, kenapa gue nggak berani?! Walaupun gue pengen bilang sekarang, langsung pun percuma. Karena gue udah melepaskan Icha secara nggak langsung, dan gue nggak bisa narik ucapan gue."

  Kemudian Bintang mendengar suara ketukan dikamarnya, dan suara seseorang memanggil namanya. Ia merapikan diri, tidak ingin orang merasa aneh.

Bintang membuka pintu kamarnya, lalu langsung menutupnya. "Iya Bi-"

"Gue bukan pembantu lo, ini tas lo." Ucap Icha.

Bintang menampakan senyum kepalsuan, ia berusaha terlihat baik-baik saja. "Makasih,"

"Oke, sama-sama."

"Gue ada urusan, soal pelajaran. Makasih udah dianterin tas gue." Ucap Bintang, dan langsung ingin masuk ke dalam kamarnya.

Bulan menahan Bintang untuk masuk, "Kenapa?" Tanya Bintang.

"Gue pengen jalan sama Dovi-"

"Terus?" Potong Bintang, ia sedang malas mendengar basa-basi dari Bulan.

"Boleh nggak?" Tanyanya.

Bintang tertawa, lalu menatap Bulan aneh. "Kenapa lo izin sama gue? Apa urusannya sama gue? Seharusnya lo izin sama Tante Yuly, bukan sama gue."

"Lo kenapa jadi sensi gini?" Tanya Bulan heran.

"Habis perang sama pelajaran kimia, ya, kebawa gini." Elak Bintang.

"Boleh nggak?"

"Ya, gue selalu bolehin apa yang lo mau. Tapi, kalo yang aneh-aneh nggak bakal gue bolehin."

"Asik, lo bolehin gue jalan bareng Dovi." Pekik Bulan girang, tapi sangat menusuk hati Bintang.

"Iya-iya, hati-hati. Awas pulangnya malam banget!"

"Oke, boss. Gue balik dulu, daahh!" Ujar Bulan dan langsung pergi.

  Bintang masuk lagi ke dalam kamarnya yang kini seperti kapal pecah, tapi ia tidak peduli. Sekarang Bintang ingin meluapkan emosinya, semua bisa ia lakukan. Ia pergi menghadap cermin, memandang dirinya sendiri.

"Gue berantakan," katanya. "Tapi masih ganteng."

"Ah! Mulai sekarang, gue harus bisa ngelepas Icha. Ngerelain dia bahagia sama Dovi, bukan gue. Sebelum semuanya berakhir, gue harus bikin Icha bahagia." Gumam Bintang didepan cermin, lalu tersenyum manis. Sekarang, ia benar-benar seperti orang gila.

Bulan X BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang