Jangan lupa cek mulmed, sambil dengar lagu itu ya biar makin bapeeerr.
***
"Mulai saat ini, aku tidak bisa lagi menghapus air matanya. Tidak bisa memeluknya untuk membuatnya nyaman, dan tenang."
-Bintang Putra Swastika-
***
-Bintang Putra Swastika-
Makin hari, tubuhku semakin lemas. Berjalan saja aku merasa tidak kuat, memegang pulpen pun tanganku bergetar. Ibu memang sudah menyuruhku untuk tidak sekolah hari ini, tapi karena ini adalah hari ujian terakhir, aku terpaksa harus turun sekolah. Karena itu menyangkut masa depanku, aku ingin membanggakan Ibu.
Sekarang pukul 08.45 pagi. Aku sedang mengerjakan soal ujian yang diberikan oleh guru pengawas. Untungnya aku sudah belajar, alhasil aku tidak terlalu pusing memikirkan jawabannya.
Tepat saat aku selesai mengerjakan soal terakhir, dan waktu ujian yang sisa lima menit. Aku merasa sangat pusing, dan aku juga merasakan ada sesuatu yang cair keluar deras di hidungku.
Ku sentuh di sekitar lubang hidungku, dan mengusapnya. Lalu ku lihat apa yang keluar dari hidungku, ternyata darah segar. Aku sedikit terkejut, dan segera mengambil sapu tangan yang di beri oleh ibu.Usahaku untuk menahan rasa sakit itu sia-sia, sekarang aku benar-benar merasa sudah tidak kuat dan badanku terasa sangat lemah.
Pandanganku semakin kabur, aku merasa tubuhku jatuh dari bangku. Dan terakhir kali ku dengar beberapa orang memanggil namaku.
-BXB-
Sekarang aku sedang berada di sebuah tempat yang sebelumnya tidak pernah aku kunjungi. Semua serba warna putih, aku pun memakai baju putih. Tiba-tiba ada sesuatu yang membuatku pergi ke arah cahaya, disini keadaannya begitu tenang.
Terdengar suara seseorang memanggil namaku berkali-kali, aku berhenti, lalu berbalik badan. Ternyata Icha, ia berlari ke arahku. Aku tersenyum menyambut kedatangannya.
"Utha," panggilnya. Rasa rinduku kepada Icha sedikit berkurang.
Aku membalasnya hanya dengan senyuman, "Kamu mau kemana?" Tanya Icha dengan raut kekhawatiran.
"Aku mau pergi jauh," jawabku.
"Kamu nggak boleh pergi, kamu harus tetap disini. Sama aku, sama semuanya. Jangan pergi," ucapnya memohon.
Aku menggeleng, "Nggak. Aku harus pergi, aku nggak bisa lagi lama-lama disini."
Ku lihat matanya mengeluarkan air, Icha memegang erat tanganku. Seolah aku tidak boleh pergi jauh darinya, tapi entah kenapa ada sesuatu yang memaksaku untuk pergi.
"Utha, kamu nggak boleh pergi. Nanti aku sama siapa? Siapa yang jagain aku? Yang nemenin aku nonton drakor, yang beliin aku ice cream, yang siap anterin aku kemana-mana. Siapa? Nggak ada selain kamu. Aku mohon, kamu jangan pergi. Aku nggak siap kamu tinggalin, aku nggak siap hidup tanpa kamu."
Ku lepas genggaman tangannya, lalu tersenyum lembut ke arah Icha. Aku langsung pergi dari hadapannya, pergi kemana tempatku seharusnya. Ku dengar suara tangisannya, ku dengar Icha memanggil namaku. Mulai saat ini, aku tidak bisa lagi menghapus air matanya. Tidak bisa memeluknya untuk membuatnya nyaman, dan tenang.
Icha, maafkan aku. Yang belum sempat membuatmu bahagia, yang tidak selalu ada untukmu.
***
Hulla!
Huaaa! Gue nangis masa, kalian gimana?
Ini chapter memang sengaja dibikin sedikit words-nya. Biar dikit ngeselin, dan bikin kalian kepo. Huhu.
Peringatan :
Ini mendekati ending!Oke, tungguin next chapter yang insya allah bakalan greget.
See u and Love u❤
Salam BuBi🙋
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan X Bintang
Teen Fiction[COMPLETED] Kata sebagian orang, jika seorang perempuan dan lelaki menjalin hubungan persahabatan itu tidak akan pernah lancar. Di antara keduanya pasti ada yang merasakan perasaan yang berbeda, perasaan lebih dari seorang sahabat. Namun, ada sebag...