"Masa lalu atau kenangan, adalah racun untuk hati dan pikiran ku sendiri."
-Bulan Celonicha-***
-Bulan Celonicha-
Dovi sudah menunggu ku di ruang tamu, kami berjanji untuk pergi pukul empat sore. Dan, tadi Utha sekolah. Utha tidak seperti biasanya, terlihat lebih murung. Mungkin masih memikirkan Qinath.
Selesai berkemas, aku langsung keluar kamar dan pergi menemui Bunda di kamarnya.
"Bun," panggilku dari balik pintu.
"Icha? Masuk."
Mendengar suruhan dari Bunda, aku langsung masuk ke dalam kamar. Ternyata Bunda sedang membaca buku resep kue.
"Lho, kamu rapi banget. Mau pergi kemana?"
"Jalan-jalan, sekalian liat-liat sepatu. Bolehkan, Bun?"
"Sama siapa?" Tanya Bunda yang masih fokus membolak-balik buku resep.
"Sama Dovi,"
"Dovi? Yang ngajak kamu beli sepatu sneekers itu?" Tanya Bunda lagi, dan menatap ke arah ku.
Bunda memang terlihat protektif, tapi itu untuk kebaikan ku. Aku menerimanya, karena aku masih dibawah pengawasan Bunda dan Bang Eza.
"Iya, boleh nggak Bun? Dovi nya udah nungguin."
"Boleh deh, Bunda mau ketemu dulu." Ucap Bunda dan keluar kamar untuk menemui Dovi, aku mengikuti dari belakang.
Saat sampai di ruang tamu, ternyata Dovi tidak sendirian. Bang Eza yang menemaninya, entah apa yang mereka bicarakan.
"Bang Eza?"
"Mau jalan-jalan, ya?" Tanya Bang Eza.
"Iya,"
"E-eh, Tante. Saya mau ngajak Bulan pergi dulu, boleh Tante?" Tanya Dovi sambil mencium punggung tangan Bunda.
"Boleh, tapi pulangnya jangan malam-malam ya. Jagain anak perempuan Tante satu-satunya, ya. Bulan harus pulang tanpa lecet-lecet." Kata Bunda sambil tersenyum, memangnya aku motor lecet-lecet?
"Siap, Tan. Pasti Dovi jagain, Bulannya." Jawab Dovi.
"Utha nggak ikut, Cha?" Tanya Bang Eza.
"Nggak, Bang."
"Lho, kenapa? Biasanya kalau kemana-mana pasti ngajak Utha. Kasian Utha, Cha. Ajak aja, pasti dia di rumah kesepian." Kata Bang Eza.
"Iya, Cha. Qinath kan udah nggak ada, nanti Utha kesepian." Lanjut Bunda.
"Tapi, kata Utha dia mau temenin Tante Jessa di rumah." Jawabku.
"Oh, begitu. Ya udah, kalian berangkat aja. Nanti ke sorean, jangan sampai pulangnya malam-malam." Ucap Bunda.
"Iya, Bun. Icha sama Dovi berangkat dulu ya." Pamitku, seraya mencium pipi serta punggung tangan Bunda dan Bang Eza.
"Dovi ajak Bulan jalan dulu, Tan, Bang." Pamit Dovi dan mencium punggung tangan Bunda dan Bang Eza.
"Kalian hati-hati, ya." Kata Bang Eza.
"Iya," jawab aku dan Dovi serempak.
-BXB-
Aku dan Dovi sudah sampai di tempat makan, kami memesan makanan dan minuman. Tapi, kenapa Dovi suka makanan ayam balado? Sama seperti Karrel. Minumannya juga, es buah tanpa buah nangka. Apa jangan-jangan Dovi ini Karrel? Tapi, wajah mereka tidak terlalu sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan X Bintang
Teen Fiction[COMPLETED] Kata sebagian orang, jika seorang perempuan dan lelaki menjalin hubungan persahabatan itu tidak akan pernah lancar. Di antara keduanya pasti ada yang merasakan perasaan yang berbeda, perasaan lebih dari seorang sahabat. Namun, ada sebag...