Ku temukan siapa yang ingin bertemu aku, seperti yang Ka Nana ucapkan. Ternyata Dysha, Deka, dan Dovi. Aku sedikit malas bertatap muka dengan mereka, ada perasaan kecewa yang masih tersimpan. Trio D itu tersenyum kikuk terhadapku, dan aku hanya membalas dengan alis yang naik sebelah.
"Kenapa?" Tanyaku datar.
"Duduk, yuk." Kata Dysha. Aku pun ikut duduk di samping kanan Dysha, dan di samping kiri Dovi.
"Apa kabar, Lan?" Tanya Deka.
"Baik." Jawabku.
"Lo masuk universitas mana?" Tanya Dysha lagi.
Aku menghembuskan napas gusar, dan menatap malas ke arah mereka. "Maksud kalian ke sini ada apa? Langsung to the point aja, gue malas dekat-dekat sama orang pengkhianat."
"Maksud kita ke sini, ada beberapa hal yang pengen kita sampaikan." Jawab Deka.
Aku hanya diam menunggu kelanjutan mereka berbicara, sedangkan Dovi ia hanya diam dan menunduk.
"Gue minta maaf, Lan. Maafin gue, Deka, dan Dovi seikhlas-ikhlasnya. Jujur, gue nyesal karena dulu udah ngelakuin hal yang gak sepantasnya ke sahabatnya sendiri." Lanjut Dysha.
Aku hanya mencoba menyimak apa yang mereka katakan, sambil menatap Dovi yang terus menunduk. Entah mengapa, rasanya ia enggan menatap wajahku.
"Gue juga, Lan. Gue minta maaf. Dan gue pengen kita kayak dulu lagi, kita sahabatan lagi." Kata Deka.
Sebenarnya di hatiku yang paling terdalam, tersirat sebuah pengakuan jika aku memang ingin kembali bersahabat bersama mereka. Melanjutkan rencana dan misi yang belum tercapai, walau Utha dan Karrel tiada.
Tiba-tiba Dovi mengangkat wajahnya, ia menatapku. Seolah ingin mengatakan sesuatu yang selama ini mengganjal di hatinya.
"Lan," panggil Dovi. Hanya ku jawab dengan deheman.
Lalu ia memegang kedua tanganku, aku menatapnya heran. Untuk apa ia bertingkah seperti ini?
"Gue minta maaf sama lo, karena udah nutupin hal yang seharusnya elo tau. Maafin gue, karena kemarin udah kasar sama lo. Gue hanya pura-pura terlihat jahat di depan mata lo, karena gue ngerasa elo adalah penyebab Karrel meninggal."
"Apa lo bilang?!" Sarkasku.
"Lan, tenangin diri lo. Dovi belum selesai ngomong." Ucap Dysha. Kenapa Dysha bisa mengerti aku? Ah, aku jadi teringat masa-masa persahabatan tanpa pengkhianatan.
"Tapi sekarang gue sadar, kalo itu semua udah takdir. Karrel meninggal waktu empat tahun yang lalu, mungkin karena Allah punya rencana lain yang terbaik. Gue sadar, bukan lo penyebab semua ini. Maafin gue, Lan."
Entah kenapa sudut bibirku tiba-tiba tertarik, dan membentuk sebuah senyuman. Tanpa aba-aba, Dovi langsung memeluk ku erat.
"Maafin gue, dan sekarang gue sadar kalo gue cuma sayang sama lo. Gue nggak bisa berhenti mikirin lo di saat kita pisah selama satu tahun ini." Ucapan Dovi membuat hatiku terenyuh, hatiku menghangat.
Aku rasa air mata yang sedari tadi ku tahan kini jatuh, mengalir di pipi. Aku pun membalas pelukan hangat dari Dovi, walau aku kecewa. Tapi aku rasa memang memerlukan pelukan hangat dari seseorang, ada rasa yang berbeda saat Dovi memeluk ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan X Bintang
Teen Fiction[COMPLETED] Kata sebagian orang, jika seorang perempuan dan lelaki menjalin hubungan persahabatan itu tidak akan pernah lancar. Di antara keduanya pasti ada yang merasakan perasaan yang berbeda, perasaan lebih dari seorang sahabat. Namun, ada sebag...