#9

2.2K 272 3
                                    

Tak terhitung sudah berapa orang yang kalah menghadapi Jennie. Belum genap sebulan ia kembali latihan, tapi ia sudah berhasil membuat rekan latihannya kewalahan semua. Mark tidak terkejut dengan progress Jennie.

"Ingatannya mungkin belum kembali, tapi insting bertarungnya masih sama seperti dulu," ucap Mark ketika ia bersama Chanwoo memperhatikan Jennie yang sedang latihan.

"Tendangannya masih sama, hyung!" ucap Chanwoo bangga.

Mark tersenyum penuh arti, "Chan, ambilkan tas itu!"

"Apa sudah waktunya hyung?" Chanwoo menatap Mark ragu.

Mark mengangguk mantap, Chanwoo lantas berlari menuju ruangan Mark.

****

From : Taeyong

Ada hal penting yang ingin kubicarakan. Kutunggu kau di Mall XX pukul 5 sore ini. Aku harap kau datang

Jennie mengetikkan "OK" dan mengirimnya pada Taeyong. Ia baru saja pulang dari tempat latihan. Ia merapihkan barang- barangnya. Hari ini sebenarnya ia agak lelah, tapi ia juga tak suka lama- lama berada di rumah sendirian. Mungkin Taeyong akan membantu mengingat beberapa memori masa lalunya. Mungkin.

****

Semilir angin sore nampaknya sangat tepat menemani Hanbin yang sedang termenung sendirian di balkon kamarnya. Pikirannya sedang kalut, belakangan ini si peneror itu semakin sering meneror Jennie. Ada banyak teka- teki di pikirannya. Namun yang paling membuatnya kesal adalah, apa masalah jennie dengan si peneror itu? Dan kenapa ia bisa sampai tak tahu sama sekali kalau sebelumnya Jennie bermasalah dengan orang separah itu?

Hyungwon membawa dua cangkir kopi dan menyodorkannya kepada Hanbin. Semerbak wangi khas kopi itu ternyata cukup menyadarkan Hanbin dari lamunannya.

"Terimakasih hyung," ucap Hanbin saat ia selesai menyeruput kopinya.

"Kau mengkhawatirkan Jennie," ada keambiguan disana. Entah Hyungwon bertanya atau memberi pernyataan. Hanbin tersenyum tipis, "yah begitulah."

"Jennie adalah gadis yang kuat dan kau tahu itu kan?" Hyungwon menyeruput kopinya lagi.

"Dia memang kuat. Tapi aku rasa ini bukanlah masalah yang bisa ia hadapi sendiri," ucap Hanbin sembari memandang lurus kearah pepohonan di dekat balkon kamarnya.

Hyungwon tersenyum tipis, enggan menanggapi. Ia tahu adiknya tak akan membiarkan gadis yang disukainya kesusahan sendirian. Oh, bukan hanya Hanbin, tiap pria juga pasti begitu, kan? Seharusnya.

"Jangan terlalu lama mengulur, bin. Mau sampai kapan kau memendamnya?" Hyungwon mengalihkan pembicaraan.

Hanbin meletakkan kopinya di meja samping.

"Entah hyung. Aku hanya takut rasa itu nantinya malah membuatnya menjauhiku. Kami perhatian seperti sepasang kekasih, berbagi masalah seperti sepasang sahabat, dan bertengkar bak kakak adik. Selama ini aku selalu ada disampingnya dengan harapan dia bisa melirikku lebih dari sahabat, aku takut ada orang lain di hatinya," ucap Hanbin nanar.

 Selama ini aku selalu ada disampingnya dengan harapan dia bisa melirikku lebih dari sahabat, aku takut ada orang lain di hatinya," ucap Hanbin nanar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MIND ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang