#16

2K 246 11
                                    

"Jae, bagaimana hasilnya?"
"Seperti dugaan awal kita, dia memang pelakunya."
"Apa kita tidak terlibat terlalu jauh?"
"Ini masalah keadilan"
"Kita sudah terlanjur mengetahui banyak hal. Akan jadi masalah jika kita hanya diam."
"Benar. Anggap saja ini bagian dari praktik pertama kita sebelum nanti benar-benar terjun ke dunia hukum"
"Tapi apa kita tidak memilih target yang salah? Sepertinya dia terlalu berbahaya"
"Jangan khawatir, mo. Kita ada di posisi yang benar dan sejalan dengan hukum. Lagipula, apa kau tenang membiarkan penjahat seperti dia tenang diatas penderitaan orang lain?"
"Benar. Dia sudah membunuh dan mengambil kebahagiaan banyak orang"
"Ya sudah. Aku ikut kalian saja."

****
"Siapa Lee Sungmin?"

"Dia penipu kelas kakap. Laporan kasusku dulu tentang dia," ujar Jennie sembari masih mencermati laporan kasus buatannya dulu.

"Ini laporanmu dulu? Tak kusangka ternyata kau meneliti tentang kasus sebesar ini," ucap Hanbin sembari ikut membaca.

"Ada apa?" Hanbin bertanya ketika dilihatnya Jennie membatu. Hanbin mengikuti arah pandang Jennie, tanggal..

"Laporan ini kami setorkan sehari sebelum.. Momo meninggal," tangan Jennie bergetar.

Hanbin sedikit tersentak.

"Apa saja yang kau lihat?"

Satu per satu, Jennie menceritakan serpihan ingatannya yang perlahan kembali kepada Hanbin. Sejak terbentur tiang ketika menghadapi para peneror itu, ingatan Jennie perlahan kembali. Meskipun belum 100%, tapi setidaknya mulai banyak yang diketahuinya.

Mulai dari momen bersama Hanbin, beberapa momen bersama teman-temannya, Taeyong, ketika ia tertabrak, hingga percakapannya bersama Momo dan Jaehyun. Sampai kini, baru itu yang jelas dilihatnya, sisanya masih abu-abu.

"Apa mungkin.. kasus ini ada kaitannya dengan kematian mereka?" Jennie menahan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

****

Meanwhile..

"Kali ini biarkan aku mengurusnya dengan caraku sendiri," lelaki itu mengepalkan tangannya.

Seorang lelaki berusia 30 tahunan didepannya duduk di kursi kebesarannya itu. Bibirnya tersenyum miring, lalu menyesap kopinya.

"Kau yakin? Terakhir kali, kau malah kabur karena tak sanggup lagi melihatnya tersakiti," ucapnya licik.

Lelaki muda didepannya menguatkan kepalan tangannya, "jangan sakiti dia! Aku akan pastikan posisimu aman!"

"Benarkah? Kalau begitu, cobalah! Tapi jika rencanamu gagal dan dia masih bisa mengusikku, aku akan langsung menghabisinya," ucap lelaki itu dengan penekanan di nada bicaranya.

Lelaki muda itu keluar dari ruangan yang paling memuakkan menurutnya itu. Kali ini ia benar- benar geram.


****

"Belakangan ini kau nampak lelah, apa ada masalah?" gadis cantik berambut lurus itu duduk disebelah Hyungwon yang tengah menatap serius komputer di depannya.

Hyungwon tak mengalihkan pandangannya dari komputer, "aku hanya sedikit penat," ucapnya.

Irene memeluk leher Hyungwon dari belakang, "siapa suruh di usia semuda ini kau mengambil dua pekerjaan sekaligus?"

Hyungwon memegang lembut tangan Irene yang memeluknya itu sembari tersenyum.

"Kenapa kau belum pulang? Ini sudah malam. Hari ini kurasa kau tak ada shift malam," ucapnya mengalihkan pembicaraan.

MIND ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang