-How can someone change this much just because a thing that called love? Are you sure it's love?-
.
.
New Zealand
"Rose Kau akan datang kan, nanti?" Queen, Sahabatku, menarik- narik kemejaku.
"Entahlah, aku malas! Kau tau sendiri, aku bukan tipe yang suka hadir ke acara seperti itu," balasku sembari masih belajar.
Gadis yang sedikit lebih pendek dariku itu langsung mempoutkan bibirnya. "Ayolah! Sejak awal sekolah, kau tidak pernah hadir ke acara ulang tahun siapapun disini. Jangan menutup dirimu untuk bergaul, Rosie," Queen terus membujuk.
Yah, dia benar. Aku tak pernah hadir ke perayaan apapun yang dilakukan oleh teman- teman sekelasku. Aku memang tidak begitu menyukai keramaian, belum lagi, aku juga belum begitu bisa beradaptasi dengan pesta- pesta disini. Terlalu berisik, menurutku.
"Ayolah, Ros! Jangan sampai kau benar- benar jadi anti sosial! Lagipula, bagaimana caranya kau beradaptasi jika tidak pernah mencoba?" Queen masih membujukku. Aku meletakkan pulpenku lalu menatap kearahnya, ada benarnya juga.
"Jadi, apa dress code nya?"tanyaku yang berhasil membuat Queen bersorak kegirangan. Untung saja kelas sedang sepi karena sedang istirahat.
****
Aku melangkah canggung memasuki pesta ini. Beberapa orang melirikku dan aku tak mengerti apa arti tatapan itu, yang jelas aku hanya membalas dengan senyum kikuk. Aku mengedarkan pandanganku hampir ke seluruh pelosok ruangan gemerlap ini. Akhirnya kutemukan juga Queen!
Aku melangkah kearahnya yang sedang duduk bersama beberapa teman sekelasku juga. Tanpa sengaja aku menabrak seorang lelaki bertubuh tinggi. Minuman yang dibawanya tumpah di kemejanya akibat kutabrak tadi. Lelaki itu tak mengeluarkan suara apapun, dia hanya menatapku tajam.
"Sorry," aku berulangkali mengucapkan kata- kata itu sembari membungkuk, tak berani menatap matanya. Matilah aku.
Tangannya tiba- tiba menarik lenganku dan membawaku menjauh dari keramaian dengan cepat. Aku tak bisa melepaskan cengkeraman kuatnya, laki- laki ini benar- benar kasar.