-it's so hard to pretend to be friends with someone special, when everytime you look at that person, all you see is everything you want to have-
.
.
.
"Jadi, bagaimana?" Hanbin masih duduk di sofa tadi dengan posisi yang sama. Ia melayangkan pertanyaannya pada Jennie yang baru saja menutup pintu sepulangnya Rose, sedangkan Taeyong sudah pergi 15 menit yang lalu. Jennie berjalan mendekat lalu duduk tepat berhadapan dengan Hanbin.
"Should i give it a try?" Jennie balik bertanya sambil memangku tangannya.
Hanbin memandang Jennie sekilas lalu mengendikkan bahunya, "kalau ragu lebih baik jangan." Hanbin berjalan cuek lalu mengambil segelas air lalu meneguknya. Tenggorokannya terasa berat, otaknya terasa berat, hatinya berat, semua di tubuhnya terasa berat.
Sebuah ide terlintas di benaknya. Hanbin membalikkan badannya, menatap Jennie yang memandangnya bingung. Laki- laki bertubuh tinggi itu berjalan kearah Jennie dengan sebuah seringaian terpahat di wajah tampannya.
"Kita harus memastikan sesuatu," Hanbin meletakkan kedua tangannya di kedua sisi sofa yang Jennie duduki. Posisinya kini membungkuk dengan wajah berhadapan dengan gadis Kim itu. Jennie hanya diam, lagi- lagi berhadapan dengan manik mata Hanbin yang serasa menguncinya. Terpaan nafas hanbin diwajahnya membuat darahnya berdesir. Detak jantung keduanya terpacu seirama, mereka saling mendengarkan suara jantung masing- masing.
Cup.
Bibir tebal itu mendarat di bibir Jennie. Jennie membulatkan matanya kaget, bak tersengat listrik, kilasan balik sedang tayang di pikirannya. Jennie yakin itu memori masa lalunya, sebuah bibir dan dekapan hangat dari seseorang yang belum jelas Jennie tahu itu siapa. Suara ketukan pintu menyadarkan alam Jennie. Ia mendorong keras hingga Hanbin kembali terduduk di sofa. Dengan cepat Jennie melangkah kearah pintu dan membukanya.
"Jendeukkii, malam ini aku menginap disini yaaa, kumohon.." Lalisa muncul dengan membawa sebuah boneka teddy bear sedang dan tas yang Jennie yakin isinya adalah perlengkapan menginapnya. Lisa mendongak kedalam dan melihat Hanbin disana.
"Hai bin! Kalian sedang membicarakan sesuatu yang serius ya?" tanya Lisa.
"Bukan apa-apa. Aku hanya mengunjunginya sebentar. Aku pulang dulu, ya!" Hanbin bergegas menuju pintu, saat ia berhadapan dengan Jennie, iya menyunggingkan seringaiannya lagi, lalu berkata, "Semoga kau tak ragu lagi dan segera mendapatkan jawabannya," ucapnya lalu langsung menghilang dibalik pintu. Tak lama suara deruman mobil terdengar meningggalkan rumah.
Jennie membatu. Dihadapannya Lalisa Manoban sedang menerka- nerka lalu membuat sebuah ekspresi jahil di paras cantiknya.